Mohon tunggu...
Elwin Domo
Elwin Domo Mohon Tunggu... -

Cukup peduli dengan banyak hal dan juga butuh berekspresi dan mengaktualisasikan diri, tentunya untuk kemaslahatan bersama, namun tetap dalam konteks belajar.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sistem Transportasi Nasional Kita

1 Agustus 2014   21:37 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:40 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memiliki sistem jaringan transportasi yang ideal adalah kebutuhan dan keinginan kita bersama. Tapi sayang baru terakhir ini saja menjadi perhatian kita karena kebutuhan kita terhadap infrastruktur tersebut sudah mendesak. Dan kita menyayangkan sejak pemerintahan orde baru hal ini juga tidak begitu dipersiapkan, kalaupun ada hanya sebatas wacana dan tidak terealisasi.

Sejak orde baru kita memang punya sistem transportasi darat seperti trans sumatra, trans jawa, trans kalimantan, trans sulawesi dan juga mungkin trans papua. Namun ini saja tidak cukup, program masa lalu tersebut hanya sebatas untuk membuka isolasi daerah dan yang dilakukan selanjutnya hingga kini hanya melakukan berbagai peningkatan pada sistem jaringan transportasi tersebut dan itupun juga belum memadai.

Sekarang ini kita membutuhkan sistem transportasi yang lebih baik dan lancar, sehingga aktivitas rakyat bisa lebih cepat terlayani dan tidak mengalami kemacetan-kemacetan yang merugikan. Mengandalkan penggunakan transportasi udara yang cepat untuk mobilitas orang dan barang secara massal adalah sesuatu yang mustahil. Sistem transportasi udara tersebut tidak mungkin bisa melayani pengangkutan barang komoditi dan lainnya dalam partai besar. Penggunaan transportasi udara tersebut hanya untuk melayani transportasi orang dan barang dalam jumlah terbatas. Yang dibutuhkan sekarang adalah transportasi massal yang efektif dan efisien. Adalah tidak tepat bila pemerintah menggunakan anggaran negara untuk merevitalisasi bandara agar bisa melayani penerbangan internasional, bila bandara tersebut hanya ramai semusim dan intensitas penerbangan ke daerah tersebut dihari biasa hanya sedikit.

Program MP3EI yang telah dirancang pemerintahan yang ada dengan lebih mengedepankan pembangunan TOL Highway atau jalan TOL perlu dikoreksi, karena pembangunan tersebut bukan termasuk sistem transportasi primer yang akan berguna selamanya apalagi bila kita kaitkan dengan persoalan BBM yang pasti akan terus bertambah volumenya.

Sistem transportasi utama bebas hambatan yang bisa memperlancar arus mobilitas barang dan orang dalam jarak ratusan bahkan ribuan kilometer yang bisa digunakan oleh berbagai lapisan apakah untuk pengangkutan kontainer-kontainer, berbagai komoditi, ternak, logistik, BBM dan gas, pupuk, barang tambang, peralatan, arsenal pertahanan dan sebagainya dan tentunya kebutuhan rakyat umunya, pilihannya adalah jalan rel (Rail way).

Perkeretaapian inilah yang seharusnya menjadi andalan dan perhatian kita untuk masa kini dan jauh hingga masa mendatang hingga BBM betul-betul langka. Inilah sistem transportasi primer yang patut dikembangkan untuk tiap pulau-pulau besar di Indonesia. Oleh karenanya pembangunan TOL highway termasuk kategori sekunder. Terhadap pembangunan TOL Highway serahkan saja para investor untuk membangunnya dan APBN tidak perlu dikucurkan untuk proyek tersebut, kecuali highway Non TOL. Dengan begitu program MP3EI tetap jalan, namun yang menjadi fokus utama pemerintahan adalah jalan rel tersebut.

