Mohon tunggu...
ELVINA DEVI
ELVINA DEVI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa / Universitas Negeri Malang

Mahasiswa aktif S1 Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Negeri Malang.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Antara Ikon yang Terancam dan Semangat Petani yang Tak Padam

9 Juni 2024   20:10 Diperbarui: 9 Juni 2024   20:22 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Supiono, petani apel (dokumentasi pribadi)

Program studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang mewajibkan mahasiswanya untuk ikut serta dalam program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). 

Program Studi/Proyek Independen merupakan salah satu program MBKM. Program ini membantu mahasiswa memperoleh pengalaman praktis sesuai dengan minat mereka.

Studi/Proyek Independen berlangsung mulai tanggal 5 Februari hingga 31 Mei 2024 di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu.

Kota Batu telah dikenal sejak lama sebagai Kota Apel. Namun, kini ikon Kota Batu tengah menghadapi situasi yang mengkhawatirkan.

Masa depan apel Batu penuh dengan ketidakpastian. Sebagai mahasiswa Studi Independen MBKM saya berkesempatan untuk mencari berbagai informasi terkait apa yang terjadi dengan apel Batu.

Masihkah Batu menjadi Kota Apel?. Pertanyaan tersebut yang mengawali pengalaman saya selama empat bulan di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu. 

Dimulai dengan arahan dan bimbingan dari Ibu Retno Indahwati SP, M.Si. Saya dibekali dengan data-data penting terkait apel selama kurun waktu tertentu. 

Selain itu, saya berkesempatan untuk berdialog dengan para narasumber yang bertani apel di Batu. Apel Batu dihadapkan pada menurunnya hasil produksi dari tahun ke tahun. 

"Produksi apel yang menurun di Kota Batu disebabkan berbagai faktor, yang pertama adalah perubahan iklim, yang kedua alih fungsi lahan apel menjadi perumahan atau yang lain sehingga luas lahan apel di Batu menurun. Kemudian alih komoditas pertanian dan kurangnya regenerasi petani apel karena dirasa bertani apel sudah tidak menjajikan seperti dulu." ungkap Retno, Selasa, 21 Mei 2024. 

Meski dihadapkan pada situasi yang tak pasti. Terdapat petani yang masih mempertahankan apelnya. 

Seperti salah satu petani apel, yakni Bapak Supiono. Beliau masih bertahan ditengah berbagai permasalahan yang sedang menyerang apel Batu. 

"Saya masih bertahan karena apel ini adalah sebuah warisan dari leluhur saya dan sebisanya saya untuk bertahan, terutama apel ikon Kota Batu agar tidak hilang." ujar Supiono

Dari dialog tersebut saya mendapatkan perspektif langsung dari para petani apel. Meski dihadapkan pada kondisi yang tak tentu, masih terdapat petani-petani yang bertahan demi ikon Kota Batu. 

Pengalaman saya tak hanya sebatas mengumpulan data dan informasi. Saya dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan Dinas Pertanian. 

Salah satunya kegiatan Pelatihan Penerapan Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kopi. 

Di sana, saya menyaksikan semangat para petani dalam mempelajari cara-cara untuk menjaga hasil panen mereka.

Studi Independen ini tak hanya memberikan saya pengetahuan dan pengalaman berharga. Tetapi juga menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kepedulian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun