4. Pertentangan Budaya: Disintegrasi dapat memperkuat identitas etnis atau nasional yang terpisah, menciptakan pertentangan budaya dan perpecahan.
Dalam kedua kasus, penting untuk mempertimbangkan konteks spesifik dari integrasi atau disintegrasi tersebut, karena dampaknya dapat bervariasi tergantung pada faktor-faktor seperti sejarah, kebijakan yang diambil, dan partisipasi aktor-aktor kunci.
Faktor Penghambat Integrasi:
1. Perbedaan Budaya: Ketidakseragaman budaya, bahasa, dan nilai-nilai dapat menjadi penghalang utama bagi integrasi, karena dapat menyulitkan terbentuknya identitas bersama.
2. Ketidaksetujuan Politik: Konflik kepentingan politik di antara pihak-pihak yang terlibat dapat menghambat integrasi, terutama jika ada perbedaan ideologi atau tujuan politik.
3. Ketidaksetaraan Ekonomi: Kesenjangan ekonomi antara unsur-unsur yang berpartisipasi dalam integrasi dapat menciptakan ketidaksetujuan dan resistensi, terutama jika beberapa pihak merasa dirugikan.
4. Tingkat Otonomi Lokal: Beberapa entitas mungkin enggan kehilangan otonomi atau kemandirian mereka dalam proses integrasi, terutama jika mereka sudah memiliki sejarah otonomi yang panjang.
5. Ketegangan Etnis dan Agama: Konflik etnis dan agama dapat menjadi penghambat utama bagi integrasi, karena sering kali memicu ketidaksetujuan dan memperkuat identitas etnis atau agama yang terpisah.
Faktor Penghambat Disintegrasi:
1. Kekuatan Sentripetal: Adanya faktor-faktor sentripetal seperti kepemimpinan yang kuat atau kebijakan yang mempromosikan persatuan dapat menghambat keinginan untuk berpisah.
2. Kekuatan Ekonomi Bersama: Ketergantungan ekonomi yang tinggi antara unsur-unsur yang mungkin ingin berpisah dapat menjadi faktor yang menghambat disintegrasi.