On your mark, get set, go! Januari 2025 menjadi awal maraton panjang program flagship Makan Bergizi Gratis (MBG). Program bernilai anggaran fantastis Rp 71 triliun ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang untuk memerangi stunting, kemiskinan dan kelaparan.
Merujuk pada data APEKSI, terdapat 53.300.038 siswa mulai jenjang PAUD hingga SMA di 439.444 sekolah yang menjadi bagian penerima manfaat. Selain peserta didik, perlu dicatat bahwa masih ada penerima manfaat lain yaitu balita, murid pesantren, ibu hamil, dan ibu menyusui.
Selama 9 bulan terakhir Badan Gizi Nasional (BGN) telah memetakan kebutuhan makanan pokok beserta lauk untuk "Rp 10 ribu per anak" ini. Dari hasil trial didapatkan perkiraan untuk 3.000 anak per hari per satuan pelayanan diperlukan 200 kilogram beras, 350 kilogram ayam atau 3.000 telur, dan 350 kilogram sayur. Sebagai catatan, estimasi tersebut hanya untuk satuan pelayanan di satu wilayah. Apabila program MBG ini telah full berjalan penuh, maka dalam satu kecamatan setidaknya ada lima satuan layanan MBG.
Lalu Bagaimana dengan Kebutuhan Air dan Sanitasinya?
Memasak nasi memerlukan air. Mencuci sayur mayur memerlukan air. Memastikan kebersihan peralatan makan dan minum memerlukan air. Pembiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) juga memerlukan air bersih. Semua aspek dalam program MBG memerlukan air.
Ada beragam akibat dari mengonsumsi air tidak bersih atau terkontaminasi bakteri, yang sering dikaitkan sebagai waterborne disease antara lain diare, kolera, disentri, dan typhoid. Dalam beberapa kasus, pencemaran air dapat menyebabkan wabah hepatitis A dan B.
Mengutip pernyataan Abdul Rahim -Kepala BPPOM di Padang (2024), air yang tercemar bakteri E Coli dan Salmonela dapat menjadi penyebab Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan pangan. Kontaminasi E Coli juga bisa disebabkan kontaminasi feses manusia dan hewan serta sanitasi yang buruk.Â
Faktor lain yang berkontribusi terhadap keracunan pangan adalah akibat penggunaan air yang tercemar E Coli, orang terinfeksi yang menangani penyiapan pangan, serta pembersihan dan sanitasi peralatan yang tidak tepat.
Ironisnya, data UNICEF menyatakan secara global 29 persen sekolah tidak memiliki layanan air minum dasar, yang berdampak pada 546 juta anak sekolah. Fakta lain menyatakan bahwa 1 dari 3 sekolah dasar dan 1 dari 4 sekolah menengah tidak memiliki layanan air minum dasar.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyebutkan hingga 2024 masih ada 3,1 juta peserta didik di Indonesia yang belum memiliki sumber air bersih di sekolah. Selain itu, setidaknya ada 8,9 juta anak Indonesia yang belum memiliki akses sarana sanitasi yang layak di sarana pendidikan.
Makan Siang Gratis Sebagai Jalan Masuk Pembenahan Air di Sekolah di Amerika Serikat