Matahari telah tinggi di atas langit rasanya mata pak tua sangat sakit untuk menengadah dan menebar jala. Entah kenapa dia selalu merasa sakit yang sangat ketika harus bertatapan dengan matahari, matanya mulai berair banyak. Tangannya yang keriput mulai mengusapi air mata yang mengalir turun, sepintas dia nampak seperti anak kecil yang habis menangis karena diacuhkan oleh temannya. Wahyu yang sedari tadi melihat merasa kikuk dan tidak enak, melengoskan mukanya kearah lain. Dan tiba-tiba saja dia melihat sekelebat sepasang kuda laut berwarna kuning yang bergandengan ekornya berenang menuju belitan padang lamun, sontak dia memanggil pak tua lantang.
"Pak Tua...pak tua, lihat ada kuda laut"
Kemudian dengan sigap pak tua mengarahkan jaring kearah yang ditunjuk wahyu. Kuda laut adalah jenis ikan yang tidak bisa berenang, hal tersebut disebabkan bentuk tubuhnya yang vertikal, sehingga gerakannya terkesan kaku dan lambat. Dengan sekali tebar pak tua berhasil mendapatkan sepasang kuda laut itu. Kuda laut juga terkenal dengan hewan yang setia, apabila si jantan kehilangan betinanya dia akan sulit untuk mendapatkan penggantinya. Waktu terus berlalu pak tua dan wahyu menebar jala kearah padang lamun dan terumbu karang mencari kuda laut, sampai larut dari matahari tenggelam mereka berhasil cuma menangkap 6 ekor kuda laut. Telah lebih dari 12 jam mereka melaut, mendapat 6 ekor adalah karunia yang tidak terkira. Satu ekor kuda laut dihargai Rp.5000-Rp.7000, dijual kepada pengepul di desa tetangga.Mereka berdua kembali pulang ke gubugnya dengan hati lega dan enteng.
Hari berikutnya pak tua tidak dapat melaut karena asmanya kambuh...
Begitu juga hari setelahnya...
Dan hari setelahnya...
Wahyu dibuat cemas dan bolak-balik menengoknya, sambil memastikan keadaan dia juga memastikan pak tua dapat kiriman nasi pete bikinan emaknya.
Sebelum subuh setelah hari ketiga mereka sudah melaut, dan kembali pulang saat bulan menggantung cukup tinggi di langit 12 ekor kuda laut di dapatkan. Dan esoknya paktua dan wahyu mulai mengeringkan kuda-kuda laut itu di bawah terik matahari seperti yang sudah-sudah. Setelah kering kemudian dijualnya pada pengepul di desa tetangga.Â
Dan seterusnya begitu terus berulang, mereka berdua kalau sedang tidak melaut karena asma pak tua kambuh atau cuaca buruk, mereka duduk dalam rumah dekat tungku dan minum teh tanpa gula sambil bercerita cerita tentang pengalaman pak tua melaut. Tentang laut nan cantik misterius, tentang kuda-kuda laut yang aneh dan semakin susah di dapat, dan cerita tentang apa saja, mereka berdua tidak memiliki mimpi, mereka hanya menjalani hari demi hari dengan apa adanya dan kesederhanaan.
Denpasar
23.49 WITA