Mohon tunggu...
M. Aminulloh RZ
M. Aminulloh RZ Mohon Tunggu... Guru - Hidup Berpetualang
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Politik hanya momentum, berbuat baik selamanya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Konflik Tantangan bagi Jalan Perdamaian

12 September 2020   19:00 Diperbarui: 13 September 2020   02:59 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
palestineupdate.com

Kedua, siapapun kaum Muslimin yang berbeda dengan mereka, baik secara personal, ulama, cendekiawan dan lainnya, maupun kelompok majelis, ataupun organisasi, maka dianggap kafir.

Ketiga, menganggap hukum Allah mutlak hanya dilihat dari teks, tanpa perincian yang jelas secara tafsir dan makna yang terkandung, kemudian menganggap kafir bagi yang tidak mengikuti pendapat mereka.

Keempat, mengkafirkan bagi siapa saja yang memiliki pemahaman nasionalisme kebangsaan, demokrasi, sekulerisme, komunisme, liberalisme, pluralisme dan semacamnya.

Kelima, menyatakan taghut (berhala) pada simbol-simbol negara, seperti garuda Pancasila, bendera merah putih, Bhineka Tunggal Ika, presiden, aparat sipil negara (PNS), aparat keamanan negara (Polri), Tentara Nasional Indonesia (TNI), baik secara person, maupun secara lembaga.

Dan yang terakhir, mewajibkan pengakkan syariat sebatas markah, perilaku makar serupa Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang bercita-cita mendirikan khilafah di Indonesia, dan beberapa pihak yang berusaha mengampanyekan negara Islam di Indonesia.

Gambaran perilaku yang telah disebutkan secara terperinci di atas, adalah bentuk radikalisme Islamis-fundamentalistik yang berefek pada disintegrasi dan menggoyahkan stabilitas nasional. Kedamaian tidak akan berlangsung lama di bumi Nusantara ini jikalau masih saja meributkan hal-hal yang tidak substantif.

Niscaya, orang yang memiliki karakter radikal, jiwanya tidak akan pernah damai. Prof. Quraish Shihab dalam karyanya pada Tahun 2002, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan keserasian Al-Quran, mencatat, bahwa Allah menghendaki agar setiap orang merasakan kedamaian. Kedamaian tidak dapat diraih kalau jiwa tidak damai.

Jadi terang-benderang, siapa saja yang berperilaku demikian, sudah dapat dipastikan akan berbenturan dengan negara dan sesama umat Islam. Dan hal ini akan terus ada laksana bola salju yang menggelinding, kemudian menjadi besar. Silahkan anda analisis sendiri, siapa saja yang berperilaku serupa dengan apa yang penulis paparkan di atas?

Maka kita perlu waskita, apa yang kita pahami hari ini, cobalah untuk mengingatkan saudara-saudara kita itu yang sudah terlanjur terperosok ke jurang pemikiran sempit itu, sebelum sesuatu yang tidak diinginkan terjadi, seperti di Timur Tengah, menimpa pula di Tanah Air kita.

Suara kebenaran dan suara pembelaan terhadap nasionalisme kebangsaan, harus kita terus kumandangkan, sampai generasi di masa depan. Insya Allah, keberlangsungan (continuity) perdamaian selamanya, bahkan jalan menuju masa depan kampiun peradaban secara "radikal" bukanlah isapan jempol, selama belenggu cinta Tanah Air, dan rasa memiliki terhadap bangsa, tertanam dalam hati kita semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun