Mohon tunggu...
Em Yazid
Em Yazid Mohon Tunggu... lainnya -

Ngono yo ngono tapi ojo ngono http://tanbihun.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nuansa Masjid Kuno dan Kini

19 Januari 2010   06:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:23 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Masjid adalah salah satu pilar utama dalam perkembangan islam. Langkah pertama yang segera dilakukan Rasulullah saw ketika tiba dan menetap di Madinah adalah membangun masjid untuk menegakkan masyarakat Islam yang terdiri atas kaum Anshar dan Muhajirin supaya kokoh dan terpadu. Masjid merupakan asas utama dan terpenting bagi pembentukan masyarakat Islam. Karena masyarakat manusia tidak akan terbentuk secara kokoh dan rapi kecuali dengan adanya komitmen terhadap sistem, aqidah dan tatanan Islam. Hal ini tidak dapat ditumbuhkan kecuali melalui semangat masjid. Hakikat masjid adalah tempat melakukan segala  aktivitas  yang  mengandung  kepatuhan  kepada   Allah semata.  Karena  itu Al-Quran sural Al-Jin (72): 18, وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَداً " Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah. " Masjid Dulu dan Kini Dulu ketika penulis masih kecil, dimana bangunan masjid masih utuh peninggalan dari para sesepuh yang pertama kali membangun. Kami sering mendengar cerita dari penuturan kakek-nenek kami, betapa dulu ketika proses pembuatan masjid itu sangat dramatis dan penuh perjuangan, pengorbanan, dan do'a. Setelah disepakati dalam musyawarah kecil di rumah pak kyai, masing-masing kepala keluarga menyanggupi separo dari hasil panen akan diserahkan kepada panitia masjid untuk mendirikan masjid yang diidam-idamkan. Masjid jaman dahulu, dibuat dengan harta benda yang lebih jelas ke halalannya, hampir semua material dibeli dari hasil pertanian masyarakatnya, kayu-kayunya pun ditebang langsung dari kebun mereka. Yang mengerjakan juga tanpa dibayar sepeser pun. Maka pantaslah ketika masjid itu berdiri, meskipun sederhana, namun disana ada ketenangan, setiap yang hadir dan sholat atau iktikaf  merasakan kesyahduan sehingga sangat mendukung untuk menghadirkan Alloh didalam hatinya. Tapi coba kita lihat dan rasakan masjid-masjid sekarang ! Pemugaran besar-besaran yang dilakukan, telah merenggut nyawa dari masjid tua. Bangunannya memang megah, kokoh dan tentu indah, namun tidak mampu menggantikan suasana masjid tempo dulu, hal pertama yang keluar dari mulut para pengunjung adalah decak kagum " wah indahnya ! wah canggihnya ! wah .... Dan wah .... ! mereka "tersihir" oleh bentuk fisiknya. Entah mengapa bisa begitu? Apa karena dana yang dibuat membangun masjid itu banyak yang syubhat ( tidak jelas) , memang tidak semua masjid begitu, tapi kebanyakan masjid-masjid dibangun dari hasil proposal yang diajukan kepemerintah atau lembaga-lembaga yang tidak jelas penghasilannya darimana. Atau kayu-kayunya ditebang dari hutan yang bukan haknya. Tidak jarang pembangunannya diborong oleh kontraktor, kalau pun ada pekerja hampir semuanya dibayar. Mungkin inilah salah satu faktor , mengapa pemugaran-pemugaran masjid tua, akhirnya juga menghilangkan "ruh" dari masjid itu sendiri. (zid/10 )

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun