Mohon tunggu...
Elvrida Lady Angel Purba
Elvrida Lady Angel Purba Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mengalir dan Kritis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

It won’t always be easy, but always try to do what’s right.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Vaksin Nusantara Tak Dapat Izin tapi Nekat Suntik

17 April 2021   22:37 Diperbarui: 18 April 2021   08:57 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh : Elvrida Lady Angel Purba

Vaksin Nusantara adalah vaksin yang digawangi mantan Menkes Terawan Agus Putranto. Enggak sedikit menjadi relawan dalam uji klinis tahap dua di RSPAD Gatot Soebroto. Beberapa nama itu Seperti Melki Laka Lena Wakil Ketua Komisi IX dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Nihayatul Wafiroh atau Ninik Anggota Komisi IX dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Saleh Partaonan Daulay Anggota Komisi IX dari Fraksi PKB Arzeti Bilbina Anggota Komisi IX dari Fraksi Golkar Saniatul Lativah Anggota Komisi IX dari Fraksi Gerindra Sri Meliyana Anggota Komisi IX dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Anas Thahir Non DPR Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo Mantan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari.

 Padahal, Vaksin Nusantara belum mengantongi izin dari BPOM lho buat melaksanakan uji klinis tahap dua. Waduh, kok udah main nekat begitu?  Nama-nama tadi ingin menjadi contoh buat masyarakat. Selain itu, adanya embargo vaksin juga jadi alasan mereka mau jadi relawan. Kalau bisa memproduksi vaksin sendiri kan Indonesia bakal mandiri, enggak bergantung dengan negara lain lagi. Menurut Ketua BPOM Penny K Lukito, banyak catatan dari Vaksin Nusantara selama uji klinis tahap pertama. Sebanyak 71,4 persen atau 20 dari 28 relawan mengalami kejadian tidak diinginkan (KTD). Masalahnya, enggak sedikit dari relawan itu yang mengalami KTD tingkat tiga. Sebanyak 6 orang kena hipernatremi atau kadar natrium terlalu tinggi. Lalu, kadar kolesterol dari 3 orang tiba-tiba naik. Dan 2 orang mengalami peningkatan blood urea nitrogen atau kadar nitrogen dalam darah.

Nah, kalau merujuk protokol uji klinis, KTD yang seperti itu jadi kriteria penghentian pelaksanaan uji klinis. Makanya, kejadian itu jadi alasan utama Vaksin Nusantara enggak dapat izin buat uji klinis fase kedua. Selain itu, para peneliti enggak mengkaji ulang efek samping hasil dari uji klinis tahap pertama. Terlebih lagi, mereka enggak paham sama sekali terkait proses pembuatan vaksinnya sendiri. Jadi, vaksin ini dibuat bekerja sama dengan peneliti dari AIVITA Biomedica Inc USA. Tapi, nama peneliti dari AS enggak dicantumkan. Yang jadi peneliti utama justru Dr Djoko dari RSPAD Gatot Subroto dan dr Karyana dari Balitbangkes. Saat ditanya BPOM seputar proses pembuatan vaksinnya, yang bisa jawab malah adalah peneliti dari AS. Sementara peneliti utama enggak tahu apa-apa karena mereka enggak pernah terlibat dalam penelitian secara langsung. Yang bikin makin geleng-geleng kepala nih, para peneliti ini juga enggak bisa menjelaskan komponen tambahan yang ada dalam vaksin. Meski memang sudah sempat ada transfer knowledge sebelumnya dari peneliti AS.

Tak hanya itu, BPOM juga mengonfirmasi, mayoritas komponen seperti antigen, medium pembuatan sel, sampai alat-alat persiapannya diimpor dari AS. Hmm, mana 'karya anak bangsa'-nya ya kalau begini Akibat kontroversi ini, banyak pihak yang mempertanyakan kemauan anggota DPR buat disuntik Vaksin Nusantara. Namun, BPOM sih enggak terlalu ambil pusing. Mereka menyarankan ini dijadikan sebatas penelitian saja. Pakar biologi molekuler Ines Atmosukarto memperkirakan vaksin ini enggak mungkin dikomersialkan. Kalau di tahap pertama saja sudah 'cacat', sepertinya memang sulit buat dapat izin edar dari BPOM. Nekatnya jangan sampai mengundang masalah.  Ngumpulin kepercayaan masyarakat buat disuntik vaksin enggak semudah membubuhkan nama dalam vaksin yang bukan buatan sendiri.

referensi : Narasi In 10 Minutes   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun