Mohon tunggu...
Eliza Bhakti
Eliza Bhakti Mohon Tunggu... Insinyur - Environmental Enthusiast

Government Officer | Environmental Enthusiast | Writer in progress |

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Membangkitkan Kembali Kejayaan Menara Air Kota

4 Desember 2023   10:30 Diperbarui: 4 Desember 2023   12:11 1128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menara Air Tirtanadi, yang jadi ikon Kota Medan. (Tribun Medan/Aqmarul Akhyar)

Pada beberapa wilayah bekas kotapraja Hindia Belanda, terdapat keunikan desain tata kota yaitu konsep alun-alun. Alun-alun sebagai ruang publik biasanya dikelilingi dengan pasar, masjid, penjara dan pohon beringin, tak jarang dilengkapi dengan menara air. Menara air pada konteks zaman kolonial memiliki 2 peran penting. 

Pertama, menara air sebagai penyimpanan air untuk kereta uap dan sebagai tempat cadangan air penduduk kota. Menara air di dekat stasiun Kereta Api (KA) biasanya menjadi tandon air untuk kereta uap pada abad 19.

Di Manggarai, Jakarta, misalnya, menara air KA masih kokoh berdiri sejak 1917 dengan ciri khas desain kolonial Hindia Belanda.

Menara air KA lain tersebar dari Semarang, Yogyakarta hingga Cirebon. Desain menara air cenderung seragam dengan material dari tulangan beton dengan tinggi di atas 2 meter.

Fungsi menara air kedua sebagai tandon cadangan air bersih. Peninggalan menara air era kolonial masih dapat kita lihat di bekas kotapraja Belanda seperti di Medan dan Makassar.

Menara air memegang peran kunci dalam distribusi pelayanan air minum. Air yang ditampung di menara, kemudian digelontorkan ke pipa transmisi utama hingga ke konsumen. Selain sebagai penampungan, menara air berfungsi sebagai distribusi pelayanan dan menstabilkan tekanan air.

Menara Air Tirta Nadi Medan (Merdeka.com)
Menara Air Tirta Nadi Medan (Merdeka.com)
Menara air juga berfungsi sebagai reservoir penyeimbang. Insinyur-insinyur Belanda membangun menara air untuk menambah tekanan air saat distribusi dan penyimpanan air.

Sayangnya, beberapa menara air peninggalan kolonial kini terbengkalai dimakan zaman dan tak lagi digunakan.

Menara Air Peninggalan Kolonial

Di mancanegara, menara air kerap dijadikan ikon kota misalnya menara air dengan desain Route 66 di Amerika Serikat yang menjadi center of attention di beberapa film Hollywood.

Di negeri Paman Sam tersebut, menara-menara air yang dibangun saat revolusi industri telah dicanangkan pemerintah sebagai monumen arsitektural.

Beberapa menara heritage digunakan sebagai marka tanah dan tidak boleh dirubuhkan. Bahkan kota megapolitan seperti New York masih mempertahankan menara air kayu di gedung-gedung pencakar langit.

Sedangkan di Indonesia, hanya segelintir menara air yang dilestarikan. Beberapa daerah masih mempertahankan dan merawat menara air peninggalan kolonial, salah satunya ada di PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara. Reservoir menara yang memiliki ketinggian 42 meter dengan berat 330 ton ini terletak di Jalan Sisingamangaraja No 1, Kecamatan Medan Kota.

Menara air PDAM Tirtanadi dibangun sejak 8 September 1905. Kala itu pelayanan air minum dikelola oleh NV Waterleiding Maatschappij Ajer Beresih, namun hanya diprioritaskan untuk masyarakat menengah ke atas. Bangunan yang merupakan karya Hendrik Cornelius Van Den Honert ini sampai kini masih terawat menjadi salah satu landmark kota.

Ikon menara air lain yang masih berdiri kokoh ada di Kota Magelang. Menara air yang dirancang oleh Thomas Karsten tersebut dibangun pada tahun 1916 dan selesai pada 1920.

Menara air tersebut merupakan salah satu cagar budaya dengan bentuk unik, masyarakat awam menyebutnya sebagai kompor minyak raksasa. Awalnya menara air dengan tinggi 21 meter ini bertujuan untuk mengamankan persediaan air minum dari pencemaran untuk tentara militer maupun warga Belanda yang tinggal di Kota Magelang.

Transformasi Menara Air Kota Palembang (sumber FB Indonesia Tempo Dulu)
Transformasi Menara Air Kota Palembang (sumber FB Indonesia Tempo Dulu)
Kisah berbeda datang dari Palembang, dimana menara air dialih fungsikan menjadi kantor Wali Kota. Bentuk asli bangunan tidak mengalami banyak perubahan meski renovasi sudah beberapa kali dilakukan.

Bangunan ini dibangun pada 1929 dengan arsitek bernama S. Snuifj telah menjadi saksi perjuangan kemerdekaan hingga kini masih berdiri kokoh.

Menara Air Modern

Peninggalan menara air zaman kolonial yang tak terawat tentunya tak sedap dipandang, selain itu rapuhnya konstruksi berpotensi membahayakan warga sekitar. Sebagai upaya pelestarian, beberapa daerah mulai mempercantik fasad bangunan menara air.

Di New York misalnya, pemerintah kota bekerja sama dengan seniman lokal menginisiasi Water Tank Project untuk merevitalisasi menara air dan sebagai promosi kepedulian krisis air. Beberapa pengembang bahkan menginvestasikan uangnya untuk merubah menara air menjadi griya tawang eksklusif seharga jutaan dollar.

Hal serupa dilakukan Perseroda air minum Intan Banjar yang melakukan renovasi tower PDAM dengan sentuhan seni mural. Awalnya tower air hanya berupa bangunan bercat kusam yang dibangun pada tahun 1970-an.

Proses melukis menara setinggi 30 meter ini berlangsung selama 3 bulan dengan desain keindahan motif kain khas sasirangan yang cerah. Di malam hari, sorotan kerlip lampu menambah keindahan penanda kota yang berlokasi di Taman Van Der Pijl Kota Banjarbaru ini. Tak sedikit warga yang singgah dan mengambil swafoto di depan menara ini.

Selain desain yang estetis, harus digaris bawahi bahwa fungsi utama menara air adalah sebagai cadangan air saat kondisi kritis serta meningkatkan tekanan layanan. PDAM Surya Sembada Kota Surabaya mengkombinasikan menara air dan ground reservoir di Distribution Center Putat Gede I dan II. Desain menara air sederhana dan bersahaja bercat biru dengan manfaat memaksimalkan pelayanan, memberikan tekanan yang merata serta memberikan distribusi yang optimal bagi pelanggan. 

Desain Menara Air Perumdam Tugu Tirta Kota Malang (dok. Hendro)
Desain Menara Air Perumdam Tugu Tirta Kota Malang (dok. Hendro)
Selaras dengan fungsi utama menara air, Perumdam Tugu Tirta Kota Malang mengoptimalkan tandon air sebagai mitigasi risiko saat terjadi pecah pipa. Menara air berwarna hijau cerah menyambut di Kantor Perumda yang berlokasi di Jalan Terusan Danau Sentani ini. Kapasitas tower sebesar 1.000 meter kubik diharapkan mampu memberikan layanan kepada masyarakat secara maksimal.

Seiring dengan tumbuhnya wilayah perkotaan, Pemerintah Kota seolah berlomba-lomba membuat patung atau bangunan sebagai ikon kota.

Sayangnya seringkali ikon kota tersebut hanya menjadi monumen mangkrak. Alangkah eloknya jika pemerintah kembali menghidupkan kejayaan menara air sebagai ikon kota.

Selain sebagai landmark kota, menara air merefleksikan suar harapan rakyat atas pelayanan air yang menjulang tinggi. Peranannya tak hanya sebagai penghias kota namun sebagai wujud hadirnya pemerintah memberikan pelayanan air minum yang mumpuni kepada masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun