Peringatan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad saw. tahun ini bertepatan pada tanggal 3 April 2019. Pemilihan Presiden (pilpres) Republik Indonesia yang ke-8 tahun 2019 ini juga bertepatan pada bulan April tanggal 17. Isra' Mi'raj dan Pilpres merupakan serangkaian peristiwa yang memiliki nilai ke-akbar-an dan kesakralan masing-masing. Ada apa dengan bulan April, apakah ini sudah menjadi skenario Tuhan atau skenario para penguasa pemerintahan? Itu bukan urusan saya!
Isra' Mi'raj merupakan perjalanan spiritual/ruhani yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. dalam waktu satu malam saja. Kejadian ini merupakan salah satu peristiwa penting bagi umat Islam, karena pada peristiwa inilah Nabi Muhammad mendapat perintah untuk menunaikan salat lima waktu dalam sehari semalam. Beberapa penggambaran tentang kejadian ini dapat dilihat di surah ke-17 di Al-Quran, yaitu Surah Al-Isra.Â
Ada beberapa catatan penting terkait peristiwa Isra dan Mi'raj, salah satunya adalah:Â
- Isra' dan Mi'raj merupakan hadiah terindah dari Allah kpd Nabi Muhammad saw. pasca ditinggal wafat oleh istrinya Siti Khadijah dan pamannya Abu Thalib bin Abdul Muthalib.Â
- Peristiwa spiritual pasca Isra' Mi'raj yang dialami oleh Nabi Muhammad saw., juga dialami oleh para pewaris Nabi yaitu para ulama', ahli tarekat atau sufi. Merekalah penerus estafet perjalanan spiritual dari zaman ke zaman tentunya dengan pengalaman dan hikmah yang berbeda.Â
- Sholat merupakan "buah" dari hasil peristiwa Isra' Mi'raj yang diterima oleh Nabi Muhammad saw. Dan syariat shalat lima waktu akan menjadi kewajiban bagi umat Islam hingga hari kiamat.Â
REFLEKSI KEPEMIMPINANÂ
Dalam agama Islam ibadah sholat memiliki kedudukan sebagai tiang agama, tegaknya sebuah agama ada dalam tegaknya syariat. Sebagaimana firman Allah swt. Â Â
"Dan dirikanlah shalat". (QS. Al-Baqarah: 43).Â
 "Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar." (QS. Al-'Ankabut: 45).
Seorang pemimpin adalah orang yang mengemban tugas dan tanggungjawab untuk memimpin dan  bisa mempengaruhi orang yang dipimpinnya. Misal, pemimpin dalam sebuah negara. Negara dan Pemimpin diibarat semacam sholat berjamaah. Pemimpin sebagai seorang Imam dan rakyat sebagai Makmum.Â
Sholat 5 waktu menjadi poin penting dalam peristiwa spriritual Isra' Mi'raj yang dialami Nabi Muhammad saw., juga menjadi refleksi kepemimpinan di negeri ini. Karena Isra' Mi'raj juga sebagai bentuk kabar dari langit yang harus direfleksikan di muka bumi.
Pertama, dalam sholat berjamaah seorang Imam harus merasa dirinya pantas dan mampu menjadi seorang imam dengan berbagai alasan dan memenuhi syarat dan rukun yang sudah ditetapkan oleh ulama fuqoha' dalam perihal sholat. Begitu juga pemimpin, seorang pemimpin diwajibkan mampu melihat dirinya sendiri apakah sudah "pantas" dan memiliki kapasitas menjadi seorang pemimpin serta memenuhi syarat-syarat menjadi seorang pemimpin.
Kedua, jika seorang imam dalam sholat melakukan kesalahan dalam bentuk "lupa" atau "khilaf" seperti bacaan ataupun gerakan sholat. Maka, seorang makmum berkewajiban mengingatkan dan membenarkan kesalahan imam, dan imam harus berkenan mengikuti makmumnya. Ini merefleksikan, bahwa seorang pemimpin yang melakukan kesalahan entah dalam bentuk ucapan, tindakan dan pengambilan keputusan yang berhubungan dalam pemerintahan. Maka, rakyat berkewajiban memberikan komentar tanggapan. Misal, dengan aksi demo, tanggapan dalam bentuk artikel tulisan atau bersuara melalui wakil rakyat (DPR). Pemimpin wajib mendengarkan dan mempertimbangkan suara rakyaknya, bukan malah marah-marah ketika mendengar jeritan, tanggapan dari rakyatnya.Â
Ketiga, jika dalam sholat berjama'ah, DPR (Dewan Wakil Rakyat) adalah seorang yang memiliki kapasitas pengetahuan yang lebih (alim) daripada makmum sholat yang lain (awam). Mereka lebih tau jika ada kesalahan pada imam sholat. Maka, seorang DPR memiliki tanggung jawab lebih sebagai jembatan penghubung antara penguasa dengan rakyat. Bukan malah menyembunyikan kesalahan atau menyuarakan kebenaran namun untuk kepentingam dirinya pribadi.Â
Keempat, seorang imam meluruskan dan merapatkan shaf (barisan) dalam sholat berjama'ah adalah salah satu keutamaan. Jika masih ada shaf (barisan) yang kosong harus diisinya, tidak memandang tua-muda, besar-kecil, berkulit putih maupun hitam. Begitu juga dalam sebuah kepemimpinan, seorang pemimpin harus adil dalam memperlakukan rakyatnya tanpa memandang ras, suku, budaya dan agama. Entah dari keturunan bangsawan maupun dari rakyat biasa wajib memperoleh perlakuan yang sama.
Kelima, ibadah sholat diakhiri dengan bacaan salam. Ada tradisi salah satu kelompok keagamaam dalam Islam, setelah bacaan salam dalam sholat dilanjutkan dengan bersalaman antara imam dan makmum dengan makmum yang lain saling bersalaman sebagai perakat tali silaturrahmi. Maka seorang pemimpin sudah seharusnya menyapa seluruh rakyatnya di berbagai pelosok negeri. Melihat kondisi rakyatnya secara langsung agar lebih mengerti kondisi keadaan yanh dialami. Jangan hanya mengandalkan berita kabar dari bawahan saja. Begitu juga rakyat harus saling menghormati, saling mengerti, memahami dan menerima diatas berbagai macam perbedaan di negeri ini. Untuk mewujudkan cita-cita luhur dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu Pancasila.
EM. Agus Wahyudi (Darul Afkar Institute)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H