Mohon tunggu...
Elvini Elvini
Elvini Elvini Mohon Tunggu... profesional -

Saya sedang bekerja untuk tanaman karet,sesekali jalan2, mengamati orang2 dan sekitar... Sila liat juga : http://elvini-vini.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Museum Negeri Sumatra Utara, Nasibmu...

29 April 2013   15:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:25 1110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepiring nasi gurih dengan tongkol balado, sepotong risoles plus teh manis panas jadi menu sarapan saya minggu pagi(4/28) kemaren. Pagi yang istimewa karena kami, saya dan suami, sedang berada di kota Medan. Plesiran bulan muda. Suami saya minat sekali berkunjung ke Museum Negeri Sumatra Utara yang ada di jalan HM Joni. Selepas menyeruput kopinya suami menggiring saya ke seberang jalan menuju museum yang berbentuk rumah adat Batak tersebut. Masih jam 9 pagi, suasana masih  terlihat sepi,saya ragu sudah buka atau belum. Tapi seorang petugas tidak berseragam memastikan sudah buka sambil menunjuk loket yang ada di kiri gerbang masuk. Kami berjalan ke sana melintasi halaman museum, tapi tidak bertemu siapapun. Setelah berapa kali memanggil akhirnya seorang perempuan melambai dari arah pintu museum. Sambil keheranan dalam hati kami menuju ke arah yang ternyata adalah lobi. Perempuan itu bertanya ramah kami dari mana sambil mengajak masuk. Saya jawab apa adanya. Suami saya memilih berhenti dihadapan sebuah peta geologi yang terdapat di samping meja petugas. Sadar kami tidak ingin didampingi perempuan itu akhirnya memberitahu bahwa kami harus membayar dua ribu rupiah/orang untuk bisa berkeliling. Saya menyerahkan uang lima ribu rupiah dan kami pun masuk tanpa diberi tiket. Meski terasa janggal, tapi ya sudahlah. Kami awali dari sayap kanan gedung, menemukan berbagai arca serta peninggalan sejarah yang terkait dengan peradaban masyarakat Batak sebagai etnis terbesar propinsi Sumatra Utara. Banyak sekali koleksi arca di sini . Juga berbagai replika yang sangat menarik, tapi lihatlah ke sebelah atas, plafon yang menganga dengan ember penampung air hujan dibawahnya. Hampir di setiap ruang terdapat kerusakan plafon, hingga ember penampung tergeletak di mana-mana. [caption id="attachment_257838" align="alignnone" width="518" caption="Bocorrrr"][/caption] Kami lanjut makin ke dalam . Betapa antusiasnya saya saat melihat foto besar  proses penyadapan tanaman karet pada tahun 1930 an berdiri gagah di tengah ruang. Juga foto seorang pribumi  Eropa  pada sebuah papan yang menempel di pohon besar yang akan ditebang. Dokumentasi  yang saya kenali sebagai bagian dari sejarah perusahaan perkebunan tempat saya bekerja sekarang.  Memang perkebunan dan perdagangan adalah nadi dari propinsi yang sekarang di pimpin oleh Gatot Pujo Nugroho ini.   Wahh, saya makin bersemangat membaca satu persatu keterangan yang tertera. [caption id="attachment_257839" align="alignnone" width="576" caption="dokumentasi berharga"]

13672194681561104174
13672194681561104174
[/caption] Menurut petugas ada 9000an koleksi yang ada di museum yang awal berdirinya di tandai dengan peletakan batu makara (lambang Universitas Indonesia) oleh presiden Soekarno pada tahun 1954 ini. Sejak diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan kebudayaan  Daoed Yoesoef pada 19 April 1982, baru 7000 ribu yang sudah ditampilkan pada gedung dua lantai tersebut, sisanya ada di gudang.  Museum yang juga dikenal masyarakat Medan sebagai Gedung Arca ini memang adalah salah satu museum terbaik di Indonesia.  Wajar karena Sumatra Utara adalah propinsi yang kaya. Dan rasanya benar adanya jika saya membandingkan dengan beberapa museum lain yang pernah saya kunjungi. Selain aneka arca Hindu-Budha, ada pula peninggalan masa Islam berupa nisan, mushaf tua juga foto para pahlawan  masa pergerakan yang mungkin tidak terdapat di museum lain. Pada ruang berbeda terdapat koleksi dari  negara Thailand sebagai bentuk kerjasama dan penarik minat pengunjung untuk datang. Maka layaklah kita menyayangkan berbagai kerusakan pada bangunan serta koleksi yang ada. Saya tampilkan beberapa dalam foto di bawah ini, berharap pemerintah daerah dan instansi terkait memberi perhatian hingga semua peninggalan begitu bernilai ini di kemudian hari tidak menjadi rongsokan tak berharga. [caption id="attachment_257845" align="alignnone" width="576" caption="Ulah pengunjung, kemana petugas?"]
13672205451437870361
13672205451437870361
[/caption] [caption id="attachment_257847" align="alignnone" width="576" caption="Ulah anak-anak sekolah kita"]
13672207161415687195
13672207161415687195
[/caption]

1367219614147263973
1367219614147263973
petugas sudah berusaha tapi..

[caption id="attachment_257842" align="aligncenter" width="432" caption="bocor lagii"]

13672196721734684863
13672196721734684863
[/caption] [caption id="attachment_257843" align="aligncenter" width="432" caption="monumen yang ditandatangani presiden soekarno tahun 1954"]
13672197091822953159
13672197091822953159
[/caption] [caption id="attachment_257849" align="aligncenter" width="576" caption="Indonesiaku, Indonesiamu..halah.."]
1367220828478817571
1367220828478817571
[/caption] Kami keluar gedung disambut gerombolan anak kecil,  sepertinya mereka tinggal di seputar museum. Berlarian bebas seolah di rumah sendiri. Saya membayangkan kagetnya nanti dua orang bule yang berpapasan dengan kami di pintu masuk. 29 Maret 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun