Literasi adalah seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, Manulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Memasuki era digital saat ini, kemampuan literasi sangat dibutuhkan terlebih dengan mudahnya akses dalam penyebaran informasi. Sari, S. E. (2022) menambahkan kemampuan literasi akan menjadi modal baik masa kini maupun masa depan. Hal tersebut dikarenan kemampuan literasi seseorang berkaitan dengan penggunaan teknologi untuk menyelesaikan masalah, membuka ruang kolaborasi, dan mempresentasikan informasi dari berbagai media dan teks. Sejalan dengan hal tersebut Witanto (2018) menegaskan literasi penting dibudayakan agar masyarakat lebih bijak dalam memanfaatkan informasi serta mandiri dalam memilah memilih data dan informasi yang bermanfaat.Â
Menyikapi hal tersebut, penanaman budaya literasi wajib kiranya digalangkan sedini mungkin. Salah satunya pada tingkatan sekolah dengan target utama adalah peserta didik. Melalui Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Gerakan literasi pada tingkat sekolah memiliki tujuan sebagai wadah maupun bentuk perorganiasian dalam menggalakan budaya literasi. Dengan adanya bentuk program yang baik diharapkan gerakan literasi yang dibangun tidak terkesan asal-asalan melainkan terprogram secara berkesinambungan. Sebaik-baiknya program literasi tersebut pula, kiranya perlu dibersamai dengan daya dukung lingkungan yang literat. Atmazaki, dkk (2017) mengungkapkan daya dukung dalam pengembangan budaya literat mencakup ketersediaan fasilitas, partisipasi warga sekolah, serta dengan program nyata yang dilaksanakan oleh seluruh warga sekolah.
 Mengambil contoh literasi yang ada di SMA Negeri 2 Bantul telah berkomitmen dalam menghadirkan budaya literat di sekolah. Penulis berkesempatan menilik berbagai daya dukung yang ada di sekolah sebagai bentuk komiten sekolah dalam menggalakan budaya literat. Dengan fasilitas yang dapat dikatakan sangat baik dan bervariatif, sekolah memfasilitasi moda literasi tidak hanya dalam bentuk bacaan fisik seperti buku saja. Namun, terdapat berbagai moda literasi yang unggul seperti Literasi Budaya, maupun Literasi Digital. Fasilitas yang dihadirkan pun cukup beragam, diantaranya Perpustakaan tingkat Nasional, Taman Baca, Taman Baca Anak, Pojok Baca, Mading, Poster, Tulisan Dinding dan masih banyak lagi. Dengan fasilitas yang bervariatif ini, harapannya secara tidak sadar warga sekolah membiasakan budaya literat.Â
Lantas, bagaimana dengan program yang ada di sekolah? Program gerakan literasi yang ada di sekolah pun merupakan daya dukung sekolah dalam menggalakan buaya literat. Program literasi sekolah sejalan dengan rancangan kurikulum yang dilaksanakan disana. Mengambil contoh, gerakan lima belas menit membaca sebelum pembelajaran dimulai. Guru dan peserta didik membudayakan membaca buku dimana apa yang telah dibaca setiap harinya terpantau dalam jurnal kemajuan literasi. Tidak hanya di awal pembelajaran, selama pembelajaran berlangsung guru senantiasa menyelipkan kegiatan literasi baik yang dilakukan di kelas atau bahkan dalam beberapa kesempatan guru mengajak peserta didik untuk melangsungkan pembelajran di perpustakaan. Sebagai bentuk literasi yang baik, dalam pelaksanaan berliterasi bukannya sebuah proses membaca dan menulis saja. Namun, hasil luaran selama proses pembelajaran berlangsung pun seperti: peta konsep (mind mapping), karikatur, grafik, diagram dan masih banyak lagi, sejatinya merupakan sebuah proses dalam berliterasi. Proses ini sejalan dengan penuturan Rahmawati (2022) berkaitan dengan pembelajaran aktif dan kreatif. Kemampuan literasi tidak akan hadir begitu saja, namun melalui serangkaian proses sehingga kemampuan literasi akan terasah.Â
Tak hanya dalam kegiatan intrakurikuler namun daya dukung budaya literasi juga hadir dalam kegaitan ekstrakurikuler. SMADABA Research Community merupakan salah satu organisasi yang ada di SMA Negeri 2 Bantul. Beranggotakan peserta didik yang gemar dalam bidang research dan menulis, sekolah memfasilitasi peserta didik dalam berkarya. Dengan dibimbing oleh pembina aktif mengisi pelatihan-pelatihan menulis, luaran yang dihasilkan melalui program ini pun luar biasa. Tercatat hasil karya pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik yang dilibatkan tidak kurang dari hampir mencapat 200 judul dari total 461 judul karya sepanjang tahun 2019 hingga 2022. Banyaknya luaran dan karya tersebut tidak lepas juga dengan sekolah aktif dalam kegaitan seperti pameran dan perlombaan. Adanya ruang dalam berkreasi baik melalui pameran, serta lomba-lomba ini, merupakan bentuk pemicu dan apresiasi terhadap budaya literat di sekolah. Ta khayal, antusiasi warga sekolah dalam berliterasi cukup tinggi.Â
Berdasarkan ulasan tersebut, secara umum budaya literasi di SMA Negeri 2 Bantul dapat dikatakan baik. Seluruh warga sekolah terutama peserta didik telah mampu menerapkan budaya literasi di sekolah. Salah satu faktor pendukung terciptanya budaya literasi ini adalah adanya lingkungan yang literat. Dukungan lingkungan yang literat (baik berbentuk fisik, sosial dan idiologi) akan mampu memberikan contoh kepada anak untuk menjadi seorang literat. Ketika semua lingkungan sudah literat, minat dan budaya literasi akan meningkat, karana paningkatan kemampuan literasi sesungguhnya dimulai dari membangun lingkungan yang literat.
Daftar PustakaÂ
Sari, S. E. 2022. Mata Kuliah Pilihan Literasi Dasar. Kementerian. Jakarta : Kemendikbud.Â
Rahmawati, Putri. 2022. Pembelajaran Aktif dan Kreatif "6 Literasi Dasar". UIN Raden Intan Lampung.Â