Mohon tunggu...
Elvrida Lady Angel Purba
Elvrida Lady Angel Purba Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mengalir dan Kritis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

It won’t always be easy, but always try to do what’s right.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sebuah Kisah di 12 Mei 98

17 Mei 2021   23:15 Diperbarui: 17 Mei 2021   23:33 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Elvirida Lady Angel Purba

Kutukan itu nyata
Nyatanya merdeka itu tak didapat
Rakyat menjerit
Saat rakyat dipenjara oleh tindasan tiada habis

Mengerti gelap masa lampau
Mengerti asa terang masa mendatang
Gelap masa depan ditolak  dengan lantang
Hanya asa terang tujuan melangkah, Merasai sakitnya duri perjuangan, Menggusur moral kerakusan dan watak pemangsa

Para leluhur berdarah darah ratusan tahun menanggung beban penjajahan
Semangat semangat muda muncul memberontak merumuskan keadaan
Tidak ada senjata yang hanya organisasi dan bambu runcing
Kolonialisme dan fasisme di Rongrong perlawanan perlawanan akar rumput

kawan-kawan muda nan berani tak pernah berhenti untuk terus bermimpi.
Jalan perjuangan dan pembebasan manusia sejak dulu memang selalu sepi dan sunyi.
Dalam perjuangan tak semua orang bisa engkau selamatkan.
Karena memang tak semua orang mau dan mampu untuk ikut serta dalam gerakan pembebasan.

Merah putih yang setengah tiang ini, merunduk di bawah garang
matahari tak mampu mengibarkan diri
karena angin lama bersembunyi,
Hingga tenaganya lemah tak berdaya

Yang aku lihat rakyatmu terkoyak Yang Mulia
Bendera hati diinjak ketidakpedulian pada saudara
Yang aku lihat hujan deras tak lagi menutup luka
Menganga mengiris pada jiwa mereka
Sehebat-hebatnya orasi tak 'kan mampu menceritakan perihnya luka bangsa
Huruf-huruf mati yang telah lama mengendap dalam buaian masa kecil tanpa jiwa
Maka aku pun berlari keluar membawa bambu runcing dan bendera
Menatap tak percaya pada berjuta muka di abad merdeka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun