Mohon tunggu...
Elizhabet Elzha
Elizhabet Elzha Mohon Tunggu... Penulis -

#travellerkembangtebu yang mengabdikan diri pada netbook sebagai #Pekerjatekskomersial di http://www.elzha09.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sejarah Tolak Angin dan Indonesia dalam Satu Ramuan Iklan Peristiwa

30 Mei 2017   21:02 Diperbarui: 31 Mei 2017   16:43 13184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Orang Pintar, Minum Tolak Angin,” siapa yang tak kenal dengan tag line iklan tersebut. Saya yakin, persepsi kita sama. Ini adalah produk jamu yang dikemas secara modern bernama Tolak Angin.

Tolak Angin - Pengobatan tradisional tak asing di kehidupan masyarakat. Pengobatan dan obat tradisional telah menyatu dengan masyarakat dan digunakan untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan baik di desa maupun kota besar. Berbagai jenis pengobatan tradisional telah dikenal sejak zaman nenek moyang dan berkembang seiring dengan perkembangan kebudayaan masyarakat. Perkembangan pengobatan tradisional yang makin beragam di tengah masyarakat menuntut perhatian semua pihak untuk menjamin keamanan konsumen atau pengguna pengobatan tradisional.

Pengobatan tradisional merupakan suatu upaya menjaga kesehatan dengan cara lain dari ilmu kedokteran dan berdasarkan pengetahuan yang diturunkan baik secara lisan maupun tulisan yang berasal dari Indonesia atau luar Indonesia. Obat tradisional merupakan obat yang dibuat dari bahan atau perpaduan bahan-bahan yang berasal dari tanaman, hewan, atau mineral yang belum berupa zat mumi meliputi jamu gendong, jamu berbungkus, simplisia, dan obat tradisional Obat kelompok fitoterapi.

World Health Organization menyatakan pengobatan tradisional adalah ilmu dan seni pengobatan himpunan dari pengetahuan dan pengalaman praktik, baik diterangkan secara ilmiah maupun tidak, dalam melakukan diagnosis, prevensi dan pengobatan terhadap ketidakseimbangan fisik, mental, atau sosial. Pedoman utama adalah pengalaman praktik berupa hasil pengamatan sosial, diteruskan dari generasi ke generasi, baik secara lisan maupun tulisan.

Tolak Angin termasuk dalam kategori jamu bungkus berbentuk cair. Namun, tahukah Sahabat Kata, bahwa Tolak Angin Cair yang saat ini kita konsumsi awalnya berupa Jamu Godokan dengan formulasi tetap yang mengalamai inovasi terus menerus sepanjang kiprahnya mewarnai dunia Jamu di Indonesia?

Sejarah Tolak Angin, Jamu Legendaris 88 tahun 

Bertempat di lingkungan Masjid Huda, Langgar Duwur, serta  Bangunan Rumah Tua di Kota Gede, Yogyakarta saya berkesempatan meliput proses pembuatan iklan Sejarah Tolak Angin, Sabtu (27/5) lalu. Turut hadir Irwan Hidayat selaku Director of PT. Sido Muncul Tbk dan Maria Hidayat selaku Vice Director of PT. Sido Muncul Tbk mengawasi secara langsung proses pembutan iklan tersebut.

“Tolak angin inikan produk lama, diformulasikan pertama kali tahun 1930 oleh nenek saya. Dibuat untuk kepentingan anak-anaknya yang sakit. Trus tahun 1940  dia punya toko seperti ini (Toko Djamu). Produk pertama tolak angin dalam bentuk godokan, cara minumnya direbus dulu. Tahun 1952 mendirikan Sido Muncul, membuat dalam bentuk serbuk, dibuat supaya masyarakat bisa minum tolak angin, formulanya persis sama yang dulu,” jelas Irwan saat ditanya tentang produk Tolak Angin.

Sambil berdiri di balik meja jamu, Pak Irwan Hidayat meretas ruang dan waktu. Ia berkisah, Neneknya  bernama Ibu Rahmat Sulistio pandai meracik jamu sejak tahun 1930 untuk kebutuhan kesehatan keluarga. Saat itu keluarga neneknya masih tinggal di rumah No.8 Kampung Ketandan, Yogyakarta.

Berkat ketelitian dan ketekunan Ibu Rahmat Sulistio menemukan ramuan untuk masuk angin pada tahun 1941. Bertempat di kediamannya, Ibu Rahmat menjual ramuan masuk angin ini untuk masyarakat umum dalam bentuk rempah-rempah yang diberi nama Jamu Godokan Tolak Angin di Toko Djamu yang mengambil sekat dari bagian rumahnya.

Revolusi Bungkus Tolak Angin dari masa ke masa (Dokumentasi Pribadi)
Revolusi Bungkus Tolak Angin dari masa ke masa (Dokumentasi Pribadi)
Ibu Rahmat-lah yang menanam, meramu, dan membungkus rempah-rempah Godokan Tolak Angin itu. Ia memilih dan memastikan sendiri kualitas bahan, menentukan ketepatan komposisi, hingga memasarkannya dalam kondisi bungkusan rapi. Semakin hari, toko Ibu Rahmat semakin ramai pembeli jamu Godokan Tolak Angin.

Tahun 1947, Bapak Irwan Hidayat lahir dan ikut neneknya, di mana pada saat itu terjadi Agresi Militer I di Jakarta. Keluarga Ibu Rahmat Sulistio masih bertahan di Ketandan, Yogyakarta. Namun, ketika Agresi Militer II pecah di Yogyakarta pada 19 Desember 1948 ditandai penangkapan Soekarno, Moh. Hatta, Sjahrir, dan tokoh penting lainnya. Perang terus terjadi hingga peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 atas Yogyakarta Membuat keluarga Ibu Rahmat Sulistio harus pindah ke Semarang.

Lingkungan baru di Semarang tak menyurutkan niat tulus Ibu Rahmat untuk tetap melanjutkan berjualan jamu dan terus berkarya untuk kesehatan masyarkat. Pada tahun 1951 di Kota Semarang, Ibu Rahmat Sulistio berhasil membangun sebuah Pabrik Jamu bernama Sido Muntjul yang berarti “impian yang terwujud.” Jamu Godokan Tolak Angin menjadi produk pertamanya. Saat itu Ibu Rahmat masih melayani konsumen yang ingin minum di Toko Djamu.

Tahun 1961, pabrik Sido Muntjul semakin berkembang pesat. Inovasi pertama yang dilakukan untuk produk andalan Tolak Angin adalah membuatnya dalam format serbuk yang praktis. Desain bungkus jamu serbuk itu khas, dengan foto Pak Irwan Hidayat dan Ibu Rahmat Sulistio yang saat itu diambil di daerah Tugu Kulon, Yogyakarta.

Sebagai cucu ke 6 dari 46 orang cucu, Pak Irwan Hidayat yang lebih memahami perjalanan Tolak Angin dan menjadi leader dalam meneruskan usaha keluarga ini bersama adik-adiknya. Seiring perkembangan jaman dan teknologi, Tolak Angin terus berproses dan melakukan inovasi. Pada tahun 1992, Tolak Angin berhasil disajikan sebagai jamu cair dalam kemasan pertama di Indonesia.

Pada tahun 2000, PT. Sido Muncul Tbk memutuskan untuk melakukan uji toxit. “Produk ini terjual banyak, kami merasa perlu uji toxit untuk menumbuhkan kepercayaan konsumen. Kami sebagai perusahaan dipercaya memiliki responsibility. Sebab, ramuan ini tidak pernah berubah dari dulu,” ucap Irwan Hidayat. Hasil uji toxit tersebut Tolak Angin dinyatakan nihil dari toxit dan aman dikonsumsi dalam jangka panjang. Rencana akan mengganti unsur ramuan pun tidak jadi dilakukan.

Usia adalah bukti bahwa ketekunan dan ketelitian dari Ibu Rahmat Sulistio dapat melahirkan produk kesehatan asli Indonesia yang patut kita banggakan bersama. Warisan budaya leluhur yang terus menerus melakukan inovasi, uji laboratorium, dengan didukung tenaga ahli dan pabrik berteknologi tinggi. Tolak Angin pun terus berkembang dengan beragam produknya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Demi kecintaan dan tanggung jawab kepada konsumen, PT. Sido Muncul Tbk memproduksi sebuah iklan dengan durasi 2 menit tentang product knowledge yang telah dipaparkan di atas. Tunggu saja tayangannya di TV kesayangan Sahabat Kata.

Tolak Angin Sido Muncul untuk keluarga pintar!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun