(Bantul-MTsN 6 Bantul)- Aura Nisa Azzahwa Riyanti, seorang siswi kelas 7 di MTsN 6 Bantul yang menggunakan bahasa arab dalam berkhitobah, Selasa (5/12/23). Meskipun masih baru dalam menempuh pendidikan tingkat menengah pertama di MTsN 6 Bantul, Aura sudah dapat menunjukan potensinya. Melalui pembelajaran Bahasa Arab di kelas dan ekstrakurikuler tambahan, ia mampu menggunakan bahasa Arab sebagai sarana penyampaian dalam berkhitobah.
Perkembangan ini juga berhasil memotivasi para siswa yang lain supaya ikut menunjukan bakat dan potensinya melalui program khitobah yang ada di MTsN 6 Bantul. "Ini merupakan suatu perkembangan yang luar biasa, karena bukan hanya berani berbicara didepan saja, Namun ia mampu menunjukan bahwa untuk berkhitobah bukan hanya
harus berani saja, namun juga harus memperhatikan setiap unsur dalam berkhitobah.
Kepala madrasah Mafrudah mengungkapkan "kami menekankan penggunaan bahasa Arab sebagai bentuk penghormatan kepada Al-Qur'an, kitab suci umat Islam, serta sebagai sarana untuk memperkuat pemahaman dan nilai-nilai agama. Siswa yang berani melakukan khitobah dengan bahasa Arab menunjukkan kecintaan dan kesungguhan mereka dalam memperbaiki diri", ungkap Mafrudah.
Di lain pihak Makmur Amrani guru pendamping mengatakan "Meskipun masih ada beberapa kekurangan yang masih terlihat, namun semoga dengan ini juga dapat memotivasi siswa yang lain agar sekreatif mungkin dalam berkarya dan juga tidak lupa akan unsur-unsur yang ada," papar Makmur selaku pembimbing. Dengan ini juga menandakan bahwa tingkat pendidikan di MTsN 6 Bantul semakin berkembang. Melalui program-program yang diadakan di MTsN 6 Bantul tidak sedikit pula anak yang berhasil
menunjukan potensinya salah satunya melalui program khitobah ini. Selain itu, meskipun masih dalam waktu penilaian/ujian ia tidak menyerah dalam membuat karyanya.
Dengan itu juga banyak siswa yang melihatnya tidak percaya dan termotivasi untuk dapat menjadi sepertinya. Itu juga menunjukan bahwa MTsN 6 BANTUL semakin hari semakin maju dan berkembang. Semua itu juga tidak lepas dari pengawasan dan pembinaan oleh Mafrudah kepala madrasah. "Semoga dengan ini siswa yang lain dapat mencontoh dan juga berani mencoba untuk berkhitobah dengan menggunakan gaya yang sesuai dengan diri masing masing. Mungkin setelah ini bisa ditampilkan khitobah dengan bahasa lain seperti bahasa Inggris atu yang lain", tegas Basuki salah satu guru yang melihat khitobah tersebut. (kla)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H