Syahdan, peranan agama yang pada dasarnya menjadi kekuatan dan penopang sikap demokratis, kini telah mengalami distorsi oleh cheerleader sektarian konservatif dengan memusuhi demokrasi yang hanya dipahami sebagai produk di luar agama.
Senyatanya, esensi dan substansial demokrasi, sejalan dengan Islam tentang nilai-nilai dasar kehidupan menurut Islam yang meliputi: al-Musawah (persamaan), al-Huriyyah (kemerdekaan), al-Khuwwah (persaudaraan); al-Tasamuh (toleransi); al-Syura (partisipasi publik) dan 'adalah (keadilan). (Kiai Masdar F. Mas'udi, 2020: 176). Nilai moralitas dalam demokrasi yang sejalan dengan Islam, tak patut untuk dirusak oleh gerombolan pengacau politikus yang mengkotak-kotakkan berdasarkan sekte, mazhab, dan fanatisme buta yang meyakini golongannya sajalah sebagai kebenaran kodrati.
Akhirnya, perkembangan politik sektarian yang bercorak konservatif yang tercium bau tak sedap itu, selayaknya perlu kita pikirkan bersama untuk penangkalannya. Regulasi politik perlu diubah ke arah yang lebih sehat untuk menghindari politik sektarian konservatif yang semakin berkecambah di negeri demokrasi. Ditambah demokrasi yang masih dicoreng oleh perilaku korup elite politik, kian memperburuk keadaan. Hanya peran aktif masyarakat yang moderat yang harus lebih represif dalam menangkal arus kebencian, hoaks, dan proliferasi yang terus menjamur. Para perusak demokrasi yang berbasis sektarian, tidak menginginkan ketenangan, ketenteraman, dan kedamaian di negeri tercinta berlangsung lebih lama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H