Mohon tunggu...
Eliza Bhakti
Eliza Bhakti Mohon Tunggu... Insinyur - Environmental Enthusiast

Government Officer | Environmental Enthusiast | Writer in progress |

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Topi Boleh Pudar, Semangat Anti Korupsi Tak Pernah Gentar

25 Desember 2024   16:00 Diperbarui: 25 Desember 2024   21:03 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Basuki Hadimuljono (Kompas/ Raditya Helabumi)

Akhir Oktober 2024 menjadi momen perpisahan Mochammad Basuki Hadimuljono dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Sosok yang telah berkiprah di kementerian yang membidangi infrastruktur selama 45 tahun tersebut, pamit dari gerbang Jalan Pattimura nomor 20 Jakarta Selatan.

Pak Bas, begitu ia kerap disapa adalah tipe pemimpin yang walk the talk, apa yang dikatakan sama dengan yang dilaksanakan. Keteladanannya tak hanya dengan merumuskan 4 Big No’s yaitu no bribery (tanpa suap), no kick back (tanpa imbalan), no gift (tanpa hadiah) dan no luxurious lifestyle (tanpa gaya hidup mewah), namun juga melaksanakannya.

Kesederhanaan pria kelahiran Surakarta, 5 November 1954 ini merupakan hasil didikan orang tuanya yang tentara. Bahkan saat di bangku sekolah di Palembang, ia dan saudara-saudaranya tak segan menggunakan mobil ayahnya untuk ngompreng, untuk sekedar menambah uang saku. Kebiasaan untuk “kerja apapun yang penting halal” terulang saat menjadi mahasiswa pasca sarjana hingga menempuh pendidikan doktoral di Colorado Amerika Serikat, ia tak malu menjadi loper koran sebagai tambahan beasiswa yang pas-pasan.

Sejak merintis kariernya sebagai PNS, pria berkumis ini tidak pernah neko-neko. Setelah kuliahnya di Amerika Serikat selesai dan pulang ke Indonesia, Pak Bas menyewa kamar kos sementara istrinya tinggal di Semarang. Rekannya Thomas Suyatno mengetahui kondisi tersebut,  menawarinya menempati rumahnya yang tak dihuni. Selama 6 bulan menempati rumah Thomas, Pak Bas hanya mampu membeli gorden. Ia pun tak mau berlama-lama tinggal di rumah pinjaman itu karena takut terlena hidup bermewah-mewahan.

Selama 1 dekade sebagai menteri, gayanya tetap sederhana dengan kemeja putih (yang terkadang digulung lengannya). Dalam forum-forum internasional, Pak Bas menunjukkan profesionalismenya dengan menggunakan setelan jas dan dasi. Setelah forum resmi selesai, tak segan ia membuka jasnya dan ikut menabuh drum di acara-acara networking. Tak hanya gayanya yang sederhana, ia pun menyederhanakan sistem dengan berorientasi hasil, yang berhasil memotong mata rantai koordinasi, biaya, hingga kebijakan

Jika pejabat lain kerap flexing kekuasaan dan berganti-ganti gadget, Pak Bas masih setia dengan ponsel “jadul”nya yang hanya bisa untuk berkirim SMS dan telepon. Istri dan anak-anaknya pun berpenampilan sederhana dan bersahaja, jauh dari image keluarga pejabat. 

Topi Pak Bas di Galeri Bendungan (dokpri)
Topi Pak Bas di Galeri Bendungan (dokpri)
Saat meninjau proyek, tak lupa ayah 3 orang putra-putri ini memakai topi andalannya yang sudah pudar. Topi legendaris tersebut bahkan disimpan di Galeri Bendungan di Gedung Ditjen SDA Kementerian PU. Topi dengan lambang PU tersebut menjadi saksi terpaan sinar matahari dan debu yang dihadapi di lapangan dalam membangun negeri.

Pria yang masa kecilnya berpindah-pindah dari Palembang, Surabaya hingga ke Papua mengikuti tugas ayahnya ini juga berbesar hati saat rumahnya di Bekasi Timur digusur demi proyek pemerintah. Rumah pribadinya masuk ke dalam trase jalur pembangunan jalan tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu). Meski ketiga anaknya yang tumbuh besar di kompleks Pengairan PU Rawa Semut tersebut memiliki ikatan emosional dengan rumah tersebut, penggusuran tetap dilakukan. Padahal Pak Bas, yang saat ini menjadi Kepala Otorita IKN adalah pimpinan yang menginisiasi pembuatan jalan tersebut, namun tak sedikit pun beliau mengintervensi atau melakukan upaya membelokkan jalan agar tak melewati tanah pribadinya.

Terjun Sendiri Menyusun Sistem Anti Korupsi

Lulusan S-1 Teknik Geologi UGM ini menyadari bahwa tugas besarnya tak hanya membangun dan mewujudkan infrastruktur yang mentereng, namun juga meninggalkan legacy yaitu sumber daya manusia berintegritas. Dalam buku Delivered, Rhenald Kasali menyampaikan kunci sukses “Panglima Tempur Infrastruktur” era Presiden Jokowi ini tidak hanya fokus pada “apa yang terlihat” berupa proyek-proyek fisik, namun juga berfokus pada “apa yang tak terlihat”. Yang dimaksud “apa yang tak terlihat” adalah sistem yang tertata rapi, manusia yang akuntabel dan organisasi yang amanah.

Saat berbicara mengenai pemberantasan korupsi, ia benar-benar menjadikan dirinya sendiri sosok teladan. Meski jenaka, sosoknya tegas saat berhadapan dengan penyelewengan “Kamu boleh salah teknis. Tapi, kamu main uang, saya pecat!”, ujarnya mewanti-wanti bawahannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun