Mohon tunggu...
Elviza Diana
Elviza Diana Mohon Tunggu... Freelancer - Penjelajah kata

Ibu,penulis,jurnalis,dan penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ngabuburit ke Kebun Horor Nenek

4 Mei 2020   13:57 Diperbarui: 4 Mei 2020   13:53 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suara motor Jefri terdengar di luar teras. Suaranya yang sedikit berat terdengar memberi salam dan masuk ke ruang tamu Makwo. 

"Makwo ada, Fahmi," katanya setelah berbasa-basi menanyakan kabar.

Aku dari kamar terbangun, malas keluar untuk menghampirinya. Jam di dinding kamar baru menunjukkkan 16:00 WIB. Sudah dua purnama aku tak bertemu Jefri. Wabah Pandemik membuat kami bersepakat menghentikan kegiatan hang out yang rutin kami lakukan. 

"Fahmi, panen alpukat yuk," serunya dari luar pintu kamar.

Tangannya menyentak gagang pintu, dan aku tak bisa mengelak. Dia melemparku dengan bantal dan menarik tanganku untuk bangkit. Langit masih biru cerah, sinar matahari terasa menyengat. 

Sudah beberapa hari tak hujan. Aku menukar kaos oblong yang ku kenakan di rumah dengan sebuah kaos bersih di dalam lemari. Ku ambil jaket yang tergantung di pintu kamar. Tak lupa helm dan sepasang kaos tangan motor. 

Tanpa menjawab, aku mengikuti Jefri menuju motor yang diparkirnya asal di depan teras.

"Makwo, pergi dulu ke kebun Jefri,"kataku dari luar.

"Hati-hati, pakai masker jangan kemalaman, buko di rumah," sahutnya.

"Panen alpukat dimana, sih Jef?"

"Tempat nenek, Mi".

Motor melaju, satu jam kami sampai di depan rumah kakak perempuan Jefri yang berdekatan dengan rumah neneknya. Jefri memarkirkan motor di sana. Sebuah bangunan bergaya eropa kuno terlihat tak terurus. Aku masuk penuh hati-hati mengikuti Jefri yang berjalan di depan. 

Kami melewati teras menuju kebun belakang. Aku merasa sedikit perubahan aura. Aku sedikit sensitif dengan hal-hal yang berbau mistis seperti ini. Rumah nenek Jefri sudah dua tahun tak berpenghuni. Sejak neneknya meninggal, rumah ini dibiarkan kosong. Rumah ini memiliki halaman yang luas ada banyak pohon yang ditanam nenek ketika beliau masih hidup. 

Rumah ini dibangun sejak tahun 1987,Kota  Jambi waktu itu masih dalam kondisi berhutan yaaak. Rumah ini dibangun dua, dan terpisah jauh dari rumah lainnya. Kata Jefri, ini di penghujung perkampungan dulunya. Dan aku baru pertama kali daijak Jefri ke sini.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Jefri memanjat pohon alpukat dan aku menanti beberapa buah alpukat yang dipetiknya. Aku takut ketinggian, jadi tak turut memanjat. Aku mengumpulkan satu per satu alpukat yang sudah dipanen. Ada 10 kilo gram yang diperoleh hari ini.

"Cukuplah,tiga bulan lagi kito panen lagi,"kata Jefri.

Alpukat yang dipanen dimasukkan ke dalam karung.Sudah ada teman Jefri yang akan membeli, dia menjualya 25 ribu per kilo gram.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Jefri membawa aku terus masuk ke belakang rumah, kami mau membersihkan kebun. Sepanjang jalan ke belakang, kau melihat banyak pot kembang, kendi dan guci berukuran kecil. 

Aku merasa aneh, kenapa banyak kendi berjejer. Tapi tak langsung bertanya pada Jefri. 

"Kalau bikin konten horor, pasti seru di sini," ujarku pada Jefri setelah kami membersihkan semak di kebun belakang.

 "Wah biso tu dijamin langsung banyak yang muncul, "ujarnya datar.

Aku shock.

"Di sini banyak ni, kalau  kau mau tahu.  Di sini sering orang ngubur ari-ari bayi," celotehnya.

Aku mulai merinding.

"Tuh di bawah kaki kau tuh ada ari-ari bayi yang di kubur," lanjutnya

Aku langsung refleks mengangkat kaki dan pindah tempat.

Suara orang ngaji terdengar lamat, aku langsung minta diantarkan Jefri pulang.

Di sudut pohon petai cina, aku melihat sesosok anak kecil perempuan tersenyum menatapku.

Aku bergidik dan segera berjalan mendahului Jefri ke rumah kakaknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun