Mohon tunggu...
Eliza Bhakti
Eliza Bhakti Mohon Tunggu... Insinyur - Environmental Enthusiast

Government Officer | Environmental Enthusiast | Writer in progress |

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Menilik Swedia, Negara Paling Sustainable di Dunia

24 Desember 2024   08:47 Diperbarui: 24 Desember 2024   10:59 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover Sustainable Me (Gramedia Pustaka Utama & Linked.In Via Apriyani)

Swedia merupakan negara Skandinavia yang diklaim sebagai negara paling sustainable  di dunia. Menurut rilis data Sustainable Development Report (2024), Swedia masuk ke dalam ranking tertinggi ke-2 setelah Finlandia. Sedangkan menurut data SGI (2022), Swedia menempati posisi nomor wahid dalam bidang kebijakan lingkungan. Keberlanjutan atau sustainability merupakan suatu upaya global untuk melakukan pembangunan yang selaras dengan aspek kelestarian lingkungan.

Negara yang wilayahnya dibatasi Laut Baltik dan Teluk Bothnia ini juga menjadi salah satu negara yang menginisiasi kebijakan pajak karbon. Regulasi yang digagas sejak 1995 ini efektif sebagai upaya mengurangi emiso CO2 dan melepaskan ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Pemasukan pajak karbon ini ternyata berhasil berkontribusi besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebanyak 2,52%, lebih tinggi dibandingkan negara-negara OECD lain yang berkisar di bawah 2%. Tingginya pajak karbon yang dikenakan, mau tak mau mengubah preferensi warga Swedia untuk menggunakan energi baru dan terbarukan.

Greta Thunberg (Kompas.com/Imbd)
Greta Thunberg (Kompas.com/Imbd)
Nama Swedia juga kian mencuat sebagai tempat lahirnya aktivis lingkungan cilik, Greta Thunberg. Greta, yang pada 2018 masih berusia 15 tahun melakukan aksi "Skolstrejk for Klimatet" atau aksi mogok sekolah untuk iklim. Gerakan tersebut kemudian direplikasi secara global sebagai gerakan #FridaysforFuture yang kemudian membawa Greta sebagai nominator penerima Nobel Perdamaian pada 2019.

Jika tertarik dengan bagaimana Swedia melakukan langkah-langkah sustainable, maka buku Sustainable Me cocok untuk anda baca. Buku terbitan Gramedia Pustaka Utama (2020) ini membahas tuntas bagaimana gaya hidup ramah lingkungan di negara dengan bendera biru-kuning ini. Meski judulnya Sustainable Me (me: diri sendiri), namun pembahasan lebih banyak mengulas secara makro adopsi gaya hidup berkelanjutan di Swedia.

Saya mendapatkan buku ini sebagai hadiah giveaway dari webinar Sustainability at School yang diadakan Buibu Baca Buku Club (BBB) pada Juli 2024 yang lalu. Buku ini juga sangat terkait dengan kampanye BBB Climate Literacy for Mothers, yaitu gerakan untuk membumikan literasi iklim untuk ibu.

Cover Sustainable Me (Gramedia Pustaka Utama & Linked.In Via Apriyani)
Cover Sustainable Me (Gramedia Pustaka Utama & Linked.In Via Apriyani)
Via Apriyani sang penulis menghabiskan waktu 2 tahun di Swedia saat menempuh studi S-2 di Departemen Environmental Studies and Sustainability Science di Universitas Lund Swedia. Lund adalah sebuah kota pelajar di Skne ln, yang bisa ditempuh sekitar 6 jam perjalanan darat dari ibukota Stockholm.

Buku ini dilengkapi dengan referensi yang cukup lengkap dan disajikan pula gambar-gambar pendukung. Sayangnya untuk edisi cetak, banyak foto yang tercetak hitam putih sehingga kurang informatif. Anda bisa memilih untuk membaca versi e-book nya jika ingin melihat gambar yang lebih jelas.

Dengan hanya 184 halaman, menjadikan buku ini cukup ringan dan bisa dibaca hanya sekali "duduk". Ada 3 bagian besar yang diulas dalam buku yang terdiri dari 9 bab ini, yaitu mengenal konsep sustainability, inspirasi hidup ramah lingkungan dan penutup.  Terdapat 5 inspirasi ramah lingkungan yang bisa diadopsi dalam kehidupan kita sehari-hari.

Pertama, sustainable waste treatment atau pengolahan sampah berkelanjutan. Warga Swedia sudah terbiasa untuk memilah sampah menjadi beberapa kategori yaitu sampah makanan, koran, kemasan kaca, kemasan plastik, kemasan logam dan residu.

Sampah sisa makanan akan diolah secara biologis menjadi biogas, yang menjadi sumber bahan bakar. Sampah sisa makanan juga diolah menjadi pupuk organik, yang akan kembali ke alam.

Pemerintah Swedia menerapkan kebijakan mengurangi limbah plastik sekali pakai dengan mengenakan biaya tambahan untuk plastik di supermarket. Botol plastik dapat ditukarkan menjadi uang dengan nominal tertentu di mesin daur ulang botol yang tersedia di supermarket. Sistem penukaran botol ini dimungkinkan, karena setiap pembelian minuman akan dikenakan deposit untuk botolnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun