Mohon tunggu...
Elvina Diana Limartha
Elvina Diana Limartha Mohon Tunggu... -

Si pemimpi yang tengah berupaya menorehkan asa

Selanjutnya

Tutup

Nature

Menyingkap Sosok di Balik Realisasi Kampus Hijau UAJY

24 November 2018   17:00 Diperbarui: 24 November 2018   17:12 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wawancara penulis dengan Pak Martana selaku narasumber (dok. pribadi)

Yogyakarta (03/11) Tak ayal lagi, setiap sudut area tertentu senantiasa dihiasi keberadaan tempat pembuangan sampah sebagai sarana "pengingat" manusia untuk menjaga kebersihan lingkungan sekitar. 

Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) pun demikian. Menariknya, guna memperjuangkan implementasi green campus alias kampus dengan kesadaran akan keberlangsungan bumi yang tinggi, UAJY menerapkan prinsip pemilahan berupa pembagian tong sampah menjadi tiga jenis berdasarkan kriteria warna, yakni kuning (sampah kertas, kardus, dan koran); biru (sampah botol, kaleng, kaca, dan logam); serta merah (sampah kresek, gabus, dan plastik kemasan). Yang menjadi pertanyaan, apakah etika pemilahan sampah ini telah mendarah daging dalam diri komunitas UAJY, khususnya para mahasiswa/i? Atau selama ini, barisan kalimat keterangan yang tertera di masing-masing tong sampah sekadar tulisan semata yang tak disadari eksistensinya?

Tong sampah dengan prinsip pemilahan di sudut Kampus III UAJY (dok. pribadi)
Tong sampah dengan prinsip pemilahan di sudut Kampus III UAJY (dok. pribadi)
Hasil pemilahan sampah dari Kampus III UAJY yang siap diangkut (dok. pribadi)
Hasil pemilahan sampah dari Kampus III UAJY yang siap diangkut (dok. pribadi)
Wajah semringah Pak Martana (47) menyambut penulis kala menyambangi ruangannya yang digunakan bersama dengan rekan-rekan kerjanya dari CV. Caritas Jaya Yogyakarta di basement Kampus III UAJY. Lelah dan penat tampak tak menghampiri walau ia telah bekerja sedari pukul 6 pagi. 

Pak Martana mengungkapkan bahwa sesungguhnya beberapa mahasiswa/i sudah menaati "perintah" pemilahan, meskipun sebagian besar masih acuh tak acuh. Dapat dibuktikan, setiap kali tumpukan sampah hendak diangkut, para petugas kebersihan harus kembali memilahnya. 

"Di lantai 1 khusus memilah botol aqua, kalau lantai 2, 3, dan 4 kita mengumpulkan semua sampah terlebih dahulu, nanti di ruang belakang memilahnya. Tapi kerjanya nggak berat, kok, karena sudah tanggung jawab kita juga," ujar kepala kerja cleaning service Gedung Bonaventura (Kampus III UAJY) ini.

Istilah green campus memang kian gencar dipromosikan, tetapi praktik upayanya belum bisa dilancarkan secara detail dan optimal. "Hingga saat ini, sampah yang mampu kita pilah baru yang punya nilai jual, seperti botol, kardus, kertas, dan koran, selebihnya kita gabungin langsung ke TPA," tuturnya. Walau demikian, rata-rata pemasukan yang diperoleh per angkutan hasil pemilahan sampah cukup besar, mencapai 180.000-200.000 rupiah. Bahkan, tahun lalu, total pendapatan bersih digunakan oleh para petugas kebersihan untuk menyelenggarakan piknik bersama.

Di lain pihak, dalam lika-liku perjalanan Pak Martana bersama UAJY sepanjang 19 tahun, ia mengaku produksi sampah semakin melimpah jika hari telah menjelang senja. Tak dapat dipungkiri, sampah yang dibuang sembarangan di ruangan pun kerap kali ditemukan. 

Mengingat hal tersebut, Daniel Huntaryo (19), salah satu mahasiswa program studi Teknik Industri mengutarakan kekesalannya terkait ketidakpedulian kawan-kawannya terhadap lingkungan kampus, "Kalau lihat mereka nggak sadar buat buang sampah pada tempatnya, biasanya aku ingatkan. Tapi, nggak perlu munafik, kalau yang buang sampah sembarangan atau nggak sesuai dengan jenis tong sampah itu orang yang nggak aku kenal, ya, aku nggak akan tegur karena takut dicap macam-macam." 

Demi mewujudkan green campus, Daniel menyampaikan, ada baiknya tulisan keterangan jenis jangan hanya dicantumkan di muka tong sampah, karena para mahasiswa/i cenderung kesulitan melihatnya. Apabila terdapat kritik dan saran mengganjal yang ingin diluapkan, selaras dengan usaha peningkatan kualitas kampus, teman-teman dari fakultas Teknologi Industri bisa memberikan surat di kotak saran FTI.

Wawancara penulis dengan Daniel Huntaryo selaku narasumber (dok. pribadi)
Wawancara penulis dengan Daniel Huntaryo selaku narasumber (dok. pribadi)
Wawancara penulis dengan Pak Martana selaku narasumber (dok. pribadi)
Wawancara penulis dengan Pak Martana selaku narasumber (dok. pribadi)
Sosok di balik realisasi green campus UAJY bukan hanya Pak Martana, rekan-rekan kerjanya, serta Daniel saja, melainkan segenap warga yang tergabung dalam komunitas UAJY pula. Dimulai dari tindakan sederhana berupa pemilahan sampah, niscaya buah manis pun akan diraih. Layaknya yang diucapkan oleh Pak Martana, "Jadikan lingkungan kampus seperti rumah sendiri, agar kalian bisa menyayanginya dan merawatnya sepenuh hati."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun