Sejak dahulu hingga dewasa ini, atau bahkan di masa mendatang, pendidikan akan selalu menjadi salah satu hal yang paling krusial dalam kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan pendidikan merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam menentukan dan menuntun masa depan serta arah hidup manusia.Â
Memang tidak semua akan sepakat dengan pendapat itu, namun tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan tetaplah menjadi kebutuhan manusia yang paling utama sehingga pendidikan sudah menjadi parameter untuk menentukan kualitas manusia. Karena sebegitu pentingnya pendidikan, Nelson Mandela sampai mengatakan bahwa, "Pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia".
Membicarakan soal pendidikan berarti juga tidak lepas dari sosok-sosok pahlawan yang menjembatani kita menuju pintu gerbang pendidikan. Pahlawan yang patut kita kenang sampai kapanpun juga.Â
Pahlawan pendidikan bisa menjadi siapa saja entah itu orang terdekat kita, orang yang kita temui setiap hari, orang yang bahkan baru beberapa kali kita jumpai, bahkan orang yang kehadirannya tidak kita kenal secara personal.
Sepanjang saya hidup, ada begitu banyak pahlawan pendidikan yang saya jumpai. Namun saya akan membahas satu sosok yang kehadiran dan jasanya sangat berhasil mengubah sudut pandang saya terhadap dunia. Sosoknya begitu jauh dan saya tidak pernah mengenalnya secara personal, namun karyanya berhasil membuat saya mengenal dan kemudian jatuh cinta pada dunia pendidikan. Namanya  Andrea Hirata.
Saya sangat berterima kasih sekaligus bersyukur pernah membaca novel-novel karyanya sewaktu kecil dulu. Karyanya yang sarat akan nilai-nilai pendidikan. Karyanya yang membuat saya percaya kepada mimpi, yang bahkan beberapa kutipan novelnya saya jadikan motivasi dan prinsip hidup sampai sekarang.
Bagi saya Andrea Hirata bukan hanya sekedar penulis novel Best Seller berjudul "Laskar Pelangi" yang telah diterjemahkan kedalam 40 bahasa. Andrea Hirata adalah figur yang pantas dijuluki sebagai pendekar pendidikan.Â
Perjuangannya dalam menggapai pendidikan yang ia cita-citakan sangatlah mengharukan. Karena terlahir dan tinggal disebuah desa dengan segala keterbatasan sarana dan prasarana, membuat ia harus bersekolah dengan menempuh jarak sekitar 30 km dari rumahnya. Kendati demikian ia tidak pernah merasa patah arang, Andrea tetap memiliki semangat belajar yang menggebu. Bahkan semenjak kelas 3 SD, Andrea sudah mempunyai tekad yang sangat bulat untuk menjadi penulis.Â
Keinginan dan tekadnya berhasil membawanya mengejar pendidikan hingga merantau keluar kota dan bahkan sampai pada Eropa. Berkat usaha dan kerja kerasnya itu, Andrea yang berasal dari desa kecil dan terbelakang itu akhirnya mampu lulus dengan predikat cum laude dan juga meraih gelar masternya di Uni Eropa.
Andrea Hirata bekerja sebagai karyawan di PT Telkom setelah kelulusannya. Namun ternyata tekadnya menjadi seorang penulis tidak pernah terkubur sama sekali. Hingga suatu saat pasca menjadi relawan tsunami Aceh tahun 2004, niatnya semakin menggebu karena melihat keadaan sekolah yang porak poranda akibat air tsunami mengingatkan Andrea pada sekolahnya di Belitung dulu.Â