Sebetulnya pemerintahan Belanda yang menguasai Indonesia pada masa lalu sudah mencontohkan kepada kita tentang betapa vitalnya jalan rel yang ada yang dibangun di pulau jawa dan juga di sumatra, tapi sayang semenjak pemerintahan orde baru hal tersebut tidak menjadi perhatian. Seharusnya track-track yang ada tersebut dikembangkan lagi menjadi doubel track sehingga kereta tidak perlu menunggu dan bergantian menggunakan jalan rel.

Bisa kita saksikan bagaimana kesulitannya para pelaku ekonomi dalam mengirimkan dagangannya misalkan dari jawa timur ke jakarta dengan menggunakan truk dan bahkan truk gandeng yang sebetulnya tidak layak digunakan di jalan raya karena dapat menghalangi pengguna jalan lainnya atau dibelakangnya, dan masih banyak lagi fenomena lainnya di jalan raya akibat banyaknya truk-truk besar yang menyebabkan kita dalam berkendara tidak bisa lancar dan seperti harus merangkak mengikuti kecepatan truk yang berada dihadapan. Begitu juga bila kita perhatikan truk-truk yang mengangkut barang dari Banda Aceh ke Jakarta ataupun sebaliknya yang harus ditempuh berhari-hari dengan biaya transportasi yang tinggi dan kondisi jalan yang tidak memadai pada ruas-ruas tertentu.

Dari realitas tersebut bisa kita bayangkan dan bandingkan jika dalam pengiriman berbagai barang tersebut dapat dilayani oleh sistem transportasi railway, berapa banyak keuntungan ekonomi dan keuntungan sosial yang bisa didapat, dan berapa banyak pengurangan volume BBM yang bisa dikurangi yang selalu disiapkan negara, dimana BBM adalah termasuk masalah krusial yang ada di negara kita dan juga di dunia.

Terlalu banyak hal positiv yang bisa didapat bila sejak dulu pemerintahan siapapun memperhatikan hal ini. Namun dalam pengembangan perkeretaapian ini perlu ada perubahan dalam standar lebar rel atau as roda gerbongnya. Standar rel peninggalan Belanda tersebut kurang lebar sehingga sering menyebabkan tergelincir atau keluar dari rel bila berjalan dengan kecepatan tinggi terutama pada track yang berbelok sehingga sering terjadi kecelakaan. Oleh karena itu harus dipilih as roda yang lebih lebar sesuai standar Amerika atau negara yang menggunakan standar sejenis, dan itu berarti lebar rel harus diubah. Kita bisa lihat seperti di Amerika ukuran lokomotif dan gerbongnya lebih besar, sehingga memungkinkan untuk kereta penumpang eksekutif tersedia fasilitas tempat tidur yang layak dan juga bahkan gerbong yang terdiri dari dua lantai, dan tentunya dalam hal kereta barang dengan standar ini kapasitasnya bisa lebih besar lagi.

Tentunya dalam pengembangan perkeretaapian ini akses terminalnya berada di pelabuhan-pelabuhan laut disamping terminal kota-kota yang dilaluinya. Sebab pengembangan sistem transportasi ini ujungnya adalah untuk menghubungkan transportasi darat dengan transportasi laut dalam memperlancar mobilitas pengangkutan barang dan juga penumpang, karena negara kita adalah negara maritim, dengan adanya fasilitas transportasi di pulau-pulau besar yang memadai, maka pulau-pulau yang lainnya lebih cepat terlayani hajat kebutuhan hidupnya dan harga komoditi bisa lebih murah, begitu juga kemudahan bagi penumpang yang berpergian antar pulau.

Bila kita sudah memiliki sistem trasnportasi seperti ini, tentu kita atau negara tidak terlalu direpotkan dengan soal BBM. Kita bisa bandingkan berapa kebutuhan BBM yang terkurangi akibat pengalihan urat nadi perekonomian dengan menggunakan sistem transportasi railway tersebut. Dengan begitu arus pengiriman barang dapat lancar dan biaya transportasi bisa lebih murah dengan begitu harga yang sampai ke konsumenpun bisa lebih murah. Ekonomi biaya tinggi dapat ditekan dari segi biaya transportasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun