Mohon tunggu...
Elviza Diana
Elviza Diana Mohon Tunggu... Freelancer - Penjelajah kata

Ibu,penulis,jurnalis,dan penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ketika Jurnalis Perempuan Se- Indonesia Bertemu di Zoom Cloud Meeting

2 Mei 2020   00:04 Diperbarui: 2 Mei 2020   01:10 1034
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi itu, 21 April 2020 bertepatan dengan Hari Kartini sebagai simbol kebangkitan perempuan  Forum Jurnalis Perempuan Indonesia mengadakan pertemuan online. Saya tentu saja menyambut senang kesempatan itu. Mengusung tema "Jurnalis Perempuan Bicara Kartini di Era Pandemi" Ada 50 orang yang mengikuti diskusi online yang menghadirkan perempuan-perempuan hebat selaku panelis diantaranya,Uni Lubis selaku pimred IDN dan ketua Forum Jurnalis Perempuan,Rosi Silalahi News Director Kompas TV, Petty Fatimah Pimred Femina, Yuli Ismail CEO Asianews, dan Yulia Supadmo selaku pemred RTV.

Ini pertemuan pertama online yang diadakan selama pandemik. Dan saya bersemangat mendengar bagaimana jurnalis perempuan sebagai ujung tombak dari lahirnya pemberitaan yang benar,jujur,adil, dan transparan di masa pandemik. Jurnalis perempuan berbeban ganda menghadapi situasi ini. Bagaimana cara membagi waktu,kosentrasi dan juga profesionalitas di saat yang sama dibutuhkan sebagai ibu,guru dan istri karena semua anggota keluarga di rumah aja.

Salah satu Jurnalis Perempuan Idola/ dok pribadi               
            googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-ad-712092287234656005-411');});
Salah satu Jurnalis Perempuan Idola/ dok pribadi googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-ad-712092287234656005-411');});
Tidak mudah menghadapi situasi pandemik bagi jurnalis perempuan. Tingkat tekanan menjadi lebih tinggi. Beberapa tips yang dipaparkan panelis agar mampu menghadapi beban psikologis yang mungkin saja terjadi pada jurnalis perempuan diantaranya melalui memberi jeda pada diri sendiri. Jeda, menghilang sejenak untuk beristirahat ataupun melakukan aktifitas yang disukai. Jeda juga termasuk membatasi akses terhadap dunia maya sejenak. " Saya sudah satu bulan tidak baca WA group,memberikan pembatasan akses pada media sosial," kata Rosi saat menuju perjalanan ke ruang redaksinya.

Dalam peliputan, beberapa pengalaman teman-teman Jurnalis sering mendapatkan kesulitan untuk memaparkan identitas pesakitan covid19 yang selama ini terstigma negatif.

Jurnalis perempuan dituntut lebih berempati pada korban, dan juga memahami protap dan aturan yang berlaku dalam peliputan. Selain aturan keselamatan juga kode etik jurnalistik perlu dipegang teguh agar tak terjebak dalam pusaran mengeksploitasi kesakitan dan penderitaan terlalu berlebihan pada korban akibat pandemik.

Harus lebih banyak berita positif yang disiarkan agar kita semua bersemangat dalam perjuangan bersama melawan pandemi.

" Harus lebih banyak mengangkat kisah keberhasilan pesakitan berjuang melawan co id 19,dan menghilangkan stigma negatif di masyarakat," jelas Uni Lubis saat Zoom Cloud Meeting 

Banyak sekali webinar yang saya ikuti guna peningkatan kapasitas dan juga materi untuk menulis. Tapi webinar kali ini berbeda,ini adalah ajang kami sesama jurnalis perempuan saling menguatkan,memberikan dukungan.

Bagi Jurnalis Lingkungan seperti saya, pandemik tentu saja membatasi aktivitas liputan saya ke hutan, bertemu masyarakat adat. Itu sangat tidak mudah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun