Mohon tunggu...
Elyia Baru Sianturi
Elyia Baru Sianturi Mohon Tunggu... Penulis - Pengajar dan Penulis

Membaca dan Bermain Bola

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Pelajaran Berharga dari Seorang Mahasiswi di Kampus

15 Juni 2024   23:07 Diperbarui: 15 Juni 2024   23:12 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa hari lalu saya pergi ke kampus untuk berkantor. Sebagaimana biasanya saya melakukan tugas-tugas sebagai kaprodi. Ada berbagai kegiatan kampus saat itu. Mulai dari mahasiswa baru dan lama yang mendaftar, mengisi KRS dan meminjam buku.

Awalnya biasa-biasa saja saat ibu Rizqi mahasiswi datang ke kampus dan langsung menuju perpustakaan guna meminjam buku. Setelah beberapa waktu, buku yang dia dapatkan ketemu kemudian bergegas pamit ke saya untuk pulang.

Bulan lalu suaminya sakit sehingga opname di rumah sakit Jakarta Pusat. Kebetulan rumah sakit itu berdekat dengan kampus kami. Saya dan seorang staf berkunjung melihat suami bu Risqi dan mendoakannya.

“Bu Risqi apa kabar?” Jawab beliau “baik pak”” bagaimana dengan suami ibu, apakah sudah sehat? Kemudian dia diam sebentar dan menjawab dengan nada gundah, “Pak Jhonson, suami saya lagi di rumah sakit.”

Suasana menjadi sepi. Kemudian dia melanjutkan kisahnya dengan berkata, “sebenarnya suami saya sudah pulang ke rumah setelah bulan lalu beliau masuk rumah sakit tetapi kemudian masuk lagi karena ada masalah dengan pencernaannya.

“Mengapa ibu pinjam buku sedangkan suaminya sendang di rumah sakit?” Dengan nada “sedikit senyum” beliau menjawab, “saya mau mengerjakan proposal skripsi di sela-sela waktu merawat suami saya.” Lalu saya merespon, "Oh begitu.” Bu Risqi yang memiliki dua orang anak ini langsung buru-buru kembali ke rumah sakit.

Setelah bu Risqi pergi dari kampus, saya duduk di kursi dan merenung seraya terkejut memikirkan ibu itu, suaminya dan anak-anaknya yang masih kecil. Bagaiman bisa seorang ibu yang bekerja dan kuliah bisa melakukan semua kegiatan-kegiatan itu secara simultan? Apakah dia bisa fokus? Apakah tidak ada keluarga yang bisa menolong atau membantu dia di rumah sakit?

Terbersit di lubuk hati saya yang paling dalam mengatakan, “luar biasa semangat ibu ini mengerjakan proposal skripsi di tengah suaminya yang sakit dan sikon yang tidak kondusif.” Tekadnya sangat kuat sekalipun dia banyak bersusah hati.

Pelajaran berharga dari kisah tersebut buat para mahasiswa dan mahasiswi agar memiliki daya juang yang tangguh, tidak mudah menyerah. Jangan seperti generasi stoberi yang mudah hancur saat tekanan ketika mendapatkan tekanan sosoal serta tidak mau bekerja keras untuk apa yang mereka inginkan (Kompas.com).

Jadilah pribadi-pribadi yang ulet, teguh, kuat dan tahan banting ditengah-tengah berbagai struggle atau panca robah kehidupan ini seperti ibu Risqi tadi. Semangat pagi, salam literatur (EBS)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun