Mohon tunggu...
Elvrida Lady Angel Purba
Elvrida Lady Angel Purba Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mengalir dan Kritis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

It won’t always be easy, but always try to do what’s right.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Duduk Perkara Bentrok Sengketa Tanah

25 April 2021   01:16 Diperbarui: 25 April 2021   01:33 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Oleh : Elvrida Lady Angel Purba

Sebuah penindasan sedang terjadi

Dimana darah telah menutupi aspal

Gas air mata yang ada dimana-mana

Kami muak dengan keserahanmu

Ku mohon, turunlah untuk melihat kami yang menderita!

Ketika emosi menguasai akal,
Hati, pikiran ikut tak punya daya
Tangan kaki ikut berbicara
Tentang sebuah emosi yang tak punya untung.

Banyak yang tak bersalah jadi saksi atas penguasaan emosi
Dengan seragam dan moncong senapan

Membuat senyum jadi seringai, Membuat tawa jadi histeri

Pada kota yang penuh debu batu

Infrastruktur dan lahan tambang semakin diperbanyak

Namun kami disini penuh dengan kesengsaraan

Rumah, lahan pencaharian kami 

Akan di hancurkan

Padahal kami hidup bergantung dengan tanah itu

Bagaimana bisa tempat kami berteduh sejak adanya nenek moyangku akan di gusur?

Bagaimana bisa lahan matapencaharian kami dijadikan tambang?

Lantas bagaimana kehidupan kami?

Yang kau sebut aparat itu.

Mereka telah menyiksa dan menganiaya kami

Mereka tidak lagi bertugas melindungi masyarakat

Jusru mereka melakukan yang sebaliknya

Wahai pejabat yang terhormat

Dimanakah hati nurani?

Apakah ini yang dikatakan keadilan?

Lihat, binatang saja lebih berharga daripada masyarakatmu

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun