"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri"
Q.S. Ar-Ra'd: 11
"Rin denger-denger kamu kemarin lolos audisi menyanyi di Idonesia mencari suara merdu ya?" tanya Sofi. "Hehe iya alhamdulillah gak nyangka aja." jawab Ririn dengan rasa bahagia dan lega.
"Kamu tidak ingin coba ikutan audisinya? Selagi ada audisi kedua lo, siapa tau kamu lolos, suara kamu juga lumayan lo Sof" tanya Ririn sambil menyemangati Sofi yang terlalu insecure.
"Enggak usah lah Rin. Aku merasa aja suaraku masih fals meskipun aku sudah latihan berkali-kali. Kamu mah enak, ibumu suaranya enak, sudah pasti suara kamu enak tanpa latihan berkali-kali." Jawab Sofi dengan nada putus asa.
"Enggak juga sih, aku juga butuh latihan berkali-kali sama seperti kamu, hanya saja aku lebih cepat menguasai latihan vocal dibanding kamu. Tapi sama saja aku juga butuh latihan banyak agar aku bisa menguasai bakatku". Â
Dari percakapan di atas, sering banget kan kita mengalami hal seperti itu. Terlebih lagi mengaitkan dengan keturunan. Sering sekali saya mendengar "Pantas saja dia pintar di kelas, lha wong orang tuanya guru".
Jika dipikir-pikir kaitannya apa coba? Apa orang tuanya pandai, anaknya juga ikutan pandai? Jika hal demikian benar, berarti anak dari orang tua yang pandai gak perlu belajar dong?
Sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, mari kita ulas pengertian minat, bakat, talenta, dan intelegensi (kecerdasan) agar tidak bingung.
 Yang pertama adalah minat, minat adalah keadaan dimana seseorang memiliki perhatian yang sangat khusus untuk mempelajarinya demi keinginan agar bisa memiliki atau menguasai, meskipun dalam perjalanannya seseorang tersebut mengalami kesulitan, semua terasa tidak sulit karena memiliki minat yang kuat.