Mohon tunggu...
Elvin Miradi
Elvin Miradi Mohon Tunggu... -

Seorang blogger, suami untuk seorang bidadari dan bapak untuk tiga laki-laki. Simak tulisan lainnya di www.ElvinMiradi.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dialog dengan Tikus yang Kujebak Lem Tikus

28 Februari 2013   20:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:31 836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suatu malam, waktu saya sedang nonton tivi di kamar tidur, sekonyong-konyong saya melihat sekelebat bayangan hitam dari bawah meja tivi melesat cepat ke kolong lemari pakaian. Bentuknya hampir bulat, warnanya hitam dan berbulu seperti tikus. Ya, itu memang tikus! Jujur saking kagetnya saya sampai berdiri di atas ranjang! Semalaman perasaan saya tidak tenang. Saya takut kalau saya tidur terlalu pulas, tikus itu masuk ke dalam celana saya dan menggigit sesuatu yang disangkanya ular kobra! Keesokan paginya saya memutuskan untuk memasang triplek dengan diolesi lem tikus. Di tengah-tengahnya saya letakkan ikan asin yang kata istri saya dibeli dari pedagang ikan asin paling terkenal di pasar Terong. Saya pastikan memberikan umpan terbaik untuk mendapatkan hasil maksimum. Sudah kebiasaan dalam bisnis. Dan hari yang dinanti-nantikan itu pun tiba. Setelah dua hari, akhirnya seekor tikus dengan ukuran jumbo tergeletak manja di samping ikan asin itu. Puas rasanya. Akhirnya bisa tidur dengan tenang tanpa merasa diteror oleh sesosok mahluk dari gelapnya kolong lemari. Hingga suatu malam, tidur saya yang tenang terusik oleh sebuah mimpi... Saya melihat seekor tikus berjalan ke arah saya. Di belakangnya ada cahaya putih yang terang, membuat tikus itu tampak misterius dalam siluet. Tanpa saya sangka-sangka, dia mengeluarkan suara... Tikus: Hai, kamu! Saya : Ha..Ha..i ju..ga Tikus: Apa kau masih ingat saya? Saya : Maaf, siapa ya? Tikus: Jangan pura-pura lupa kau! Saya : Ampun. Saya tidak ingat... Semua tikus kan mirip... Tikus: Kau ingat jebakan lem yang kau buat? Ikan asin nikmat yang kau jadikan umpan? Saya : Ooh.. Astaga.. Kamu tikus yang kemarin itu ya? Tikus: Yaah! Itu aku! Saya : Waah, apa kabar? Tikus: Dasar bajingan! Kau kira aku ihlas dengan kematianku, hah? Kau kira aku capek-capek mengurus surat izin gentayangan untuk apa, hah? Kau kira aku harus capek-capek kursus bahasa Indonesia sebelum masuk ke mimpimu untuk apa, hah? Aku ke sini untuk menuntut keadilan kepadamu, kepurut! Saya : Keparat, bukan kepurut... Tikus: Peduli setan! Kata makian memang tidak diajarkan di sana! Saya : Jangan sakiti saya, Kus... Ampun, Kus... Plis deh.. Tikus: Siapa yang mau menyakitimu? Sok tau! Aku cuma mau meminta penjelasan dan tanggungjawabmu! Saya : Hah? Maksudmu apa? Kamu hamil? Tikus: Bukan! Aku cowok tulen, sialan! Aku ini tikus paling tampan di selokan 5B, sebelum kau renggut hidupku begitu saja. Apa salahku padamu, hah??? Saya : Kamu tidak salah, Kus. Tapi kamu masuk ke kamar tidurku, terus gerak-gerak di bawah lemari. Tikus: Memangnya itu salah? Saya : Ya, tidak salah sih. Tapi itu kan bukan tempatmu. Tempatmu di selokan, kan? Tikus: Jadi kau selalu membunuh petualang yang sedang kesasar? Saya : Petualang? Tikus: Ya, petualang. Aku ini tikus petualang. Aku senang dengan segala hal yang menantang. Aku sering menaklukkan tempat-tempat yang ditakuti tikus-tikus lain, sampai malam itu aku lengket di triplek yang kau olesi lem tikus! Kau tahu tidak, malam itu aku cuma kesasar masuk ke kamar tidurmu. Sekarang jawab pertanyaanku dengan jujur, apakah pantas bila seseorang yang tersesat ke tempatmu lantas kau bunuh? Saya : Seseorang? Kamu kan tikus, Kus! Orang itu manusia, mahluk mulia, bisa mikir. Kamu tikus tidak bisa mikir! Tikus: APA BEDANYA??? Aku bosan mendengar semua ini!! Kalian memang arogan! Angkuh! Apa bedanya aku dan kau? Kenapa semua manusia berpikir bahwa roh yang ada dalam tubuh mereka tidak sama dengan roh yang ada dalam tubuh kami? Saya : Kus, saya tidak peduli kamu sedang mabok atau tidak, tapi pembicaraan kita ini kayaknya sudah berlebihan. Kamu tikus, saya manusia. Kamu masuk ke kamar tidurku, saya pasang lem tikus, kamu lengket di sana terus mati. Lu gue END! Kenapa sekarang kamu menuntut persamaan segala? Emansipasi wanita sudah cukup, masak mau ditambah emansipasi tikus lagi? Tikus: Itulah akar masalahnya! Kau merasa sebagai mahluk yang pantas membunuh mahluk lain padahal kita sama-sama mahluk! Aku juga punya nyawa! Kau pembunuh! Pendosa! Saya : Lho, tau dari mana kamu kalo membunuh tikus itu dosa? Buktinya lem tikus dijual bebas. Polisi tidak melarang. Ustadz juga tidak melarang kok. Coba pikir! Tikus: Apakah kau lupa kata-katamu sendiri? Manusia bisa mikir, tikus tidak. Kamu dong yang mesti mikir, bukan saya! Saya : Iya ya, benar juga ya... Tikus: Benar, kan? Dari awal aku tahu kalau aku yang benar dan kau yang salah! Kalian manusia memang pintar bicara! Saya : Tapi kamu juga tikus paling pintar bicara yang pernah kulihat... Tikus: DIAM!!! Sekarang coba kau balik kondisinya. Kami tikus yang bisa berpikir dan kalian manusia yang jadi mahluk yang tidak bisa mikir. Bagaimana rasanya ketika kau kesasar masuk ke kamarku terus kau kujebak pakai lem orang? Saya : Ya, lengketlah... Tikus: Bukan itu maksudku!!! Saya : Jadi harusnya gimanaaaaa??? Tikus: Yang akan kau rasakan adalah pedihnya ketidakadilan! Perihnya kesewenang-wenangan! Ingat coy, aku cuma kesasar. Aku tidak lebih bagaikan wisatawan yang kesasar masuk ke tampat yang salah. Lalu kenapa turis-turis yang kesasar di luar sana tidak pernah kau jebak dengan lem? Saya : Aduh, Kus.. Kenapa melebar sampe ke sektor pariwisata begini... Ya sudah, Kus. Kalau begitu saya minta maaf deh karena sudah bikin kamu lengket plus wafat. Puas? Sekarang saya mau tidur! Tikus: Heh, kamu ini sedang tidur! Saya : Oh iya ya lupa.. Kalo begitu sudah deh pergi sana. Saya kan sudah minta maaf. Mau apa lagi? Tikus: Aku tidak butuh kata maaf! Kata maaf tidak akan membuat aku hidup kembali, tau! Yang saya mau tau, apa sebenarnya alasan kamu pake jebak-jebak saya dengan lem? Apa salah saya? Aku mau tau! Saya : Sabar, Kus. Tolong ini dibicarakan dengan kepala dingin, karena kita ini kan... Tikus: Cukup! Kepala saya sudah dingin! Bahkan seluruh badan saya! Bahkan bukan cuma dingin, tapi juga sudah kaku semua! Saya : Iya..Iya saya ngerti, Kus. Tapi kalo kamu mau tau alasan sebenarnya, mungkin terdengar sepele. Tikus: Sudah saya duga. Apapun alasannya pasti hal sepele, karena aku punya salah apapun padamu. Kenal saja tidak! Saya : Terus terang, waktu kamu melintas malam itu, saya kaget luar biasa soalnya saya jijik sama tikus. Tikus: Apaaah? Jadi kamu membunuh aku cuma karena jijik, hah? Saya : Bukan membunuh, kan sudah saya bilang saya cuma bikin kamu lengket... Tikus: Sama saja! Saya tidak akan mati seandainya tidak lengket di triplek terkutuk itu! Saya : Santai, bro... Santai... Tikus: Hah? Bro? Sok akrab sekali kau! Saya : Bro, no offense ya, kalian itu bikin geli. Lagian kalian tempatnya di selokan. Kita manusia jadi jijay sama kalian, makanya secara refleks begitu kalian masuk kamar tidur kami ya jadinya hasrat membunuh itu timbul. Tikus: Tidak bisa kupercaya.. Sungguh tidak bisa kupercaya.. Kau membunuhku hanya karena jijik melihatkuuuh? Hanya karena itu sajakah?? Oh Tuhan, aku merasa sangat terhina... Mending aku mati saja.. Saya : Kan sudah, Kus? Tikus: DIAAAM!!! Heh coba kau pikir baik-baik ya, kenapa tidak kau lengketkan di triplek juga wanita-wanita penjaja seks di luar sana? Kenapa tidak kau jebak dengan lem juga koruptor-koruptor di luar sana, hah? Mereka jauh lebih menjijikkan daripada aku! Kenapa harus aku, hah? Kau buta hati! Saya : Kus, kenapa jadi dalam begini ini masalah? Tikus: Enak saja kau bicara! Ini masalah hak hidup! Aku tidak makan makananmu malam itu. Aku tidak mencuri uangmu. Sungguh sulit dipercaya kau menghilangkan nyawaku hanya karena jijik melihatku. Tidakkah kalian pernah berpikir bahwa di mata tikus kalian juga menjijikkan? Tapi biarpun kalian menjijikkan, toh kita tidak pernah membunuh manusia. Kau tau kenapa? Karena rasa ketikusan kami lebih tinggi dari rasa kemanusiaan kalian! Saya terdiam. Saya tidak menyangka peristiwa lem tikus ini menjadi begitu filosofis. Dan lebay, tentunya. Tikus: Kenapa kau diam, hah? Saya : Eh, maaf... Saya bingung, Kus. Tikus: Bingung apa lagi kau? Saya : Saya pikir-pikir, kamu ada benarnya juga Kus. Tikus: Memang aku benar!!! Aku tau aku benar!!! Saya : Terus sekarang solusinya gimana, Kus? Tikus: Mestinya kau mencari solusi yang tepat sebelum kau oleskan lem di triplek itu, sialan! Saya : Ayolah Kus, berhenti menyesali yang sudah terjadi dikit napa? Tikus: Mestinya kau pakai alat yang bising itu!!! Saya : Alat yang bising? Tikus: Iya, alat pengusir tikus yang bikin telinga kami bising! Alat itu tidak membunuh kami, tapi kami akan pergi dengan sukarela karena terganggu sama suara bisingnya! Saya : Oh, iya. Saya pernah liat alat itu! Tikus: Nah itu! Alatnya bagus dan tidak akan membunuh tikus! Saya : Tapi itu kan mahal, Kus? Tikus: Apanya mahal? Cuma 75 ribu perak saja kok... Saya : Naah lho... Saya tau sekarang... Kamu jualan ya? Hayo ngaku... Tikus: Sialan! Saya : Itu produk MLM, kan? Hayooo... Ah, capek-capek ngobrol ujung-ujungnya prospek juga! Basi! Tikus: Heh jaga mulutmu, anak muda! Aku berani bertaruh tidak ada satupun tikus di dunia ini yang pernah ikut MLM! Saya : Oke..oke.. Kalau begitu, untuk ke depannya nanti saya pake alat yang bising itu deh ya.. Tikus: Sebaiknya begitu. Aku punya keluarga besar dan aku tidak mau satupun diantara mereka bernasib sama seperti diriku. Cukup aku saja yang mengalami kejadian sialan ini! Saya : Oke, Kus. Saya janji. Tikus: Bagus! Sekarang aku bisa lebih tenang di alam barzah. Selama ini makanku tidak enak, tidurku tidak nyenyak. Ingat kamu!!! Saya : Iya, Kus. Semoga kamu berbahagia di sana, kekal abadi selamanya. Tikus: Amin... Amin.. Terima kasih doanya. Tapi kau ingat ya, jangan pernah sekali lagi kau hilangkan nyawa mahluk lain tanpa alasan yang kuat. Bagaimanapun, kami ini bernyawa dan bukan kau yang menciptakan kami. Kau tidak berhak atas nyawa kami! Saya : Iya, Kus. Saya mengerti, Kus. Ampun, Kus. Mudah-mudahan Tuhan memaafkan kekhilafan saya ini, Kus. Tikus: Bagus. Akhirnya kau sadar juga. Memang seharusnya begitu. Hmm btw, izin gentayanganku cuma 30 menit, aku harus balik ke alam barzah sekarang.. Saya : Oke, Kus. Salam buat teman-teman di sana. Tikus: Sip. Dan btw, tentang ikan asin di atas lem itu, aku mau bilang makasih. Itu ikan asin paling enak yang pernah kumakan... Wassalam! Dengan langkah tertatih tikus itu pun pergi meninggalkan saya menuju cahaya putih terang yang seolah mendekat menyambutnya. Cahaya itu lalu mendekapnya dan ia pun hilang dari pandangan. Saya tetap berdiri di sana. Merenungi pelajaran hidup yang barusan kudapat dari seekor tikus yang tewas kujebak dengan lem tikus. Aku cuma bisa terdiam. Terpaku. Lengket. Lengket??? TOLOOOONGGGG!!!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun