Pentingnya Komunikasi Antar Budaya

Ragam budaya merupakan fakta yang harus dihadapi manusia pada zaman globalisasi. Globalisasi membentuk situasi memudarnya batasan-batasan, jarak antara satu wilayah, budaya, masyarakat dengan lainnya. Memudarnya batasan-batasan ini membuat individu yang ada didalamnya terlibat dalam satu dinamika yang mengharuskan mereka berkomunikasi satu sama lain

Globalisasi yang membuat batasan batasan antar manusia memudar membuat banyak aspek dalam kehidupan manusia yang berubah dari segi ekonomi, budaya, politik serta komunikasi. Kemajuan teknologi menjadi salah satu memudarnya batasan-batasan ini.

Sosial media juga bentuk konkrit dari perkembangan teknologi. Media sosial yang hadir karena adanya jejaring sosial yang berorientasikan jejaring internet dapat dikatakan menjadi wadah masyarakat atau para penganutnya untuk melakukan kegiatan pertukaran, menghasilkan serta mendapatkan informasi atau dapat disebut dengan proses komunikasi.

Selain itu, media sosial menjadi wadah yang ditujukan untuk penggunanya agar dapat berkomunikasi secara daring atau jarak jauh menggunakan jejaring internet yang didasari dengan teknologi Web 2.0. Adanya kemajuan teknologi ini memungkinkan para penggunanya untuk memproduksi, bertukar serta menerima pesan secara daring (Andreas, 2010:61).

Tanpa adanya bekal tentang budaya lain dan kita dipaksakan untuk menjalin relasi dengan budaya lain maka yang terjadi hanyalah bibit konflik dan kesalahpahaman. Oleh sebab itu dibutuhkannya pengetahuan mengenai komunikasi antar budaya. Samovar (2017) mengatakan bahwa ekonomi, sumber daya, edukasi, sistem kesehatan hingga budaya di era globalisasi membuat kita saling bergantung dengan negara lain. Oleh sebab itu komunikasi antar budaya sangat diperlukan

Pada dasarnya komunikasi antar budaya adalah komunikasi yang dilakukan oleh beberapa pihak yang memiliki perbedaan budaya. Perbedaan jika tidak ditanggapi dengan cerdas atau tidak dibekali pengertian yang benar maka perbedaan ini hanya menunjukkan jalan kepada konflik dan perpecahan (Andreas, 2010; 61)