Oleh : Elvrida Lady Angel Purba
Saat rumahku tercemar, semua tak lagi sama
Paranoid itu mucul kepada siapa saja
Semilir angin pun mendatangkan tanda tanya
Apa yang dialirkannya ke pori-pori kulitku?
Senyum pun tak lagi terpancar
Sebab senyum ikhlas tenggelam di balik tirai
Tirai itu menyulitkan kami berekspresi
hanya mata yang bicara dengan bahasanya
Angka-angka seakan menjadi musuh
Ya musuh, sebab kami takut!
Air mata tumpah saat melihat angka itu
Angka itu bukan sekedar angka
Didalam angka itu, ada saudaraku
Ada yang sedang bersukacita karena kesembuhannya
Ada yang sedang berjuang untuk sembuh
Ada juga yang berdukacita karena kematiaan
Kami selalu berdoa
Agar angka itu memihak kepada sukacita
Namun siapa yang tau?
Angka itu lebih memihak kepada pilu
TPU kini tampil sebagai panggung besar
Lampu sorot tak kunjung padam
Manusia berteman dengan alat berat
Mulai dari pagi kembali ke pagi
Manusia berjubah putih itu selalu setia
Menyambut mobil berbunyi serene
Tangis histeris pun selalu terdengar
Bahkan tak mengenal waktu
Namun sebelum sampai di TPU
Ada mereka bekerja baik siang maupun malam
Menyimpan lelah dalam-dalam
Demi menyelamatkan banyak raga
Mereka satu per satu gugur
Namun semangatnya tak pernah luntur
Mereka berkorban susah payah
Kita bantu dengan tetap di rumah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H