Mohon tunggu...
Emaridial Ulza
Emaridial Ulza Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

"Aku ramah bukan berarti takut. Aku tunduk bukan berarti takluk" BOX Twiiter:@emaridialulza Blog: www.emaridialulza.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

The Power Of Habit : Ceriteku di Kabupaten/kota Kecil "Terbiasa Suap-Menyuap"

9 Januari 2014   02:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:00 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1389209928360583645

Salah Satu Objek Wisata Kampung Halaman .Gunung merapi aktif tertinggi di Indonesia dan kebun teh terluas Di Dunia

Habit dalam bahasa Indonesia disebut dengan kebiasaan. Kebiasaan dengan dasar kata Biasa ini bisa kita simpulkan sendiri bahwa Kebiasaan merupakan kegiataan yang kita dapatkan karena melakukannya berulang sampai bisa dilakukan tanpa upaya yang berarti. Dengan upaya kebiasaan Ini karakter seseorang akan terbentuk secara otomatis dan mempengaruhi pola pikir seseorang tersebut. Pola pikir seseorang akan terbentuk dalam sebuah bingkai yang bernama kemampuan, bisa, mudah ,dll. Oleh karena itu salah seorang Presenter  terkaya di dunia Oprah Wenprey mengatakan bahwa “Kebiasaan saya tinggal di peternakan kecil nenekku dan berbicara disetiap waktu dengan kehidupan keras ,membuat saya bisa seperti ini.” Bukan hanya itu saja berdasarkan penelitian dari Universitas ternama di USA mengatakan bahwa, kehidupan seseorang ditentukan dari bagaimana kebiasaan yang ia lakukan, semakin sering seseorang melakukan kegiatan secara berulang-ulang baik itu kegiatan Positif maupun negatif maka hal itu akan berpengaruh pada pola pikir yang menentukan masa depan.

Terus apa hubungan kekuataan kebiasaan dengan Cerita dari kabupaten/kota  kecil  tentang suap menyuap ini?tentu saja saya jawab akan sangat berkaitan, karena memang mengingat kekuataan kebiasaan dalam pengaruh menjalani kehidupan sangatlah luar biasa bagaimana akibat kebiasaan  suap-menyuap yang kita bahas ini menjadi mendarah daging di Kabupaten kecil ini dan bahkan sudah menjadi sebuah tradisi . hal ini menurut  Prof. Rhenald Kasali sudah masuk kategori yang sangat berbahaya melebihi dari apapun. Dalam tulisan beliau di salah satu media cetak terbesar dinegara Indonesia tercinta ini beliau mengatakan bahwa, Indonesia akan menjadi Negara hancur cepat atau lambat jika tingkat kesadaran suap – menyuap ini tidak diatasi dengan segera mungkin.

Kenapa Kebiasaan Suap – Menyuap Terjadi di Kabupaten /kota Kecil ini ?

Euforia Tes Calon Masuk Pegawai negeri Sipil memang sudah selesai, Namun saya tergerak untuk membuat tulisan ini setelah mendapat kabar baik itu melalui media online, maupun informasi dari keluarga di Kampung halaman.  Kabupaten/kota kelahiran saya ini sedang heboh  Adanya CPNS yang lulus tanpa ikut tes .artikelnya bisa dibaca lengkap disini http://www.saktinews.com/2013/12/diduga-tidak-ikut-tes-tapi-lulus-cpns.html. Maka dari itulah saya tergerak untuk menulis tentang penyebab sebenarnya atau kenapa hal ini sudah menjadi kebiasaan di Kabupaten /Kota Kelahiran saya ini

Di kabupaten /Kota Hal ini tentu bukanlah menjadi rahasia umum lagi untuk masyarakat kabupaten kecil ini, berdasarkan Berita dari www.kerincinews.com mengabarkan bahwa salah seorang anak Wali Kota Secara terang-terangan melakukan lelang lulus Pegawai Negeri Sipil hal ini disampaikan oleh salah satu masyarakat  yang ada di Kabupaten kecil tersebut setelah melakukan penawaran melalui via telepon, dan anak wali kota ini mengarahkan untuk tawar menawar bersama ajudan , tawaran mulai dari 100 Juta – 250 Juta ,  rekaman ada disini Ajudan yang ikut dalam sesi tawar menawar via telepon . rekemannya ada disini http://kerincitime.co.id/berita-utama/inilah-rekaman-percakapan-ajudan-ajb-dan-efendi-terkait-tarif-cpns-sungai-penuh-2.html. tentulah membuat saya yang tidak mampu ini geleng-geleng kepala.Bahkan Konon katanya kebiasaan tarif tersebut menjadi tarif Masuk Pegawai Negeri Sipil Termahal di Indonesia.

Kebiasaan yang sudah menjadi tradisi ini selalu saja menjadi buah bibir Masyarakat kabupaten/Kota  turunan suku Melayu Tua didunia yang menetap sejak zaman Mezoliticum ini. Ada yang mengecam atas kebiasaan suap menyuap tersebut ,walaupun mereka mengecam namun pada kenyataannya sebagian mereka terlibat langsung melakukan praktek kebiasaan suap menyuap tersebut namun dinyatakan tidak lulus.

Serta  ada pula yang mengatakan itu bagian dari rezeki mereka.nah orang-orang yang mengatakan ini sebagian adalah mereka yang ikut dalam kebiasaan suap menyuap tersebut yang dinyatakan lulus atau keluarga ,sahabat mereka yang lulus. Kebiasaan yang terjadi ini disebakan salah satu faktor yakni adanya keyakinan atau pola pikir keinginan masyarakat untuk lebih dihargai, jaminan hidup, pekerjaan yang tidak terlalu capek dan adanya pensiun, Serta masa depan Pasti. Orang-orang yang hidup di Kabupaten/kota  Kecil ini rata-rata mempercayai bahwa status seseorang yang menjadi Pegawai negeri Sipil yang mempunyai Nomor Induk Pegawai  ini akan sangat dihormati,tidak peduli entah itu mereka Pegawai negeri Sipil golongan apa, yang mereka tahu itu, PNS memiliki gaji dan mempunyai masa depan mereka lebih memilih zona nyaman kaya tidak dan miskinpun tidak (belum ada satupun lembaga penelitian atau survey yang menyatakan Pegawai Negeri Sipil pernah menjadi orang terkaya di Dunia atau orang termiskin di Dunia) . Aneh bukan? bahkan Paradigma seperti ini sudah lama terbentuk ketika awal mulainya  harga  dari sector Perkebunan seperti kulit manis, kopi, cabe  turun harga  yang menjadi andalan masyarakat kabupaten/Kota kecil ini mencari nafkah.

Cerita nyata dan Unik yang pernah terjadi,  suatu ketika dikabupaten/kota kecil ini ada dua orang pria, yang satu berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil dan satunya lagi adalah Seorang pengusaha sukses. Mereka berniat hendak melamar seorang gadis  , dan pada akhirnya lamaran seoerang Pegawai Negeri Sipil itulah yang diterima oleh keluarga dari sang gadis ini, bahkan orang tua sang gadis sanggup membayar Pegawai Negeri Sipil yang bergaji 2 juta ini dengan sebuah Mobil.sedangkan pria yang berprofesi sebagai Pengusaha ini yang mempunyai penghasilan rata-rata bersih satu 10 juta satu minggu ditolak dengan alasan, Pegawai Negeri Sipil ini lebih menjanjikan, punya uang pensiun, dari pada Pengusaha ini takutnya nanti bisa bangkrut dll. Aneh bukan?.. ya itulah uniknya kabupaten/Kota kecil yang mempunyai bahasa dan dialek spesifik (Bahasa ) dengan tulisan Rencong Srik  ini.

Paradigma yang sudah terbentuk seperti ini adalah buah dari sebuah kebiasaan. Mereka terbiasa dengan terbentuk pola pikir bahwa Pegawai Negeri Sipil Jauh lebih baik dan aman dibandingkan dengan seorang pengusaha sekalipun, tidak penting hidup  kaya, yang pasti cukup untuk kebutuhan sehari-hari.Padahal jika kita hitung secara Matematika pengusaha itulah yang akan Hidup aman walaupun dinyatakan bangkrut sekalipun.

Kemudian ditunjau dari Kurangnya Perusahaan Swasta atau Negara yang berskala besar di Kabupaten/Kota Kecil ini. Berdasarkan data yang saya peroleh sekitar 14,5% (kerincikab.wordpress.com) .Namun yang pasti secara kasat mata , perusahaan di Kabupaten Kecil ini tidak sebanding dengan Kabupaten tetangga dalam lingkup Provinsi jambi. Jadi masyarakat kabupaten Kecil ini hanya mempunyai pilihan , Merantau Keluar daerah untuk bekerja atau Menjadi Pengusaha,Menjadi TKI Ke Malaysia (Kabupaten/kota Kecil ini termasuk salah satu kabupaten di Indonesia terbanyak mengirimkan tenaga kerja ke Malaysia), dan terakhir tetap di kampung menjadi Petani atau Pegawai Negeri Sipil yang hampir sebagian dilakukan dengan Suap –Menyuap.

