Mohon tunggu...
elvi yulianti
elvi yulianti Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dari anak-anak

Yakin dengan kekuatan Doa

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Part 4: Study Tour Banda Aceh "Pandai Bernegosiasi dan Berpikir Positif dalam Perjalanan"

11 Februari 2024   20:20 Diperbarui: 11 Februari 2024   21:58 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                Hari pertama study tour sesuai dengan jadwal yang sudah diatur kami mengunjungi Masjid Baiturrahman, Museum Tsunami, Museum PLTD Apung, dan terakhir Pantai Lampuuk. Cerita tentang kunjungan ke Masjid Baiturrahman sudah aku sampaikan pada tulisan sebelumnya. Nah, sekarang aku mau menceritakan perjalanan kami ke Museum Tsunami. Jarak antara Masjid Baiturrahman ke Museum Tsunami tidak terlalu jauh, sekitar lima menit sampai ke lokasi. Kami didrop di depan museum. Semua siswa dan guru pendamping turun berjalan kaki menuju ke museum. Sementara bus yang mengantarkan kami mencari tempat parkir yang agak jauh dari museum. Kalau berjalan ke sana pasti akan berpeluh.

                Aku menugaskan staf kesiswaanku Bu Shelfi  untuk mengatur siswa duduk di luar museum tempat untuk menunggu dan beristirahat. Sementara aku dan staf kesiswaanku Pak Ryan menuju ke loket pembelian karcis masuk. Di sana sudah ada beberapa orang yang mengantre. Aku melihat tulisan "Closed" di depan loket, berarti kami harus menunggu, pikirku. Pastilah capek berdiri tapi kalau kami pergi tentu kami akan jauh ketinggalan karena kulihat makin banyak orang yang berdatangan menuju antrean. Niatku untuk pergi dari antrean kubatalkan.

                Tidak berapa lama masuk seorang perempuan muda menuju ke ruang loket. Alhamdulillah, loket sudah dibuka. Orang yang antreannya paling depan sudah mulai bertransaksi. Karena banyak yang mengantre sampai panjang ke belakang dari beberapa  loket maka petugas museum  dengan suara lantang berkata,

                "Bapak Ibu, mohon hanya satu orang saja yanng mengatre dari setiap keluarga!.

                Mendengar instruksi itu, aku keluar dari barisan antre menuju ke pinggir samping loket. Aku menunggu sampai akhirnya antrean kami pun tiba.  Aku memberikan kode pada Bapak petugas antrean  bahwa aku mau berbicara dengan petugas loket. Aku diizinkan berbicara.

                "Ibu, izin menjelaskan kami membawa siswa study tour ke sini. Berapa biaya perorang ya Bu?" aku berharap ada diskon karena kami membawa banyak siswa.

                "Tiga ribu rupiah Bu."jawab Ibu itu singkat.

                "Apakah ada potongan Bu?"

                "Oh, tidak ada."

                "Kalau anak kecil umur tiga tahun bayarkah Ibu?" tanyaku lagi penuh harap agar ada diskon. Di loket tertulis anak-anak/pelajar bayar Rp. 3.000. Mengapa aku bertanya tentang anak kecil karena ada guru pendamping membawa anak kandung mereka yang berumur tiga tahun sampai lima tahun. Makanya aku bertanya pada Ibu petugas tiket.

                "Oh, tidak bayar Ibu." Jawab Ibu petugas sambil menulis di kertas.

                Biaya masuk ke museum Tsunami pun  kami bayar sesuai dengan jumlah yang ikut. Selesai transaksi, tiket diberikan pada kami. Namun, karena tiket yang dipesan banyak setengah lagi menunggu. Informasi dari petugas kami boleh masuk setengahnya dulu supaya di dalam tidak terlalu padat. Aku menyuruh Pak Ryan menunggu sementara aku bergerak menuju ke tempat siswa menunggu. Waktu sudah menunjukkan pukul 14. 00 sementara kami mau pergi lagi ke Museum PLTD Apung. Aku sedikit agak bingung karena ternyata siswa masih banyak yang makan siang. Rupanya makan siang agak terlambat pendistribusiannya berhubung kurir pengantar makan siang terkena macet lalu lintas.

Input sumber gambar Galery Gawai
Input sumber gambar Galery Gawai

                Aku mendatangi pemandu wisata kami. Ternyata Ibu pemandu sudah bernegosiasi agar siswa kami bisa masuk semuanya dengan ketentuan masuk setengah dulu. Setelah lima belas menit masuk setengahnya lagi. ini solusi yang baik supaya kami bisa ke PLTD Apung. Aku dan Ibu Sunarti wakil kepala sekolah bidang kurikulum menunggu di ruang tunggu tadi sambil menjaga nasi siswa yang belum makan.

                Setelah hampir empat puluh lima menit berlalu, siswa pun keluar dari dalam museum. Aku terus berkoordinasi dengan Ibu Shelfi yang menjadi staf kesiswaan. Ibu Shelfi memonitor keadaan di dalam museum. Yakin semua siswa sudah keluar kami pergi menuju ke Museum PLTD Apung.

                Aku sedikit agak kecewa sesampai di Museum PLTD Apung tidak boleh masuk karena sudah mau waktu ashar. Aku berdiskusi dengan Ibu Shelfi, kami akhirnya memutuskan pergi ke pantai Lampuuk. Keputusan kami ini kami sampaikan ke pemandu wisata. Ibu pemandu wisata mengerti akan kekhawatiran kami. Akhirnya,  bus melaju menuju ke pantai Lampuuk.

                Beberapa menit kemudian  kami sampai ke pantai Lampuuk. Bus masuk menuju parkiran. Mula pertama bus kami digiring menuju ke parkiran paling ujung. Sementara menunggu menyusun bus di parkiran aku turun menanyakan ke seseorang yang aku rasa cocok untuk tempat bertanya.

                "Pak, izin bertanya, berapa biaya parkirnya yah?"

                "Oh, di sini parkirnya sekalian dengan tempat Bu. Jadi, kalau Ibu parkir di lokasi ini maka Ibu membeli makanannya juga di sini. Jadi, Ibu bisa tanya dengan Ibu itu. Bapak itu menunjukkan ke seseorang yang berdiri tidak jauh dari kami. Pada saat aku ingin mendekati Ibu itu, tiba-tiba bus bergerak keluar dari parkiran  menuju ke tempat di depan padahal beberapa bus sudah tersusun rapi. Aku meninggalkan Ibu tadi dengan permintaan maaf lalu menuju ke depan. Ternyata, aku lupa pada saat kami survei aku sudah mengatakan ke Bapak guru kalau pada saat study tour tempat yang waktu itu lagi yang kami tempati.

                Melihat airnya yang sangat biru beberapa siswa sudah tidak sabar untuk mandi menikmati air laut Lampuuk. Sekelebat aku teringat dengan pembicaraan abang supir di busku. Dia menceritakan padaku tahun lalu mereka membawa rombongan siswa dari kota Binjai satu orang siswa terbawa arus dan mati di tempat. Aku menjadi khawatir karena kulihat banyak siswa kami yang mau mandi terlebih anak laki-lakinya. Sepanjang waktu aku selalu melihat ke arah pantai kalau-kalau ada yang terlalu jauh jaraknya dari dari pinggir pantai. Meskipun di awal aku sudah mengingatkan jangan terlalu jauh, namanya juga anak-anak remaja terkadang karena  terlalu menikmati sehingga lupa dengan himbauan yang aku sampaikan.

                Dalam perjalanan ini aku menjadi penanggung jawab kegiatan karena aku sebagai wakil kepala sekolah bidang kesiswaan. Tentunya tingkat kekhawatiranku lebih tinggi bila dibanding dengan guru-guru lainnya. Aku selalu mengingatkan di grup whatsapp wali kelas dan kesiswaan agar selalu memantau siswa kelasnya masing-masing.

                Sembari memantau siswa yang menikmati indahnya pantai lampuuk kami guru-guru menikmati air kelapa yang segar dan beberapa camilan.  Canda dan tawa pun pecah saat itu. Entah apa saja yang kami bicarakan.  Sebagai bukti pernah ke pantai Lampuuk ini kami berfoto bersama.

                Pantai Lampuuk merupakan pantai yang sangat indah karena bentuknya yang melekuk ke dalam. Bila memandang ke depannya kita bisa menikmati lekukan pulau yang hijau. Jadi sebagian pemandangan bisa melihat laut lepas, sebagian lagi bisa melihat pulau hijau yang indah.  Pasir putih di sepanjang pantai menambah suasana menjadi hangat dan asri.  Kapal kecil dan banana boat terus bergerak membawa penumpang yang suka tantangan. Lalu dengan sengaja melemparkan ke dalam air. Beberapa anak mengendarai motor pantai. Mereka tertawa bahagia. Aku tertawa geli melihat ada siswaku terjatuh ke dalam lubang pasir yang tidak terlalu dalam karena lupa membelokkan setir motor.

Input sumber gambar Galery Gawai
Input sumber gambar Galery Gawai

                Sedikit lagi matahari akan terbenam. Warna jingga di ufuk barat sudah mulai terlihat. Matahari yang tadinya terang benderang sekarang  meredup. Banyak yang mengabadikan sunset di pantai Lampuuk ini. Termasuk juga aku ikut mendokumentasikan  fenomena sunset yang indah itu. Dengan berakhirnya sunset kami pun meninggalkan pantai Lampuuk yang indah itu menuju ke tempat penginapan. Aku bersyukur ternyata apa yang tadi aku khawatirkan tidak terjadi. Terima kasihku pada sang Khalik karena sudah mengijabah doa-doaku untuk keselamatan kami semua. Selamat tinggal pantai Lampuuk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun