Itu yang terjadi bila kita kurang waspada mengontrol naluri 'mau enaknya saja' ini. Bagaimana kalo kita singkat lagi jadi naluri 'M.E.S'? Capek saya ngetik soalnya.
Naluri M.E.S berusaha menjaga kita agar tetap berada dalam comfort zone (zona nyaman) kita, sementara dunia sudah membuktikan bahwa orang-orang tersukses di bumi lahir dari kegigihan mereka untuk keluar dari comfort zone. Jadi bisa disimpulkan bahwa setiap orang secara default memang memiliki faktor kegagalan dalam diri mereka. Faktor kegagalan yang berhasil diminimalisir ataupun dihilangkan oleh orang-orang sukses.
Jadi waspadalah dengan kisah flashback bagaimana para pebisnis sukses memulai bisnisnya. Terlalu banyak membiarkan naluri M.E.S bekerja, kita jadi hancur sebelum berkembang.
Solusinya apa?
1. Fokus pada langkah-langkah mereka saja
Dari kisah flashback itu, pusatkan perhatian pada hal-hal yang berbentuk langkah-langkah praktis yang konkrit. Misalnya mereka bilang, "Awalnya saya malas sekali nulis artikel karena saya kurang suka menulis, tapi setelah saya ketemu penulis bayaran, saya lanjut lagi bla bla ba..". Dari kalimat contoh di atas, jangan pernah sekali-kali fokus pada kemalasan dia untuk nulis artikel karena kurang suka nulis, tapi FOKUS bahwa dia membayar penulis bayaran dan itu yang sebaiknya kamu lakukan juga kalo kamu sama malasnya. Fokus pada langkah dan solusi, bukan pada masalah di belakangnya.
2. Tanyakan tujuan akhir/impian mereka
Setiap awal pasti punya akhir. Daripada memanjakan naluri M.E.S brengsek kita dengan kisah-kisah awal berbisnis, bagaimana kalo sekali-kali tanyakan pada para pebisnis sukses bagaimana mereka akan mengakhiri semua ini? Apa tujuan dan impian terbesarnya?
Kita bisa lebih paham tentang sejauh mana potensi bisnis internet ini bisa membawa kita dengan menyimak impian dan tujuan akhir dari orang-orang yang sedang sukses. Efek positif akan lebih dominan masuk ke otak kita dan si naluri M.E.S tidak bisa berkutik.
3. Catat!
Dalam kesempatan berdialog dengan para pebisnis internet sukses, baik itu berupa talk show, diskusi, ataupun sambil ngopi di kafe, seringkali kita terkesima sampai lupa mencatat point-point yang penting. Alhamdulillah saya adalah orang yang pelupa jadi saya jarang absen dari kebiasaan ini. Lagipula saya menganut ideologi 'tukang catat masuk surga, tukang catut tidak!'.