Mohon tunggu...
M. Aminulloh RZ
M. Aminulloh RZ Mohon Tunggu... Guru - Hidup Berpetualang
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Politik hanya momentum, berbuat baik selamanya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dilema Menghidupkan Kembali Hantu PKI

28 September 2020   12:00 Diperbarui: 28 September 2020   19:26 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lantas, apakah Gus Dur adalah seorang PKI? Sungguh kekeliruan yang fatal. Gus Dur adalah pemimpin Indonesia sekaligus ketua organisasi masyarakat Islam terbesar--Pengurus Besar Nahdlatul Ulama-- yang berjuang melawan pemberontakan PKI pada Tahun 1965. Gus Dur adalah keturunan ulama sekaligus keturunan pahlawan, Gus Dur sendiri adalah ulama.

Sejenak menoleh ke era Presiden Soekarno ketika terjadinya benturan kelompok Islam dan PKI, bukan hal yang begitu saja terjadi. Insiden yang banyak memakan korban tersebut, tidak lain adalah sebuah kesengajaan agar pemerintahan Presiden Soekarno menjadi tidak stabil. Insiden itu banyak melibatkan para ulama-santri versus PKI. Politik adu domba ini kemudian berhasil menggulingkan Soekarno dari tampuk kepemimpinan tertinggi negeri ini.

Jika kita analisis lebih dalam, kecemasan komunisme bangkit sebetulnya datang dari satu paradigma militer keamanan nasional di tahun 1960an. Gejolak perang dingin antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet. AS mempunyai kepentingan untuk membredel pemerintahan kiri, sosialisme-komunisme. 

Jatuhnya Presiden Soekarno sebuah antitesis kapitalisme Barat. Soekarno yang berideologi nasionalisme, sosialisme dan islamisme sesuai dengan pemikiran yang ia tulis di berbagai bukunya, akhirnya dikudeta. Bahkan peristiwa G30S/PKI sendiri juga menjabarkan kudeta terhadap Presiden Soekarno.

Untuk itulah, saat Gus Dur mempin Indonesia, dengan kebesaran jiwa seorang pimpinan tertinggi sekaligus ulama, mengupayakan rekonsiliasi sekaligus memohon maaf--hero first time-- kepada para korban PKI beserta keturunannya atas kejadian di masa lampau. Mereka yang menjadi korban beserta keturunannya, tidak menjustifikasi bahwa mereka juga seorang PKI. Mereka tetap bagian dari warga negara Indonesia yang mempunyai hak untuk dilindungi dan disejahterakan oleh negara dengan pandangan kemanusiaan dan perdamaian.

Pada titik ini, usaha apapun yang dilakukan dalam konteks politik, bukan berarti datang dari ideologi PKI. Stigma itu dibangun dalam rangka membangkitkan paranoia ketakutan di masa lalu. Justru logika tuduhan atas perasaan akan bangkitnya PKI semacam itu, sama sekali tidak memiliki dasar, data, dan fakta yang jelas. Semua itu hanya usaha menggoyah kestabilan pemerintahan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan dampaknya di tengah masyarakat.

Sementara itu, di permukaan perongrong ideologi negara yang bercita-cita membangun formalisasi syariat Islam ke dalam instrumen negara, seperti Khilafah Islamiyah dan NKRI Bersyariah, dibiarkan begitu saja. Hal itu dapat dinilai bahwa mereka berusaha mengaburkan kenyataan dan telah mendistorsi realita dengan melempar isu kolot yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya. 

Untuk mengakhiri tulisan  ini, ada sebuah pepatah yang mengatakan, gajah di pelupuk mata tampak, sedangkan semut di seberang lautan tak tampak.

Kita semua telah dibodohi oleh logika dan hantu kebangkitan PKI, hanya sekadar untuk mengobarkan emosi masyarakat melalui desain isu yang sebetulnya sudah sangat kadaluwarsa bau tanah dan kurang laku itu. Padahal isu yang lebih penting, banyak yang bisa dikritisi jika memang niatan itu tulus dari hati. Jadi untuk apalagi membangun narasi yang sebetulnya telah mati. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun