Kampanye "Islam kaffah, tidak ada organisasi, tidak ada aliran Islam, tidak ada mazhab, Islam satu", itulah logika yang terus didengungkan oleh beberapa pihak Muslim urban---yang berakhir pada kepentingan politik dan pendirian negara khilafah. Sempitnya pemahaman serta ikhtiar intant belajar Islam, membuat kalangan menengah kota itu mudah positif "terinfeksi" ideologi khilafah.
Persoalan tersebut tentu bukan hal sepele bagi keberlangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perlu adanya perhatian dari elemen bangsa ini untuk pemecahannya. Jika ini terus dibiarkan, maka kesemrawutan model beragama dan berideologi demikian, akan berdampak pada disintegrasi bangsa.
Tidak hanya itu, edukasi pemahaman terhadap Muslim urban, bahwa perkembangan digital online yang memberikan pemahaman agama, tidak sepatutnya untuk dijadikan sebuah rujukan paling utama. Selain itu, adanya filterisasi dakwah agama dan ideologi---baik ulamanya, pemahaman ideologinya, pemahaman ilmu agama Islamnya, apakah parsial atau telah menguasai secara keseluruhan, pada media online. Hal tersebut mungkin dapat sedikit mengurangi resiko pemahaman sempit khilafah HTI dan intoleransi yang tengah menyasar pada sejumlah kaum Muslim urban.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H