Emas Diuji dengan Api ( Manusia Diuji dengan Uang )

Saya selalu ingat apa yang disampaikan oleh salah seorang Prof mata kuliah Manajemen saya disini  yang mengatakan  bahwa “ Emas Diuji dengan Api (Manusia Diuji dengan uang) pepatah kuno China ini sangatlah terkenal di Dunia. Di Indonesia  Artikel  ini tentang pepatah kuno china ini ditulis oleh Prof.Rhenald Kasali di Jawa Pos 21 januari 2013 (lebih jelas  http://rhenald-kasali.blogspot.ru/2013/01/emas-diuji-dengan-api-manusia-diuji.html).

Si penerima Suap tentulah sudah menjadi Kebiasaan menerima uang Haram ini, kenapa tidak, hanya bermodalkan Bicara, Handphone, dan teman mereka akan mendapatkan uang dengan mudah dalam waktu yang relative singkat. Siapa yang tidak mau mendapatkan uang 80 juta atau 100 juta hanya dengan bermodalkan Handphone , apalagi diperparah sampai saat ini Polisi di Kabupaten/Kota kecil ini belum bisa melacak terlalu banyak para penerima suap ini, diperparah tidak ada kecendrungan masyarakat yang tidak ingin membawa masalah ini  ke Polisi, Mereka beranggapan ini akan menjadi lebih parah lagi jika sudah sampai ke polisi, orang-orang di kabupaten.kota  ini mengatakan jika masalah sudah sampai ke Polisi .maka “hutang kambing terbayar namun kita akan membayar hutang Kerbau”. Maka dari itulah kebiasaan dari penerima suap ini terbentuk paradigma baru seperti berjualan baju saja, tawar Menawar,uang, dan jadi.jika gagal maka uang akan di kembalikan, jika Lulus maka akan ada acara kenduri bersama.

Sebenarnya, secara psikolgis kebiasaan buruk seperti itu ,akan menimbulkan penyesalan serta penolakan bathin, namun karena adanya ujian uang tersebut itulah dan ditambah sebagian dorongan dari istri-istri/suami-suami yang mengingkan segala sesuatu membuat sang penerima suap dengan tegas mengiyakan atau menyanggupi meluluskan mereka. Karena itulah Kebiasaan ini menjadi mendarah daging di Kabupaten/Kota kecil ini. Jika kebiasaan ini terus terjadi maka Kabupaten/Kota kecil ini tidak akan pernah mampu bersaing atau keluar dari zona biasa saja menjadi luar biasa. Karena biasanya saya menjadi PNS bayar disini, lebih baik memikirkan bagiamana cara mengembalikan pinjaman uang masuk PNS dengan cara apapun bisa korupsi dan ll. Masalah pekerjaan saya bekerja seadanya saja namun akan bekerja giat jika ada uang". Motivasi ini berbeda jika PNS lulus dengan Murni, biasanya" akan bekerja lebih giat, tanpa beban dan bahkan berpikir bagaimana cara untuk menaikkan Haji orang tua dengan uang halal,bukan dengan uang haram." Jadi Kekuatan Kebiasaan ini tergantung dari kemana arah kita akan membawanya, lebih buruk, lebih baik, atau biasa saja.

Saya tidak bermaksud bahwa Pilihan Menjadi PNS itu adalah pilihan yang buruk, bahkan sayapun berkeinginan mengabdi kepada Negara, namun Caranyalah yang Buruk . Kita berharap Kabupaten/Kota Kecil segera berubah, Bukan saatnya saling menyalahkan, Namun saat ini adalah turun tangan bersama merubah kebiasaan buruk ini, Saya Optimis Jika semakin banyak masyarakat kerinci berniat meninggalkan kebiasaan buruk ini. Saya yakin kabupaten Kecil ini akan menjadi kabupaten Besar walaupun ia berada di perbatasan antara dua Provinsi Di sumatera dan dikelilingi Taman Nasional ini.

Ini cerita tentang kampung halaman ku, Apa Cerita Mu?

salam dari Russia   dibawah suhu - 13 Derajat Celcius

Emaridial Ulza

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun