Mohon tunggu...
Fatkhul Kareem
Fatkhul Kareem Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Scuba Diving"

9 November 2017   13:26 Diperbarui: 9 November 2017   17:41 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mesin kapal bergetar, gemuruh terdengar. Pinggir pantai yang beralas  ribuan pasir putih, tinggal garis melintang sepanjang mata memandang.  Angin memberi kesejukan dalam diri. Kapal yang melintas membelah ombak  lautan, meninggalkan jejak yang melebar dan pudar.

            Dingin air terasa di tangan, saat mencoba bersahabat  dengannya. Membentuk garis memanjang tak berujung. Terpesona oleh  damainya senyuman laut yang menyapa. Betapa tak terhitung apa yang sulit  dilupakan saat itu.

            Berbaring melihat awan, tersenyum. Angin yang berada di  sampingku, tidak pernah berhenti. Berkhayal akan terwujudnya  impian dan  harapan. Tersenyum dengan satu arah untuk terhapusnya masa lalu. Hidup  akan indah.

            Kapal terhenti, pertanda kami sudah sampai. Bayangannya  tak terliahat dari atas. Aku bersiap dengan kostum baruku. Tak lupa  dengan semua pelengkapan. Menunggu adalah hal yang membosankan, tapi ini  adalah caranya. Ini adalah tempat untuk bertemu dengan semua hal yang  tak akan dilihat oleh orang lain. Nafasku mulai tak beraturan, aku  adalah penyelam.

            Menarik nafas dalam, memandang birunya air. Tangan yang  diayunkan, membuat sebuah keyakinan untuk memulai satu hal yang harus  ditempuh. Mata menajam, memperkuat arah tujuan. Jantung berdetak dengan  melodi yang menahan waktu. Berkata dalam hati, mulai menghitung mundur.  Aku siap.

Tubuh tertarik ke belakang. Lompatan yang memberikan perubahan tercipta.
Merasa  dibinasakan oleh air yang mulai menemukan tempat di tubuh dengan cepat.  Darah menghangat. Gelembung-gelembung di depan mata yang menari-nari  mulai pergi ke atas. Sunyi mulai terasa, mata mencari-mencari kerumunan  kehidupan. Ikan yang berenang berurutan membentuk pola melingkar,  mengitari pandangan yang takjub. Berpesan kepada mereka; panggilah semua saudaramu kemari!

            Aku mulai menggerakkan tubuh untuk condong mengarah ke  atas. Mataku menangkap tujuan, lurus kedalamnya lautan. Kaki yang  menari-nari mendorong-dorong, membuatku mulai kedalam, semakin dalam.  Aku adalah penyelam.

            Sinar matahari tidak menyilaukan dari atas. Layaknya  sinar rembulan yang kucintai bagai saudara, selalu terang. Dunia bawah  mulai kugapai. Aku terhipnotis. Lalu-lintas negri indah nan padat.  Insang-insang mencari udara dalam setiap butir air. Warna-warni karang  yang berpadu dengan goyangan ekor. Perlahan aku lepas nafas pertamaku.

            Barisan tumbuhan yang kokoh, aku terbang di atas semua  itu, menyatu dengan itu, menyatu dengannya. Menggapai apa yang kulihat.  Coret-coret di tubuh ikan menarik perhatian. Raut wajah yang berkata;  "Selamat datang di dunia kami, kamu tidak akan melihatnya di layar, tak  terlalu cantik, tapi kami tahu bagaimana cara mengatur segalanya." Aku  coba untuk merabanya, dan berakhir dengan pelarian yang menyakitkan.  Dasar bodoh.

            Monster besar melintas di pundakku, membuat ngeri dan  kaku. Yang kemudian berganti menjadi sebuah senyum tanda kagum. Dengan  sangat cepat meninggalkanku. Putih gelap yang menjadi pengingat dirimu,  menciptakan kenangan.

            Sebuah negri di bawah lindungan perisai yang tak akan  mungkin pudar. Surga yang tak semua orang sanggup untuk mencapainya.  Penuh warna mengkokohkan perjuangan untuk mencapainya. Penuh warna dan  mengkokohkan perjuangan untuk menuju lebih dalam. Semua kenangan manis  yang pudar mulai berdatangan kembali, menggantikan apa yang telah sirna.  Sebuah kehormatan dan kenikmatan yang kurasa hanya diriku. Tak ada  orang yang lebih bahagia dariku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun