Iklan mie sedap yang dirilis 2009 ini menurut saya paling berkesan dan sesuai dengan semangat bersama berjuang melewati pandemik. Iklan yang menceritakan seorang laki-laki yang kehilangan dompetnya sepanjang perjalanan pulang.Â
Dia mampir ke warung kecil di pinggir jalan untuk berbuka puasa. Tapi dia baru menyadari kalau dia kehilangan dompet dan hanya mampu meneguk segelas air putih.
Bapak penjaga warung  melihat kejadian itu, dia kemudian menawarkan semangkuk mie rebus pada lelaki itu. Ini menyimbolkan bahwa budaya memberi tak harus menunggu kita harus memiliki berlebih dalam materi.Â
Hanya semangkuk mie, sudah sangat berarti bagi mereka yang membutuhkan. Wabah covid 19 mungkin bisa meluluh lantakkan sistem kesehatan, ekonomi dan politik. Tapi tidak dengan sistem sosial dan rasa kemanusiaan kita.Â
Bersedekah, memberi, banyak sekali ditegaskan dalam ayat-ayat Alquran, termasuk dalam kesulitan sekalipun. Firman Allah dalam Surat At-Thalaq Ayat 7, "Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan."Â
Ini menguatkan kita bahwa sesuangguhnya kebaikan itu adalahkembali kepada si pemberi. Tak ada yang berkurang, tak ada yang sia-sia dari kita memberi.
Iklan ini juga mengajarkan kita walaupun dalam kesulitan pantang untuk meminta-minta. Mengutip hadist riwayat Bukhari dan Muslim "Jika salah seorang di antara kalian pergi di pagi hari lalu mencari kayu bakar yang di panggul di punggungnya (lalu menjualnya), kemudian bersedekah dengan hasilnya dan merasa cukup dari apa yang ada di tangan orang lain.
Maka itu lebih baik baginya daripada ia meminta-minta kepada orang lain, baik mereka memberi ataupun tidak, karena tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Dan mulailah dengan menafkahi orang yang engkau tanggung" (HR. Bukhari no. 2075, Muslim no. 1042).
Kita dianjurkan untuk berusaha sekuat tenaga, sebelum menyerah dan berharap bantuan. Sebaliknya yang memiliki harta juga harus peka dengan kondisi kesulitan yang dihadapi banyak orang di masa pandemik ini.
MERU Research Institute melakukan riset terbaru mengenai proyeksi angka kemiskinan akibat pandemi virus corona atau Covid-19. Dalam skenario terkecil, SMERU memprediksi angka kemiskinan pada Maret 2020 naik menjadi 9,7 persen atau bertambah 1,3 juta orang miskin baru.Â
Tapi dalam skenario terberat, angka kemiskinan di Indonesia pada bulan tersebut diproyeksi naik hingga 12,4 persen. Jumlah penduduk miskin di seantero negeri pun bertambah menjadi 33,24 juta orang, bertambah 8,5 juta orang miskin baru.
Dalam tanyangan iklan ini di bagi menjadi dua segmen, ini sedikit berbeda dengan iklan lainnya. Meski berdurasi 1:17 menit, tapi iklan ini dibagi menjadi dua bagian, bagian saat ramadan dan setelah merayakan idul fitri.Â
Sebaliknya di bagian terakhir, si lelaki yang pernah diberikan semangkuk mie oleh bapak penjual warung mencari si bapak untuk berterimkasih dan silaturahmi. Di bagian ini diperlihatkan warung si bapak telah dirobohkan, dan beliau mengumpulkan karton bekas mie untuk dijual.Â
Hari raya idul fitri yang berarti kemenangan juga dilukiskan kembali dengan cara menebar kebaikan. Bukan esensi dari laki-laki tersebut membalas kebaikan bapak penjual warung.
Tapi bagiamana kebaikan itu bisa menular. Kebaikan itu ditularkan secara berantai dan itu kekuatan ita dalam menghadapi pandemik secara bersama-sama. Semoga pandemik segera berakhir dan kebaikan akan selalu menang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H