Mohon tunggu...
Eliza Bhakti
Eliza Bhakti Mohon Tunggu... Insinyur - Environmental Enthusiast

Government Officer | Environmental Enthusiast | Writer in progress |

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Meretas Keterbatasan Infrastruktur Pariwisata

4 Juni 2024   11:28 Diperbarui: 4 Juni 2024   12:33 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover Bunga Rampai/ditbtpp.id

R. Pamekas, dkk; Bandung; 2023; 978-979-8230-44-8; 207 hlm; viii ; 25 x 17,6 cm

"Marah-marah aja, kurang piknik ya?" celetukan yang banyak dilontarkan untuk menanggapi emosi seseorang. Berwisata memang kerap dijadikan jalan keluar dari kejenuhan rutinitas sehari-hari. Selaras dengan tumbuhnya lokasi wisata, infrastruktur penunjang sebagai pondasi pemenuhan sarana prasarana kawasan wisata mulai dibenahi pemerintah.

Bunga rampai ini merupakan kumpulan karya tulis ilmiah yang diharapkan dapat menjadi media pembelajaran yang mengupas infrastruktur permukiman di kawasan wisata. Buku ini terdiri atas 17 bab yang meramu tulisan 21 penulis yang merupakan para pejabat fungsional bidang permukiman dan perumahan.

Direktur Jenderal Cipta Karya dalam sambutannya mengapresiasi buku ini, yang merupakan bentuk alih pengetahuan insan Cipta Karya dalam pelaksanaan penugasannya. Cakupan pembahasan cukup luas dari mulai ulasan pemenuhan sarana air bersih, sanitasi, pengelolaan persampahan, aspek gender dan infrastruktur ramah untuk kelompok difabel, tata kelola dan kelembagaan hingga peran masyarakat sekitar kawasan wisata.

Penulis membuka buku dengan penjelasan secara makro mengenai kawasan wisata. Kawasan wisata hendaknya dapat diakses semua kalangan tak terkecuali para penyadang disabilitas. Akses pengunjung sarana wisata hendaknya ramah disabilitas, antara lain menggunakan guiding block sebagai jalur pemandu bagi tuna netra serta sarana prasarana yang mudah diakses menggunakan kursi roda.

Selain aksesibilitas, infrastruktur permukiman di kawasan wisata yang ramah lingkungan menjadi inovasi yang harus terus dikembangkan. Salah satu terobosan infrastruktur yang mempertimbangkan unsur ramah lingkungan yaitu desain biophilic untuk penyediaan toilet umum ramah lingkungan. 

Tak hanya secara desain, sarana toilet beserta instalasi pengolahan limbah diharapkan dapat memberi nilai tambah terhadap suatu kawasan wisata. Pada bab 10, penulis mengulas pula konsep pengolahan limbah domestik dengan taman sanita. Taman sanita ini memiliki added value menambah estetika lokasi wisata yang efektif dan efisien.

Aspek lain yang dibahas dalam buku adalah permasalahan pengelolaan sampah. Timbulan sampah menjadi hal yang tak dapat dihindari sehingga lembaga pengelola perlu memetakan langkah strategis untuk mengurangi timbulan sampah. Pengelolaan sampah di kawasan Situ Bagendit misalnya, menerapkan sistem TPS-3R sehingga mengurangi beban dari TPA Pasir Bajing.

Dalam buku dibahas pula beberapa alternatif pengolahan air minum untuk mendukung kawasan wisata antara lain melalui sea water reverse osmosis untuk pengolahan air minum di wisata pesisir, pemanenan air hujan untuk pulau-pulau kecil, serta optimalisasi kapasitas daerah tangkapan air.

Penataan kawasan wisata melalui infrastruktur yang holistik diharapkan akan bermanfaat memudahkan akses ke kawasan wisata, serta menyediakan amenitas yang memadai bagi wisatawan. Infrastruktur permukiman hadir sebagai nilai tambah dan magnet untuk meningkatkan daya tarik kawasan pariwisata. Harapannya peningkatan kualitas infrastruktur pariwisata dapat menjadi katalis dalam  peningkatan taraf hidup perekonomian masyarakat Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun