Mohon tunggu...
Em Yazid
Em Yazid Mohon Tunggu... lainnya -

Ngono yo ngono tapi ojo ngono http://tanbihun.com/

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Lika-liku Laki-laki Tak Laku-laku

16 September 2010   16:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:11 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lelaki Sejati

Tanbihun.com - Setiap kita pasti mempunyai kisah, perjalanan hidup tentu akan menyisakan masa lalu. Disana ada lakon sedih,senang, mengharukan dan tak jarang berujung pada dilema yang tragis, orang bilang inilah proses untuk pendewasaan kita. Kalau ini dianggap proses pendewasaan mestinya kita harus belajar dari kejadian-kejadian yang kita alami yang sering disebut "pengalaman", disebut pengalaman karena kita pernah mengalami. Tanpa proses pengambilan pelajaran dari peristiwa-peristiwa itu, kita hanya akan menambah daftar pengalaman semu kita semakin panjang. pengalaman itu lewat dikehidupan kita tanpa pernah kita bisa mendulang hikmah yang tersimpan didalamnya, jangan sampai kita akan bernasib seperti kambing yang melihat kereta api lewat, dia hanya melongo tanpa pernah tahu apa gerangan yang lewat tadi? boro-boro dia berpikir untuk mengambil manfaat dari kereta lewat tadi,misalnya menjual jasa penunggu perlintasan kereta yang tidak ada penghalangnya.

kali ini saya akan menyorot perjalanan anak manusia yang disebut "LELAKI". Seperti pria-pria pada umumnya, mereka tumbuh dan berkembang dari lingkungan dan keluarga yang berbeda, pendidikannya pun lain-lain, perekonomian keluarga mempengaruhi pilihan sekolah bagi anak-anaknya. Waktu pun berjalan tanpa pernah menoleh untuk memberikan "Kesempatan kedua" untuk pria-pria kecil ini. mau tidak mau mereka akan tumbuh menjadi lelaki dewasa.

Gerbang kedewasaan (dalam hal ini dewasa menurut usia) telah terbuka bagi mereka, bersamaan dengan itu muncullah aneka macam problem, dari mulai masalah pekerjaan, dari sejak didalam kandungan pria-pria ini sudah dicekoki pemahaman, kalau " Seorang lelaki adalah pemimpin" otomatis dia yang akan menanggung semua kebutuhan keluarganya. Maka tak heran banyak lelaki yang tidak mau lekas-lekas menikah sebelum mempunyai pekerjaan yang tetap dan menjanjikan.

Masalah kedua adalah jodoh, sejahat dan sejelek apapun perangai seorang lelaki kalau ditanya " kamu mau cari calon istri yang bagaimana?" dia akan menjawab secara spontan dan hampir seragam " saya akan mencari wanita yang shalihah(baik-baik), pengertian, menerima saya apa adanya dan tidak banyak menuntut". wajarlah kalau kemudian lelaki-lelaki ini meskipun sudah malang-melintang didunia percintaan, berganti-ganti pasangan, akhirnya dia akan berpikir ulang ketika ditanya oleh orang tuanya " Kapan kamu kawin lee?" Siapa calonmu lee?". dalam dekapan selimut malam dia selalu terjaga, apabila terngiang pertanyaan orang tuanya. lalu terbayanglah semua wajah-wajah wanita-wanita yang pernah singgah dihatinya, si rini dengan senyumannya yang menawan, tapi mendadak hilang ketika mulutnya yang ternyata bawel dan banyak mengatur, berganti dengan si farihah yang santun dan penyayang, tapi nasibnya juga tidak berbeda dengan si rini, dia hilang tertelan kekurangannya.

nasib wanita-wanita ini hampir sama, sebentar dipuja, tak selang seberapa lama sirna tertutup kabut kekurangannya. hampir semua lelaki pernah alami masa-masa bingung ketika harus menetukan pilihan akhir. Tak terkecuali sahabat saya, haris namanya. Malam itu selepas sholat tarawih dia datang ke rumah, dengan wajah lesu, setelah saya persilahkan masuk dia langsung rebahan di balai diruang tamu.

" wah koq bermuram durja, ada apakah gerangan wahai mas joko yang ganteng?" saya sering memanggilnya mas joko, karena usianya sebanya denganku yang sudah melebihi kepala tiga, tapi masih ogah kawin.

" ternyata dia bukan jodohku" tiba-tiba dia berujar demikian, sambil menggaruk-garuk rambutnya yang sebenrnya tidak gatal

" sabar .... kadang sebelum bertemu dengan jodoh, kita bertemu dulu dengan yang bukan jodoh " hiburku

" sampai kapan? ini sudah yang 11 kalinya " mas joko mulai protes dengan pendapatku

" sampai kamu capek mencari yang sempurna " saya pun terpancing mulai serius

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun