Bagaimana caramu membuang sampah? Mungkin mayoritas jawaban orang Indonesia adalah sampah dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu diangkut oleh petugas kebersihan. Paradigma membuang sampah di tempatnya sudah melekat sangat kuat, sayangnya kebanyakan masyarakat tak ambil pusing dengan proses memilah sampah atau mendaur ulang sampah.
Namun di beberapa negara, membuang sampah tak bisa asal-asalan. Salah memilah dan membuang sampah sesuai kategorinya bisa berujung denda.Â
Tak hanya itu, pelaku juga bisa mendapatkan sanksi sosial dari tetangga di lingkungannya karena dianggap tidak tertib menjalankan aturan membuang sampah. Keruwetan dalam membuang sampah nyatanya menghasilkan jalanan kota yang bersih dan rapi meski tak banyak petugas kebersihan.
Jangan Asal Membuang Sampah di Jepang
Salah satu negara yang terkenal akan kebersihannya adalah Jepang. Kebersihan bahkan sudah menjadi akar budaya anak-anak tingkat sekolah dasar. Siswa SD lebih ditekankan untuk belajar adab, perilaku dan menjaga kebersihan daripada belajar matematika.Â
Uniknya, cukup sulit menemukan tong sampah di jalanan kota metropolitan Jepang seperti Tokyo. Kalaupun ada biasanya adalah tempat sampah khusus untuk kaleng minuman di sebelah vending machine.
Aturan membuang sampah di Jepang akan berbeda di setiap daerahnya masing-masing. Plastik yang digunakan pun khusus menandakan wilayah meski ada yang hanya mewajibkan menggunakan plastik transparan saja.
Saat saya berkesempatan tinggal di asrama yang terletak di kota pelabuhan Yokohama, pengenalan awal saat orientasi adalah bagaimana cara memilah sampah.Â
Pengumpulan tiap jenis sampah pun berbeda-beda, cukup membuat pening. Sebagai contoh, hari senin hanya bisa membuang kaleng minuman ke tempat pengumpulan sampah sementara.Â
Selain hari tersebut, kaleng disimpan di dalam rumah. Lain lagi dengan sampah botol plastik, biasanya jadwal pembuangannya setiap 2 minggu sekali. Itupun harus dipisahkan antara label plastik, tutup botol dan botolnya. Bayangkan jika kita lupa jadwal pembuangan sampah sesuai kategorinya, gunungan sampah bisa-bisa memenuhi rumah kita.
Hal unik lain, tak bisa asal buang minyak jelantah ke saluran pembuangan. Minyak harus dibekukan dengan larutan zat kimia tertentu kemudian dibuang dengan plastik khusus, yang dapat dengan mudah ditemui di minimarket.
Membuang sampah di Jepang cenderung mahal, maka tak heran terkadang orang Jepang akan membagikan barang yang dipakai secara cuma-cuma dari pakaian hingga barang elektronik yang masih dalam kondisi bagus. Tentu saja bagi orang Indonesia kesempatan ini biasanya digunakan untuk "memulung" barang yang masih layak pakai.
Di Korea Membuang Sampah Malah Diminta MembayarÂ
Proses membuang sampah di Korea mirip dengan di Jepang. Sampah harus dipilah sebelum dibuang dengan jadwal pembuangan sesuai dengan masing-masing jenis sampah.Â
Ada satu scene di K-Drama Hometown Cha Cha Cha, dimana ada orang yang membuang sampah sembarangan dan didenda oleh pihak "kelurahan". Di Korea ada banyak CCTV yang dipasang di area publik, sehingga pembuang sampah nakal bisa dengan cepat ditemukan.
Yang sedikit berbeda dari Jepang, di Korea sangat peduli dengan isu food waste. Sampah makanan atau disebut eomsikmulsiregi perlu dibuang secara khusus dengan plastik yang dilengkapi barcode. Pembuang sampah bisa membuka tong sampah dengan barcode, hal ini tentunya bertujuan supaya sampah ini tidak asal dibuang.Â
Menarik sekali ya proses pembuangan sampah di negara-negara maju ini, sembari berkhayal kapan hal ini bisa diterapkan di negara sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H