Mohon tunggu...
Elviza Diana
Elviza Diana Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Hanya seorang perempuan sederhana, yang saat ini menjalani hari-harinya untuk mengabdikan diri pada sebuah lembaga konservasi. Menulis dan menikmati tulisan adalah dua hal yang membuat saya dapat melepaskan penat sesaat dari segala aturan dan segala yang mengungkung.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Wasiat Een untuk Jambi

25 Februari 2013   05:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:44 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Een Keserawati, demikian nama lengkap bocah perempuan berusia lima tahun yang menjadi korban dalam bencana abrasi Sungai Batanghari di Desa Pulau Kayu Aro, Kecamatan Sekernan, Kabupaten Muaro Jambi yang telah terjadi dua pekan yang lalu. Bencana Abrasi ini meluluh lantakkan dua rumah, dan hingga saat ini sebanyak 90 warga masih mengungsi ke rumah sanak saudaranya. Peristiwa naas yang merenggut nyawa een ini bermula dari dia bersama ibu dan kakak perempuannya mandi di jamban sungai batanghari yang berada tak jauh dari rumahnya sekitar pukul 17.00 WIB, Kamis, (23/8).

Sebelumnya, menurut keterangan ibunya, Surya(40)puteri bungsu dari tiga bersaudara ini tidak mau ikut mandi di jamban dan memilih jajan di warung dekat rumahnya. Namun, entah kenapa akhirnya Een menyusul ibu dan saudara perempuannya ke jamban. Belum sempat mandi, jamban tempat mereka mandi terbalik dan diikuti suara dentuman tanah.

“Saya tertindih di bawah jamban, sambil terus berteriak minta tolong dan mano anak sayo, mano anak sayo,”kata Surya, Rabu (4/9).

Sementara saat itu, Een dan kakak perempuannya Anggraini terhempas ke samping sungai dan masih bergantung pada jamban. Hingga akhirnya Een terlepas dari gantungan kakaknya dan terseret arus sungai. Jasad Een akhirnya berhasil ditemukan warga setelah berusaha mencari selama sehari semalam di daerah Desa Kedaton, yang merupakan desa tetangga berjarak lebih kurangtujuh kilo meter.

Genap sudah lima belas hari setelah kepergian Een, sampai sejauh ini warga Desa Pulau Kayu Aro masih khawatir dengan adanya abrasi susulan. Mereka memilih mengungsi ke rumah sanak saudara terutama malam hari. Keluarga Een, juga sudah bisa mengikhlaskan kepergian Een yang dianggap sebagai penyelamat kampung.

“Sayo sudah berupaya ikhkas dengan kepergian Een, dan berharap dengan kejadian ini pemerintah biso cepat tanggap mencarikan solusi mengatasi longsor ini,” kata istri Efendi, yang keseharian suaminya bekerja sebagai pencari ikan.

Bencana Abrasi ini, sudah dimulai sejak Senin, (20/8) dan terus berlanjut selama lima kali berturut hingga terakhir merenggut nyawa Een.

“Pertama kali abrasi sejak lebaran keduo, terus berlanjut sedikit-sedikit hingga Kamis, (23/8) yang paling parah dan menghancurkan dua rumah serta satu korban jiwa,” jelas Rahman, Sekretaris Desa Pulau Kayu Aro.

Kejadian abrasi ini dikatakan, Kepala Badan Pengelola Daerah Aliran Sungai Batanghari Provinsi Jambi, Garendel Siboro disebabkan kerusakan hutan yang teramat parah yang menyebabkan sedimentasi dan berujung pada abrasi.

“Secara teoritis, pendangkalan atau sedimentasi membuat arus menghempas ke pinggir sungai, ini dikarenakan air menjadi tidak tertampung di jalur sungai,” jelasnya.

Tingginya alih fungsi kawasan di hulu Sungai Batanghari, dan pengundulan kawasan memperparah sedimentasi. “Masalah ini tidak akan tuntas dengan hanya menanam pohon secuil-cuil, sementara alih fungsi hutan dibiarakan dimana-mana,” kata Garendel dengan nada tinggi.

Garendel juga menghimbau seluruh pihak untuk lebih peduli dengan lingkungan melalui bencana abrasi yang terjadi. Seperti yang tertuang dalam peraturan pemerintah Nomor 38 tahun 2011, juga dijelaskan terkait dengan garis sempadan sungai minimal 100 meter untuk sungai besar dan 50 meter untuk sungai kecil.

“Sempadan sungai jangan dipakai untuk pemukiman atau pertanian, karena fungsinya untuk penyangga antara ekosistem sungai dan daratan sekaligus batas perlindungan sungai” lanjutnya.

Data dari Balai Pengelola Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Provinsi Jambi menyatakan, sekitar 100 kilometer Daerah Aliran Sungai Batanghari rawan tanah longsor. Kondisi tanah di sepanjang aliran Sungai Batanghari mulai dari Kabupaten Muarojambi tepatnya Sengeti hingga kawasan ilir sepanjang 100 Km hingga Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Tanjung Jabung Barat merupakan kawasan tanah endapan yang rawan longsor.

Isak tangis kehilangan Een bagi orang-orang terdekatnya telah usai, namun bencana abrasi masih terus mengintai. Tidak hanya bagi masyarakat Desa Pulau Kayu Aro, namun juga masyarakat yang hidup di sepanjang sungai Batanghari. Ada sekitar 3,5 juta masyarakat Jambi dan sebagian wilayah Sumatera Barat yang menggantungkan dalam memenuhi berbagai kebutuhan pasokan air. Kebutuhan terbesar adalah untuk sektor pertanian, yakni sumber irigasi puluhan ribu hektar lahan persawahan, ribuan hektar untuk lahan perikanan, hingga sumber kebutuhan air minum bagi penduduk di dua provinsi. Tawaran pembuatan turap, dinding penahan yang dibuat di tebing sungai menjadi sebuah hal penting sebagai sebuah solusi. Namun ini tidak akan efektif mengingat pembangunan ini hanya di beberapa wilayah saja dan memakan biaya yang besar.

Perlunya pengelolaan sumberdaya alam di daerah aliran sungai dengan pendekatan bioregion menjadi sebuah langkah untuk penanggulangan kritisnya kondisi Sungai Batanghari dan bencana abrasi dan seperti yang diungkapkan Rudi Syaf, Manajer komunikasi KKI Warsi

“Pendekatan bioregion, maksudnya pengelolaan wilayah atau teritori tanah dan air yang cakupannya tidak ditentukan oleh batasan administrasi, politik, tetapi oleh batasan geografi komunitas manusia dan sistim ekologinya. Dengan cara ini diharapkan sumber daya alam, terutama kawasan DAS Batanghari perludilihat secara holistrik dan komprehensif serta masyarakat dapat terlibat penuh dalam semua level pengelolaannya” jelasnya

Laki-laki berkacamata ini juga menambahkan, masyarakat harus mengambil hikmah dari kejadian tersebut dengan kesadaran untuk lebih menjaga lingkungan, termasuk perlindungan terhadap kawasan-kawasan DAS Batanghari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun