Gunung Kelud adalah salah satu gunung yang sangat aktif di Indonesia tercatat sejak tahun 1000 M, Kelud telah meletus lebih dari 30 kali, Â dan yang paling terbesar adalah pada tahun 2014. Letak gunung Kelud berada pada perbatasan antara Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar, dan Kabupaten Malang, kira-kira 35 km sebelah timur pusat Kota Kediri dan 25 km sebelah utara pusat Kota Blitar (Wikipedia).
Liburan tahun baru kemarin saya dan keluarga kecil saya, menghabiskan liburan di Kediri dan sekitarnya, karena belum pernah ke kawah puncak Gunung Kelud maka saya yang sangat penasaran dengan cerita yang beredar langsung tancap gas ke sana.
Sebelum mengunjungi ke kawah saya dan keluarga mengunjungi taman anggrek yang lokasi yang tak jauh dari gunung Kelud (maklum mak mak pecinta anggrek seperti saya pasti langsung semrinthil kalau lihat lokasi wisata yang ada anggrek-anggreknya gitu).Â
Menurut legendanya Gunung Kelud meletus karena kutukan Lembu Mahesa Suro dan Lembu Suro terhadap Dewi Kilisuci yang ogah dipersunting. Alkisah Dewi Kilisuci mengadakan sayembara mau diperistri bila 2 raja siluman itu membuatkan 2 sumur yang berbau harum dan satu lagi berbau amis di puncak Gunung maka dia mau diperistri.
Namun setelah 2 sumur itu selesai dibuat dalam semalam Dewi Kilisuci tetap tidak mau menjadi istrinya malah dia mengakali 2 pangeran itu untuk mencoba sendiri dan disuruh masuk ke dalam sumur. Setelah 2 raja siluman itu masuk ke dalam sumur, disuruhnya prajurit Jenggala untuk menutup sumur.
Namun sebelum meninggal 2 raja tersebut sempat mengutuk yang isinya apabila meletus orang Kediri besok akan mendapatkan balasanku yang sangat besar. Kediri bakal jadi sungai, Blitar akan jadi daratan dan Tulungagung menjadi danau. Sehingga setiap tanggal 23 pada bulan Surau akan diadakan upacara besar seperti membuat sesaji sebagai tolak balak supah itu yang disebut Larung Sesaji.
Kalau saya jadi Dewi Kilisuci mungkin melakukan hal yang sama pastinya karena enggan menolak coz masalah politik kerajaan atau apalah, tapi kalau tidak cinta mau diapakan lagi.
Pada tahun 2014 silam rumah kakak yang berada di kota kediri juga terkena imbas hujan pasir. Untuk keluarga kakak dan tetangga hal tersebut dianggap rejeki karena pasir merupakan salah satu bahan bangunan untuk membangun rumah.
Menurut cerita kakak ada tetangga yang sedikit serakah dan mengambil pasir yang jatuh bukan hanya di pekarangan orang tapi juga di jalan-jalan utama, malam harinya di dengar suara "apa masih kurang  pasir yang ada di pekaranganmu?, sontak esok paginya di balikin.Kalau dipikir-pikir lucu juga sih itung-itung bersihin jalan juga...
Untuk naik ke kawah gunung kelud dapat menggunakan ojek motor atau jalan kaki bagi yang suka jalan, biaya ojek motor sebesar Rp. 50,000 untuk 1 orang. Gojek dapat dipesan  dari lokasi parkir mobil. Karena suami saya takut ketinggian dan anak-anak masih kecil, saya naik ke atas dan memulai perjalanan dengan gojek selama kurang lebih 15 menitan seorang diri.
Pemandangan indah dan sangat mendebarkan tersaji di kiri dan kanan jalan, apalagi suasana saat itu diguyur hujan cukup deras dan kabut tipis tipis menutupi puncak bukit-bukitnya menambah suasana menjadi sangat mistis. Dikiri dan kanan bukit bukit kecoklatan gersang dan ditutupi bunga edelweis putih yang cantik.
Sebelum sampai ke puncak Kelud gojek melewati terowongan kecil yang hanya cukup untuk 1 gojek, setelah keluar dari terowongan tersebut gojek langsung berada di bibir kawah kelud serasa berada di dunia lain (wuihhh....lebay dikit ya, but it's true). Apalagi ada gending-gending jawa oleh musisi semakin menambah mistis puncak Gunung Kelud waktu itu. Sumpah Keren banget !
Perjalanan menuju puncak itu lah yang membuat saya sangat berkesan, dingin, damai, tentram, namun juga terasa ramah, seperti pulang kerumah, serasa waktu berhenti berputar (masih dalam mode lebay, but it's true). Tidak lama saya di puncak Gunung Kelud, kira-kira hanya 15 menitan foto-foto sebentar trus cepat-cepat turun ke bawah lagi.
Beberapa hari terakhir kepikiran apa ya resolusi saya tahun 2020, kok ya bingung, Yang jelas semoga apa yang saya cita-citakan dapat tercapai, lancar rejeki, dan keluarga sehat. Itu sajalah yang ada saya syukuri. Karena berserah dan bersyukur itu sangat mendamaikan.
Trus satu hal yang kepikiran lagi, pengen jadi sedikit gagal fokus di jalan yang benar (kata muthia sayekti), atau dengan kata lain mengalihkan fokus dari hal-hal negatif yang selalu menggelayut di dalam pikiran kita adalah suatu kebaikan.
Saya suka menulis (walau masih amatir), saya suka menggambar (masih belajar doodling art, mungkin lain kali saya akan menulis tentang asyiknya menggambar doodling art), saya suka membaca buku (punya cita-cita punya perpustakaan pribadi). Mengalihkan fokus itu bukan melarikan diri dari kenyataan, banyak orang bilang jangan melarikan diri dari kenyataan.
Tapi menurut saya mereka salah mundur atau beralih sebentar adalah cara kita menemukan kembali jalan yang lurus kembali, menemukan sudut pandang yang berbeda, menemukan diri sendiri kembali adalah sesuatu yang membahagiakan.
Beberapa bulan ini saya disibukan dengan berbagai macam urusan yang bertumpuk sehingga saya jarang meluangkan waktu untuk mengerjakan hobi saya. Namun, di tahun 2020 kedepan saya akan meluangkan waktu untuk mengerjakan hal-hal yang saya senangi seperti menulis di kompasiana ini. Selamat Tahun Baru tahun 2020, semoga semua mahluk berbahagia dan damai.
3 Januari 2019 , Denpasar Bali, 19.45 WITA
Warung Upnormal
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H