Mohon tunggu...
Elviza Diana
Elviza Diana Mohon Tunggu... Freelancer - Penjelajah kata

Ibu,penulis,jurnalis,dan penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Buruh Cuci Ini Hanya Butuh Makan

5 Mei 2020   22:09 Diperbarui: 5 Mei 2020   22:12 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bangunan kost dua pintu terlihat lengang. Berukuran 4 x 10 meter memanjang berlantai semen. Tak ada sofa,meja ataupun lemari di ruangan depan merangkap ruang tamu, makan dan keluarga. Tiga orang anak lelaki terlihat menyetel televisi di ruang depan. Mereka ,Afif, Arif dan Haikal.Tubuhnya terlihat kurus dan lesu. Di samping mereka ibunya,Ririn(45) berkeluh kesah. 

" Sudah hampir dua bulan order cucian dan setrika dak ado lagi, anak kost semua pulang kampung sejak awal libur karena corona ini," katanya.

Sehari-hari Ririn bekerja sebagai buruh cuci, sebelum pandemik ada 6 anak kost yang berlangganan cuci dan setrika dengannya. Suaminya merupakan kernet bus juga sudah tidak lagi bekerja. Sementara dia harus tetap membayar kost setiap bulan sebesar Rp 450 ribu.

" Sekarang untuk makan bae sudah sulit nian,uang  kost termasuk lampu dan air. Bulan ini bae bayarnya dengan uang bantuan dari pemerintah 600ribu bulan kemarin itu," sebutnya.

Ririn sudah setahun ngekost di Jl.prof m Yamin lorong teladan gang kemuning RT 30. Kelurahan payo lebar Kecamatan Jelutung Kota Jambi.

" Sebelumnya di Payo Lebar jugo lah,cuma pindah-pindah. Ngekost kayak ginilah,kalau ngontrak rumah sikok dak sanggup nak bayar".

Ririn melemparkan tatapan kosong pada tiga buah hatinya yang sedang asyik menonton. Ini sarana menghalau rasa lapar.

Dua anaknya, Afif dan Arif sudah belajar berpuasa, " Alhamdulillah kuat, karena terbiasa menahan lapar," ucap Ririn pelan.

Bagi Ririn saat ini yang terpenting hanyalah mereka bisa makan saat waktunya berbuka, 

"Dak tahu sampai kapan ini,kami berharap bisa selesai cepat".

Bagi Ririn berharap bantuan bukan menjadi pilihan yang diambilnya. Pandemi memaksa dia untuk menundukkan sedikit harga dirinya. 

"Selama kita bisa bekerja untuk bisa makan,kita masih punya harapan. Sekarang untung ada dua langganan masih nyuci dan menyetrika".

Ririn mengulurkan tangannya menerima bantuan, satu karung beras, minyak sayur, telur,sarden, serta beberapa bungkus mie rebus.Arif menggendong Haikal, sementara Afif terlihat tersenyum saat ibunya menerima paket bantuan dari salah satu donatur.

Dear,Orang Baik...

Ririn mungkin satu dari ribuan Orang yang menjadi susah makan karena pendemik. Curahan hatinya mungkin saja mengetuk hati Orang Baik meringankan beban banyak saudara,tetangga, ataupun siapa saja yang terdampak di sekitar kita. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun