Mohon tunggu...
Elvin Kuncoro
Elvin Kuncoro Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hello!

as long as you don't stop

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Taman Kota Milik Warga Kota

10 Februari 2014   18:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:58 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun lalu saya mengajak keponakan  untuk pergi ke wisata mangrove. Tempatnya tidak jauh, di sekitar jalan Rungkut, masih di Kota Surabaya. Salah satu alasan saya mengajak mereka kesana adalah karena titik jenuh saya berwisata ke mall. Mau hiburan apalagi di Surabaya kalau bukan mall? Hiburan nuansa hijau sudah digantikan dengan Timezone, Cartoon Kingdom, bioskop. Ketika saya bertanya, sebenarnya saya tidak terlalu yakin mereka akan mengatakan iya. Jawaban yang diberikan pasti tidak, tapi apa salahnya kalau saya mencoba bertanya. “Gak”, itu jawabannya. Sesingkat itu saja. Masih dengan sedikit harapan, saya mencoba membujuknya.. “Ayolah.. disana ada burung2, pohon2, bagus kok”.. “Gak mau”.. Jawaban gak kali ini lebih ditegaskan olehnya. Haizz akhirnya saya menyerah mengajaknya berwisata alam. Keponakan saya dibesarkan dengan segala kelimpahan yang patut disyukuri. Berbeda dengan saya yang pernah mengalami masa2 sulit sejak kecil. Dia hidup di keluarga lengkap, berkelimpahan mainan, seminggu minimal sekali ke mall, lemari baju sampai tidak cukup lagi. Bermain Ipad sudah menjadi mainan sehari2, bahkan dia sekarang punya BB lho, meski masih duduk di kelas 4 SD..

Saya teringat dengan anak2 yang lain, yang kehidupannya tidak jauh beda dengan keponakan saya, yang menjadi customer tetap Timezone di mall. Ingin sekali saya mengajaknya ke kebun mengenalkan pohon2 yang beranek macam, ke tugu pahlawan menceritakan sejarah Surabaya, ke taman baca.. Apalah mau dikata kalau anaknya tidak mau dan orangtuanya tidak mengajaknya.. Akhirnya saya memutuskan pergi dengan seorang teman ke salah satu taman kota, Kebun Bibit RMI.

Taman kota ini terletak di daerah Bratang dan Ngagel. Dari jalan raya, terlihat ada beberapa rusa. Saya cukup sering melewati taman kota ini, namun tidak cukup puas melihatnya dari jalan raya. Suatu siang ketika saya melewatinya, saya memutuskan untuk masuk ke dalamnya, menelusuri taman kota Surabaya. Begitu masuk, saya sangat senang dengan tempat ini. Begitu asri, hijau, rindang, banyak mainan anak, ada kolam ikan, rusa, tempat duduk. Waaahhh... ini dia yang saya inginkan di titik jenuh saya akan mall. Waaahh.. ada taman baca lagi.. saya langsung masuk ke dalam sebuah ruangan taman baca. Lengkaaappp.. ada beberapa komputer berinternet, ada buku anak, novel, buku cerita.. Meski tidak besar, tapi menyenangkan ada di dalamnya. Saya melihat ada kertas pengumuman pelatihan komputer. Petugas taman baca menjelaskan tentang program pelatihan gratis bagi penduduk kota Surabaya, mulai dari microsoft office sampai internet. Fasilitas internet pun gratis disini.

Ketika saya sedang asyik melihat-lihat buku, ada seorang anak lelaki kecil, usianya sekitar 7-8 tahun, mengeluarkan permainan dakon. Mainan Jawa jaman dulu, yang saya sendiri sudah lupa cara mainnya bagaimana. Dia asyik bermain sendirian di samping saya. Saya yang semula hanya melihatnya, jadi ingin ikutan main dengannya. Sambil mengajari saya cara bermain dakon, saya mengobrol dengannya. Dia setiap hari ke Kebun Bibit, ke taman baca lebih tepatnya, sambil menunggu ibunya berjualan makanan ikan di depan pintu masuk. Dengan bahasa suroboyo-nya dia telaten mengajari saya.. “Ngene lho mbak carane.. Siji-siji dilebokne ke bolongan (Begini lho mbak caranya, satu-satu dimasukkan ke lubang)” “Lha sampe kapan dimasukinnya” berhubung bahasa Jawa dan bahasa Suroboyo saya tidak terlalu bagus, saya memakai bahasa campur2 untuk berbicara dengannya. “Sampe sakentek’e mbak (sampai habis mbak)”.. Di tengah permainan, saya yang lebih unggul darinya, saya berkata “Aku lebih banyak ini”.. Dengan polosnya, dia menjawab “Lha yo, wong takuruki (Lha iya, aku yang ngajari)”.. Seru sekali bertemu dan bermain dengan anak ini. Anak yang polos, tidak dibatasi dengan warna kulit, mau bermain dengan saya yang bermata sipit. Saya punya pengalaman pahit ketika masih kecil dulu. Saya lupa tepatnya kapan, tapi saya tidak pernah lupa tempat dan perkataan yang diucapkan. Saya masih berumur sekitar 9-10 tahun waktu itu, dan sedang menunggu mama saya di ATM BCA jalan Diponegoro, Surabaya. Waktu itu saya menunggu di luar ruang ATM. Di sebelah saya ada seorang bapak dengan seorang anak. Saya tidak melakukan apapun, hanya berdiri melihat sekeliling menghabiskan waktu menunggu. Tiba2 bapak ini menunjuk saya dan berkata pada anaknya yang masih berumur 3 tahunan “Liaten itu, itu cina, kamu jangan kumpul sama orang cina”.. Suaranya cukup jelas saya dengar, lha wong tepat di depan saya ngomongnya. Saya yang mendengar perkataan itu, hanya bisa diam. Apa yang bisa saya lakukan, saya masih kecil, perempuan lagi. Tapi di hati saya waktu itu, saya bertanya, apa salahnya jika saya cina. Saya terenyuh melihat pandangan anak kecil itu. Dia mungkin masih belum mengerti apapun saat itu, tapi saya yakin, perkataan2 itu akan terus diberikan oleh bapaknya. Di rumah, di jalan, dimanapun. Hingga benih perkataan itu akan tumbuh suatu hari nanti. Kembali ke teman main saya di taman baca kebun bibit... Dia mengajak saya bermain ronde kedua, tapi saya harus pulang. Saya bilang padanya.. Nanti, kita akan berjumpa lagi, tidak tahu kapan. Kalau aku ke taman baca ini lagi dan bertemu kamu kembali.

Senangnya di taman kota Surabaya.. Namanya juga taman kota, taman untuk seluruh warga Surabaya..

Sebenarnya ada banyak taman tersebar di Kota Surabaya, antara lain Taman Flora Bratang, Taman Flora Wonorejo, Taman Prestasi, Taman Ekspresi, Taman Bungkul, Taman Jayengrono, Taman Mundu, Taman Undaan Kulon, Taman Sulawesi. Bahkan, Taman Bungkul mendapatkan penghargaan Taman Terbaik se-Asia tahun 2013. Ibu walikota mengatakan bahwa Pemerintah Kota berencana membuat beberapa taman di Surabaya bagian barat, utara dan timur, seperti taman bunga di bekas Tempat Pembuangan Akhir Sampah Keputih, serta hutan buah di kawasan Surabaya barat. Daerah barat di daerah Pakal, kemudian di daerah Bulak dan di daerah Keputih. Keputih ini mungkin luasnya sekitar 50 hektar dan akan dijadikan taman bunga, sedangkan Hutan di daerah barat sekitar 15 hektar, itu yang isinya buah-buahan saja. Bu Risma yang sebelumnya menjabat sebagai kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan ini memang cukup teliti dalam memperhatikan keindahan kota. Dalam beberapa momen, jebolan ITS ini bahkan terlihat turun langsung ke lapangan guna menyiram tanaman atau sekadar menyapu jalanan. Hasilnya, sungguh luar biasa. Ada puluhan taman di Kota Pahlawan itu yang kini menjadi indah. Warga Surabaya memiliki ruang terbuka hijau yang bisa dimanfaatkan untuk olahraga, rekreasi, atau sekadar bersantai saja.

Taman kota.. Taman milik seluruh warga kota.. Bawalah diri anda dan sekeliling untuk menikmati taman kota, siapa tahu nanti kita akan bertemu disana :)

13920464601189961611
13920464601189961611

1392046624310037566
1392046624310037566

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun