Kala itu kau duduk Kasih,Di antara para kelana Cinta,Menularkan Semangat Satumu yang Masih,
Tertebar Tertanam dalam Jiwa Raga.
Kala itu Kasih Merenung,
Sepi mencari Ibu yang Pertiwi,
Kehidupan tentram Berlangsung,
Sampai datang tamu Sana Sini.
Kasihku,
Mencari Ayah,
Ia lahir dari Ibu Pertiwi,
Ayahnya siapa ia tak tau.
Kekasihku Berjalan,
76 Tahun dengan tanpa Keraguan,
Tapi satu yang membenak di Kepala,
Apakah Benar kini Sungguh telah Merdeka?
Entahlah,
Kasihku Haus di awal Agustus.
Em (2021)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!