Mohon tunggu...
M. Aminulloh RZ
M. Aminulloh RZ Mohon Tunggu... Guru - Hidup Berpetualang
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Politik hanya momentum, berbuat baik selamanya

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menolak Propaganda Kelompok Radikal

27 Oktober 2020   11:13 Diperbarui: 27 Oktober 2020   11:32 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam pandangan M. Abed Al-Jabiri, kelompok seperti ini adalah kelompok "ekstremisme Islam", karena ia berpendapat bahwa kelompok ekstremisme Islam ini ditengarai selalu bermusuhan dan berlawanan dengan gerakan Islam moderat atau Islam tengah. (M. Abed Al-Jabiri, 2001: 139). Ektremitas tersebut berupaya sekuat tenaga, baik melalui aksi-aksi di lapangan, maupun dalam bentuk propaganda media, mereka akan tetap berupaya mengganti tatanan yang telah ada dengan tatanan lain yang bersifat konstruksi dalam pandangan dan pemahaman mereka sendiri.

Hal itu yang kemudian banyak melahirkan sikap emosional kemarahan yang cukup potensial dalam memperjuangkan berislam secara total (kaffah). Bagi mereka, nilai formalistik dan simbolistik lebih didahulukan untuk menjadi hukum positif dan lebih dikedepankan, ketimbang nilai-nilai Islam secara substantif. Praksis dengan menunjukkan simbolitas seperti peci putih, serban, jubah, janggut panjang, dan lainnya, tak jarang terlihat lebih mencolok kesalehan seraya caci maki, provokasi kebencian, dan mempropagandakan agenda-agenda politik praktis terhadap golongan yang berbeda.

Oleh karenanya, apa yang telah dilakukan oleh Sugi Nur Raharja adalah sebuah kegilaan yang melahirkan kemarahan dan penyesalan. Tak perlu ikut-ikutan latah untuk mengikuti jejak-jejak yang jelas telah mendistorsi Islam sedemikian rupa semacam Sugi Nur dan lainnya. Pancasila, UUD 1945 dan Bhineka Tunggal Ika yang universal sebagaimana Islam, telah kokoh dan kuat itu selayaknya kita tetap pertahankan. Secara inheren, Islam adalah bagian integral bagi tubuh demokrasi dalam nasionalisme NKRI.

Penulis hanya bisa mengajak siapapun yang berbicara tanpa mempertimbangkan etik-moral yang kaku, menghina, mencaci maki, dan mengumbar kebencian yang terang terindikasi berpaham radikal, intoleran, ekstrem itu, wajib bersama-sama kita tolak agar perdamaian inklusif diantara kita semua tetap utuh. []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun