Mohon tunggu...
Elwin Domo
Elwin Domo Mohon Tunggu... -

Cukup peduli dengan banyak hal dan juga butuh berekspresi dan mengaktualisasikan diri, tentunya untuk kemaslahatan bersama, namun tetap dalam konteks belajar.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pertandingan Telah Usai

18 Juli 2014   07:20 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:00 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebagaimana demam sepakbola dunia yang dilaksanakan di negara brazil pada bulan juli yang sama dalam rangka untuk menentukan siapa juara sejati sepakbola dunia hingga diperebutkan kembali lima tahun kemudian, maka di Indonesiapun juga ada pertandingan politik untuk memperebutkan kekuasaan pemerintahan dari dua kubu yang bertanding. Bedanya pertandingan politik di Indonesia dilangsungkan pada tanggal 9 Juli, sedangkan Final pertandingan sepakbola dunia dilangsungkan tanggal 14 Juli.

Hasil pertandingan kedua kubu politik di Indonesia sudah dapat diketahui secara quickcount dari berbagai lembaga survey, dimana hasil perhitungan sebagian besar lembaga-lembaga survey tersebut telah merekapitulasi yang hasil akhir pertarungan perolehan suara dimana kubu pasangan Jokowi JK lebih unggul dengan skor 52 persen lebih dan sisanya skor untuk pasangan Prabowo Hatta 47 persen lebih, namun hasil resmi perhitungan realcount akan diumumkan pada tanggal 22 juli oleh KPU. Begitu juga hasil pertandingan sepakbola dunia di final dimenangkan oleh kesebelasan Jerman dengan skor 1 untuk Jerman dan skor 0 untuk Argentina. Kedua pertandingan ini cukup alot sehingga skor yang tercipta tidak begitu berbeda jauh signifikan, namun begitulah adanya pertandingan, bagaimanapun harus ada yang menang dan yang kalah walaupun skor yang tercipta hanya berbeda sedikit. Dengan demikian yang menang bersyukur dengan kemenangannya dan yang kalah harus puas hati dan sportif menerima kekalahannya walaupun sebelumnya telah mengerahkan segala daya upaya untuk dapat menang.

Namun kedua pertandingan ini esensinya tentu tidaklah sama. Dalam sepakbola yang menang akan menikmati hasil kemenangannya sendiri saja, sedang yang kalah tetap dalam kondisi tidak nikmat, walaupun seharusnya tetap bersyukur karena sudah bisa sampai ke final. Akan halnya dengan pertandingan politik, yang kalah dan yang menang tetap sama saja keadaan dan suasananya, karena tujuan pertandingan politik ini adalah agar ada peralihan kepemimpinan dari kepemimpinan yang lama yang habis masa jabatannya kepada kepemimpinan yang baru. Memang yang kalah dalam hal ini adalah partai politik, namun yang menang adalah tetap saja rakyat, baik rakyat pendukung salah satunya maupun yang bukan, maka yang menang sesungguhnya adalah rakyat Indonesia.

Adapun halnya partai politik yang kalah harus puas dengan kekalahannya, para elitnya harus lega menerima kekalahan karena pertandingan berjalan dengan lancar, jujur, bersih dan transparan. Sekiranya pihak yang menang berada di pihak yang kalahpun akan merasakan hal yang sama dan terpaksa harus menerima apa adanya. Inilah sikap sportif yang harus ditonjolkan dan diperlihatkan kepada rakyat sehingga rakyat bisa memaklumi akan adanya realitas kehidupan politik seperti itu, bahwa dalam politik juga ada kalah dan menangnya dan itu sudah pasti, sama halnya seperti pertandingan sepakbola. Hal seperti itu juga berlaku di negara demokrasi lainnya seperti di Amerika, dimana ada dua kubu yang setiap 4 tahun sekali bersaing memperebutkan hati atau suara rakyat dan pemenangnya bisa bergonta ganti tergantung hasil pemilu, kadang partai yang menang sebelumnya menerima kekalahan di pemilu berikutnya, itulah realita yang harus diterima, namun tetap yang menang adalah rakyat.

Maka dengan telah usainya pertandingan ini, kita harus kembali kepada posisi semula sesuai aktifitas biasanya, partai yang menang akan menerima tugas yang berat mengurusi negara ini dan yang kalah tidak perlu larut, karena kesempatan berikutnya akan ada lagi dimasa datang. Misi pemenangan pemilu sudah harus beralih dan beranjak pada agenda berikutnya dalam hal menyumbangkan karya bakti untuk negeri dalam hal yang lainnya. Karena sesungguhnya tugas para politisi itu mulia yakni mendarmabaktikan diri untuk negeri lewat jalur khusus yakni jalur partai politik, yakni suatu jalur strategis yang punya peranan besar terhadap perubahan untuk perbaikan dan pembangunan kehidupan bangsa dan alur sejarah bangsa. Namun sesungguhnya berpolitik tidak mesti lewat partai politik saja, lapangan politik untuk membaguskan dan membangun bangsa ini luas sekali.

Sistem partai politik menjadi ada karena prosedur mekanisme untuk menggantikan peralihan kekuasaan yang sudah habis masanya di negara demokrasi secara resmi adalah dengan kompetisi partai-partai politik, sebab peralihan kekuasaan dengan cara lainnya dianggap tidak resmi atau ilegal seperti kudeta dan sebagainya,Dan lagi kalau tidak ada partai politik, lalu pihak mana yang akan menggantikan kepemimpinan nasional. Itu pulalah hebatnya sistem demokrasi, sehingga tidak ada sesuatu yang tidak legal, segalanya diatur lewat sistem dan mekanisme yang jelas, terukur dan transparan.

Dengan telah usainya pertandingan politik yang berjalan relativ lancar dimana massa terbelah dua seperti suporter kesebelasan sepakbola dan tanpa ada hal yang perlu dipermasalahkan secara prinsip, maka sesungguhnya kita sudah beranjak dewasa dan transformasi budaya politik sebagaimana yang kita harapkan sudah nyata di kehidupan bangsa kita. Untuk kedepannya tentu kita bisa lebih hebat lagi dalam mensikapi berbagai hal yang harus kita hadapi bersama oleh karena kita sudah memiliki modal mental yang memadai berdasarkan pengalaman pemilu kali ini. Transformasi budaya inilah sebenarnya yang kita harapkan dimana para elit dan juga rakyatnya sudah siap dalam menghadapi perubahan, dalam hal ini adalah perubahan budaya politik.

Kondisi partai yang mengelompok menjadi dua kubu, begitu juga massa yang menjadi terbelah dua oleh karena pemilihan presiden adalah bentuk realitas demokrasi yang ideal. Kita memang menginginkan pengelompokan yang lebih sederhana, sehingga dalam kedua kelompok tersebut terjadi transformasi ideologi yang digunakan untuk tujuan politis pemilihan. Dengan begitu kita tidak lagi terlalu mempersoalkan entitas agama, suku dan sebagainya, karena entitas-entitas tersebut ada dalam masing-masing kubu. Dalam masing-masing kubu ada partai yang bercirikan nasionalis, partai bercirikan agama dan sebagainya. Seharusnya kita bersyukur karena berbagai ciri dan ideologi tersebut dapat lebur menjadi satu pada tiap-tiap kubu, sehingga kedepannya kita bisa lebih baik menjalankan demokrasi karena kita sudah mempunyai pengalaman dan sudah bertransformasi dengan adanya bukti pada pemilihan presiden kali ini. Karena memang masalah entitas, ciri dan ideologi masing-masing kita selama ini seperti masih belum cair, tapi rupanya pada pemilihan kali ini kita dapat meninggalkan budaya lama tersebut dan bertransformasi pada budaya yang lebih maju, karena pusat perhatian kita bukan lagi pada latar belakang partai dan sebaginya yang bersifat subyektif, melainkan lebih kepada orientasi kedepan yang betul-betul menjadi persoalan yang dihadapi bangsa dengan menaruh harapan pada pilihan pemimpin yang dianggap bisa membawa perubahan pada keadaan yang lebih baik untuk seluruh bangsa Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun