Mohon tunggu...
Ema Damayanti
Ema Damayanti Mohon Tunggu... Guru - Noroweco

Seorang pengajar SMP dan Ibu satu putra.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Nasihat untuk Wanita dari Drama Saimdang Lights Diary

19 Maret 2021   17:00 Diperbarui: 19 Maret 2021   17:03 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sahabatku tiba-tiba SMS, "Mol, pokoknya harus kamu tonton drama Saimdang Lights Diary, " Perintah yang memaksa itu membuatku jadi tambah penasaran dengan drama berlatar sejarah Korea pada abad ke-16 ini.

Awal nonton sih rasanya membosankan tapi karena ingat ada kata "Harus" dari sahabatku diteruskan juga. Setelah menuntaskan episode terakhir baru aku mengerti kenapa disuruh nonton, "Memang drama ini setidaknya bagiku dan temanku itu seperti sebuah nasehat untuk wanita. Drama ini menyisakan kesan di hati yang tertinggal lama."

Wanita yang sudah menikah tentu memiliki banyak pengalaman manis pahitnya berumah tangga. Terkadang, kehidupan rumah tangga tidak seindah yang digambarkan dalam drama dan juga idealisme pada awal menikah. Ada wanita yang memiliki suami tidak bekerja, suaminya berselingkuh, ada wanita yang Rumah Tangganya direcoki keluarga besar,  suaminya cuek,  KDRT dll. Ya mungkin sebaliknya juga yang dialami pria juga beragam. Intinya selalu ada masalah.

Begitupula yang dialami Saimdang, wanita ini memilih menikah dengan pria yang tidak dicintai demi menyelamatkan hidup kekasihnya ( Ini mungkin drama banget ya, dalam kenyataan sulit ditemui). Akan tetapi, Pernikahan yang tidak diawali cinta tentu bukan hal mudah. Tapi ternyata Saimdang mampu melewatinya hingga memiliki 4 anak. Bukan, soal cinta yang tumbuh setelah menikah. Saimdang melakukan semuanya karena memang begitulah seharusnya. Cinta terbesarnya, Ia curahkan pada anak-anaknya.

Ketika suaminya bermasalah secara ekonomi bahkan tidak punya tanggung jawab sebagai suami, Saimdang tampil ke depan menjadi tulang punggung keluarga. Ia  bekerja keras di siang hari. Mendidik anak-anaknya agar memiliki budi pekerti. Di malam hari ia mengelus anak-anaknya dan terkadang menangis sendirian untuk mengekspresikan lelahnya hidup yang sudah dijalani.

Ketika suaminya mendapatkan pekerjaan, suaminya malah selingkuh. Saimdang tentu ingin murka dan menangis seperti halnya wanita yang diselingkuhi. Tapi saimdang tetap berusaha tenang dan memahami posisi suaminya. Ya, Saimdang sadar sebagai seorang istri dia tidak bisa memberikan perasaan secara utuh kepada suaminya. Saimdang hanya berpikir tentang anaknya. Bagi Saimdang tidak masalah dirinya disakiti seperti apa pun, bagi anak-anaknya bapaknya tetap ayah yang baik. Saimdang pun tetap mengajarkan anaknya menghormati bapaknya.

Dengan kondisi hidupnya yang banyak cobaan, Saimdang malah mengurus banyak gelandangan dan berupaya keras menghidupi banyak orang. Upayanya membuahkan hasil, dia menjadi pengusaha kertas yang sukses yang mengelola para gelandangan. Kepedihan hatinya hanya Ia tuangkan dalam hobinya, melukis.

Di saat hidup diselingkuhi pasangan, tiba-tiba mantan yang masih bujangan datang memberikan kasih sayang yang tidak diberikan suami, tentu bagi kebanyakan wanita tidak akan kuasa menolak uluran tangan mantan dalam kondisi suami yang jauh dari harapan. Tapi bagi Saimdang, perang batinnya itu dia akhiri dengan tidak memilih berselingkuh. Hanya satu cita-citanya. Ia ingin, anak-anaknya mengenang dirinya sebagai sosok Ibu yang baik dan bisa dijadikan teladan. Tentu Saimdang pun merasakan godaan yang kuat ingin berselingkuh, tapi cinta pada anak-anak dan masa depan anaknya jauh lebih besar.

Dari cerita Saimdang saya belajar. Sebenarnya wanita bisa memilih hidupnya seperti apa. Hak wanita pula untuk memilih bahagia, melawan kezaliman dengan caranya. Akan tetapi, sikap yang ditunjukkan Saimdang menjadi terasa heroik dalam benak saya. Seolah Saimdang berkata, "Para wanita, hidup menjadi seorang wanita dan Ibu memang tidak mudah. Cobaan dan cobaan silih berganti. Kadang kita tidak bisa memilih takdir hidup kita seperti apa. Tapi, kita bisa memilih jalan seperti apa yang kita kehendaki. Wanita mengalah bukan berarti kalah. Wanita menangis bukan berarti mengemis. Tidak. Jadilah wanita kuat yang bisa menebar manfaat sebanyak mungkin di sekeliling. Jangan jadi wanita manja yang menggantungkan perasaan pada siapa pun selain diri dan sang Pencipta. Saat kita mampu tetap berdiri tegak ketika banyaknya cobaan menerpa, justru saat itulah wanita akan merasakan kemenangan"

Ya, perjuangan Saimdang membuat saya semangat ingin jadi wanita kuat dan bermanfaat. Terkadang mengeluh dan berharap keadaan sesuai harapan ideal kita justru malah melelahkan dan tidak produktif. Tapi, menjaga semangat hidup dan sikap pantang menyerah untuk terus menatap matahari cerah esok hari membuat kita tetap "hidup" Itu bisa jadi pilihan seperti apa pun badai yang menerpa. Tapi, jika kebetulan Anda memiliki suami yang relatif baik tidak menyesakkan kerongkongan Anda, cukup peluk mesra saja suami Anda dengan penuh rasa syukur. Ya, itulah nasihat yang saya dapatkan setelah nonton Saimdang. Salam salut buat para wanita kuat dimana pun...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun