Mendekati akhir bulan Mei lalu, saya bersama ibu, kakak, dan lima orang sahabat mereka berkesempatan mengunjungi ibukota negeri gajah putih, Bangkok. Selama lima hari berturut-turut dipandu oleh seorang guide lokal yang fasih berbahasa Mandarin, rombongan kami menjelajahi berbagai destinasi wisata yang terkenal, mulai dari kunjungan ke kuil-kuil eksotis seperti kuil Dewa 4 Rupa di Ratchadamri road dan kuil Wat Arun hingga menyaksikan panorama kota Bangkok dari ketinggian 300 meter di Baiyoke Tower II, tak jauh dari penginapan kami di Baiyoke Boutique Hotel.
Selanjutnya pada hari terakhir menjelang kepulangan ke tanah air, kami diberi waktu beberapa jam untuk ‘melampiaskan’ hasrat belanja sebelum berangkat menuju bandara. Sekitar jam 5 pagi hari itu kami telah bangun dan menyiapkan diri untuk kegiatan wisata terakhir kami di Bangkok.
Beberapa blok dari penginapan kami merupakan kawasan yang terkenal dengan pasar sandangnya. Hanya dengan berjalan kaki sekitar 5 menit, kami sampai di Pratunam Market di mana ratusan lapak dan toko, yang mayoritas menjual busana dan aksesoris wanita, memulai dagangannya di pagi hari.
[caption id="attachment_265447" align="aligncenter" width="460" caption="Pasar Sandang Pratunam"]
Beragam jenis model pakaian dengan kualitas yang tak kalah dari yang dijual di Medan bisa diperoleh dengan harga miring. Tentu saja pemandangan ini menjadi daya tarik bagi para wisatawan. Bagaimana tidak, apabila dikonversikan, harga sehelai blus berenda hanya 30 ribu Rupiah, bahkan masih bisa ditawar dengan pedagangnya!
[caption id="attachment_265448" align="aligncenter" width="300" caption="Aneka pilihan model baju yang dijual dengan harga miring!"]
Tak heran, di antara begitu padatnya pembeli grosir dan eceran, kami bertemu dengan seorang tetangga yang saat itu sengaja terbang ke Bangkok demi memborong baju dan pernak-pernik murah untuk kemudian dijual kembali di Medan. Sungguh suatu kebetulan yang mengejutkan! Ekspresi kaget dan canggung si tetangga saat ketahuan asal usul barang dagangannya itu masih membekas di benak saya sampai sekarang.
Selain itu, para penjaja makanan dan minuman pun ikut mencari rezeki di sekeliling Pratunam Market. Di sana kami menemukan beberapa macam makanan yang asing bagi kami, seperti oseng telur cumi seharga 40 Baht (sekitar 13 ribu Rupiah) per bungkus dan Som Tam, salad pepaya muda yang banyak dijumpai di Bangkok. Soal rasa, tentu saja cukup nikmat untuk lidah orang Asia.
[caption id="attachment_265449" align="aligncenter" width="300" caption="Keramaian pengunjung dan penjaja makanan pasar Pratunam"]
Setelah melewati pasar Pratunam, ada sebuah jembatan penyeberangan yang dibangun untuk menghubungkan pengunjung pasar ke Platinum Fashion Mall yang berada tepat di Phetchaburi Road. Memasuki areal shopping mall dari pintu samping, seketika tampak deretan toko yang menjual aneka pakaian wanita, mulai dari busana kasual hingga gaun-gaun pesta dan aksesorisnya lengkap tersedia di sini dan semuanya dapat dibeli secara eceran maupun grosir. Dengan begitu banyaknya pilihan produk fashion, mall ini termasuk dalam salah satu daftar kunjungan “wajib” bagi para penggila belanja di Bangkok.
[caption id="attachment_265452" align="aligncenter" width="400" caption="Platinum Fashion Mall (tampak dari samping jembatan penyeberangan)"]
Meski mayoritas toko membidik pangsa pasar busana wanita, tentu saja masih ada tempat untuk para pengunjung pria dan anak-anak di Lantai 4 dan 5 bagian Zone 2 gedung tersebut.
Sementara itu, apabila rasa lapar menghadang, aneka makanan dan minuman dapat diperoleh di Food Court lantai 6 yang bernama Platinum Food Center. Sesampainya kami di sana, tempat itu sudah dipadati ratusan pengunjung. Kami kagum melihat puluhan kios dan toko makanan di sekeliling kami. Jenis makanannya pun amat beragam, baik yang halal maupun non-halal, yang dijual dengan rentang harga dari 30 Baht (sekitar 9 ribu Rupiah) hingga 500 Baht (sekitar 160 ribu Rupiah). Sistem pembeliannya sendiri menggunakan pengisian kartu kupon.
[caption id="attachment_265455" align="aligncenter" width="400" caption="Platinum Food Center di Lantai 6"]
Tanpa menunggu lebih lama, kami memesan semangkuk mie dengan kuah Tom Yum dari salah satu gerai seharga 50 Baht, cukup murah untuk porsi yang mengenyangkan dengan tambahan pangsit goreng, bakso ikan, sayuran, dan taburan kacang di atas sup asam pedas khas Thailand.
[caption id="attachment_265458" align="aligncenter" width="350" caption="Semangkuk Mie Tom Yum yang Lezat dan Murah!"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H