Setiap orang memiliki cara berbeda dalam menikmati hasil kerja kerasnya. Tentu dengan membelanjakan sebagian dari apa yang dihasilkan, misalnya dengan membeli properti, kendaraan, barang elektronik, atau bahkan wisata. Bagaimana dengan Anda?
Benjamin Franklin bilang, "Tragedi dalam kehidupan adalah saat kita terlalu cepat menjadi tua, namun terlambat untuk jadi bijaksana."
Hmmmmm, tragedi tua? Oh, no! Sebagai perempuan saya sangat menghindari cepat tua. Iya, bukankah begitu kebanyakan perempuan? Saya punya resepnya untuk menghindari tragedi itu. Tentunya dengan merencanakan dan menikmati hidup sesuai dengan passion. Â Â Â
Agar kerja tak sia-sia, wisata adalah salah satu cara saya untuk menikmatinya. Namun, hal ini justru sering dijadikan tuduhan orang tua kepada saya. "Dolannya dikurangi, saatnya mikir masa depan," kira-kira begitu ucap Mama dan Papa ketika tahu saya melakukan perjalanan berhari-hari ke luar kota.
Sebagai traveler bayaran, tak mudah bagi saya memahamkan kepada orang tua bahwa keuangan saya aman dan terkendali. Indikator mereka hanya satu, saya pulang dengan barang baru yang menurut mereka tentu perlu banyak rupiah untuk membawanya pulang. Pokoknya yang tertangkap hanya wisata dan hura-hura.Padahal menurut saya wisata aka bekerja. Ya, bagaiamana lagi "traveler bayaran" harus pandai menikmati dan menerima penderitaan dalam waktu bersamaan. Kadang, hanya minum kopi dan makan sepotong roti. Pergi ke luar kota tak cocok dengan kuliner yang ada. Dibilang wisata tapi menghadap netbook terkoneksi internet demi memandangi MDA (Meta Data Analys).
Tak banyak orang tahu itu dan tidak perlu tahu. Biarlah media sosial mencitrakan wisata bahagia, gembira dan ceria yang terpampang nyata. Berdarah-darahnya tak perlu. Kira-kira begitu cara saya menikmati hasil kerja.
Rahasia mengelola pendapatan
Sebelum Benjamin Franklin mengolok-olok saya karena terlambat bijaksana, maka saya memiliki beberapa strategi dalam mengelola pendapatan. Ada benarnya juga yang dikatakan orang tua saya "mulailah memikirkan masa depan." Wisata memang kadang membuat saya lupa untuk itu saya harus bijak dalam mengelola pendapatan.
"Seberapa, sih gajimu kok wisata melulu?" selididk beberapa teman pada saya.
Pekerjaan utama saya adalah pekerja teks komersial yang punya hobi berburu wisata gratisan yang kemudian dijual. Jadilah saya dijuluki traveler bayaran. Hehehe.Jelas pekerjaan saya ini tidak menjanjikan kepastian setiap bulannya. Saya harus pandai mencari peluang pekerjaan yang bisa saya kerjakan dalam waktu beberapa hari dan hasilnya untuk sebulan atau dua bulan ke depan. Ini prinsip.
Nah, saya harus ketat pada diri saya dalam mengatur keuangan. Salah satunya dalam hal menyimpan sebagian pendapatan untuk masa depan dengan memanfaatkan beberapa produk bank yang kiranya menguntungkan saya dalam mengelola keuangan yang tak pasti ini.
Paling terbaru saya membuka rekening Tabungan Simpatik produk dari Mandiri Syariah. Â Khusus tabungan ini saya gunakan sebagai cadangan. Sedangkan sehari-harinya saya gunakan rekening Mandiri konvensional. Memisahkan wadah penyimpanan adalah kunci saya untuk mengkontrol keuangan.
Prinsip dasar bagi hasil dalam pengelolaan uang nasabah merupakan sistem yang menguntungkan bagi saya dan tentunya pihak bank. Aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika, serta mengedepankan nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi keuangan.
Seperti yang dilansir oleh OJKSyariah, Bank Syariah di Indonesia menyediakan ragam prroduk dengan layanan jasa perbankan dengan skema keuangan yang bervariatif, kredibel, dan terbuka untuk semua golongan masyarakat Indonesia.
Saya masih ingat betul diskusi dengan teman saya terkait investasi emas di Bank Mandiri Syariah dengan sistem cicil dan harga stabil sejak akad atau kesepakatan awal pembelian emas. Syarat utama untuk bisa cicil emas harus memiliki rekening Bank Mandiri Syariah. Setelah timbang terima serta konusultasi sana sini, baik teman mau pun cutomer service akhirnya saya punya rekening Tabungan Rupiah Mandiri Syariah
Tabungan ini berprinsip Mudharabah Mutlaqahmerupakan bentuk kerjasama antara pemodal (nasabah) dengan pengelola (bank) dengan kesepakatan di awal. Kalau saya bilang, Tabungan Rupiah atau dikenal dengan Tabungan BSM ini jauh lebih ketat aturannya karena nilai-nilai administrasinya juga berbeda dengan Tabungan Simpatik yang lebih cocok untuk mahasiswa.
Selain itu, tabungan BSM memiliki kemudahan dalam penyetoran karena dapat dilakukan di kantor Kas selama jam buka atau di mesin ATM. BSM Card yang berfungsi sebagai kartu ATM & debit dan kartu potongan harga di merchant yang telah bekerjasama dengan BSM. Tabungan BSM juga sudah memiliki jaringan online yang aman sehingga cocok dengan pekerjaan saya yang kebanyakan di online dan berpindah tempat karena transaksi jauh lebih muda.
Sebab kemudahan-kemudahan dari tabungan BSM tentu biaya administrasinya juga beda. Setoran minimum awal Rp 80.000 (perorangan) dan Rp 1 juta (non-perorangan) dan minimum setoran berikutnya Rp10.000. Saldo minimum Rp 50.000, biaya tutup rekening Rp20.000, dan biaya administrasi Rp 7.000.
Iya, jujur. Menabung di Bank Mandiri Syariah itu dengan cara mengumpulkan koin sisa belanja yang kemudian jika sudah penuh saya tukar untuk disimpan di Bank. "Sedikit demi sedikit menjadi emas," itu tujuan utama saya untuk bisa cicil emas di Bank Mandiri Syariah. Tak ketinggalan saya juga ingin ke tanah Papua yang biayanya tidak sedikit. hehehe.
Kata orang bijak, "Hidup terdiri dari 10% apa yang terjadi padamu dan 90% bagaimana kau meresponnya," Lou Holtz.
Saya menyadari, hidup tanpa pendapatan pasti membuat saya harus pintar dan bijak dalam mengatur keuangan. Sebab keseimbangan antara kerja keras dan rajin wisata menjadi sebuah kunci awet muda. Dan tentunya Bank Mandiri Syariah cukup membantu saya dalam menitipkan dan menyimpan persiapan masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H