Mohon tunggu...
M. Aminulloh RZ
M. Aminulloh RZ Mohon Tunggu... Guru - Hidup Berpetualang
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Politik hanya momentum, berbuat baik selamanya

Selanjutnya

Tutup

Politik

Gagasan Basi Rizieq Shihab

4 Desember 2020   09:00 Diperbarui: 4 Desember 2020   09:30 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demikianlah agama dalam pandangan Rizieq Shihab dan komunalnya memiliki kekuatan paradoksal ketika tampil dalam lingkaran politik dan sosial kemasyarakatan. Para pengikutnya dengan setia dan militan menampilkan wajah agama menyeramkan, yang mengerikan. Mereka senantiasa menjerumuskan agama ke dalam jurang konflik antaragama yang berbeda keyakinan, antarsesama pemeluk agama---sektarianisme paham atau mazhab---dan juga berbeda dalam pandangan politik.

Mengutip Komarudin Hidayat, dalam Harian Kompas, pada Kamis, (03/12/2020), bahwa tak ada agama yang lebih besar daripada agama yang mendorong seseorang untuk menciptakan perdamaian dan peradaban. Sebaliknya, tak ada kekuatan yang melebihi agama yang mampu mengantarkan seseorang untuk melakukan peperangan dan rela mengorbankan nyawanya.

Pemlesetan azan oleh pengagum Rizieq Shihab---khayya ala shalat, menjadi khayya alal jihad---menjadi antitesis seruan revolusi akhlak dan hijrah ke sistem berbasis tauhid. Menjadi terang, bahwa seruan-seruan itu hanya kedok belaka. Pada tataran praktik jauh dari akhlak dan moralitas. Mereka berlindung dalam jubah agama dan mantel ormas demi kepentingan diri, pemodal, dan elite politik.

Begitulah kiranya dalam istilah peribahasa, meludah ke langit, muka sendiri juga yang kena basah. Apa yang dikumandangkan oleh Rizieq Shihab hanya meraih simpati dan emosional masyarakat. Agama yang seharusnya memihak kepada orang-orang lemah, orang-orang yang terzalimi, justru diputarbalikkan oleh yang menjadikannya perkakas, untuk merekayasa dan mengada-ngada demi memperoleh perhatian dari khalayak.

Ketika agama dilembagakan untuk memperoleh dukungan-dukungan kelompok konservatif seperti Front Pembela Islam (FPI), forum-forum alumni 212 dan seterusnya, gerakan agama yang berbasis sosial kemasyarakatan dan perdamaian dalam kemanusiaan, menjadi efektif untuk menciptakan kekuatan politik baru yang dapat dimanfaatkan oleh siapapun yang berkepentingan.

Pada akhirnya, Rizieq Shihab dan kelompoknya yang telah mendistorsi agama. Gagasan mentah yang diserukan menjadi bahan tertawaan banyak kalangan, terutama ulama moderat, cendekiawan, dan akademisi yang senantiasa mengkaji secara komprehensif mengenai gagasan-gagasan kebangsaan dan agama secara substantif dalam kehidupan bernegara.

Sebelum menyeru, sebaiknya gagasan basi Rizieq Shihab itu diterapkan secara aplikatif dalam komunitasnya sendiri. Karena semua orang juga sangat mudah dalam hal berbicara, dan merupakan pembicaraan klasik, maupun kontemporer selalu bergelut dengan gagasan itu. Yang belum adalah tataran praktik. Jadi silahkan Rizieq Shihab mengimplementasikan lebih dulu sebelum keluar gagasan basi lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun