Mohon tunggu...
ELVINA DEVI
ELVINA DEVI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa / Universitas Negeri Malang

Mahasiswa aktif S1 Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Negeri Malang.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Iki Paleg, Makna Tersembunyi di Balik Tradisi Ekstrem Suku Dani

15 Desember 2022   11:40 Diperbarui: 15 Desember 2022   12:28 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret jari seorang wanita dari Suku Dani yang telah dipotong. Sumber: https://nationalgeographic.grid.id/

Suku Dani menganggap keluarga adalah sumber dari segala bentuk kasih sayang. Kedekatan dalam hubungan keluarga merupakan ekspresi cinta yang konkrit. Pengorbanan diri demi seseorang yang dicintai tidak menjadi tekanan bagi mereka, karena pengorbanan adalah bukti terkuat dari cinta.

Sudah sakit secara batin karena kehilangan, sakit pula secara fisik karena harus melakukan tradisi ekstrem. Mungkin orang awam akan berpikir demikian ketika mendengar tradisi ini.

Terkadang beberepa tradisi memang sulit kita pahami. Tapi bagi orang yang mempercayainya, tradisi tersebut dapat menjadi bentuk ekspresi dari apa yang sedang mereka rasakan.

Saat ada dari kerabat mereka yang meninggal, secara naluri mereka akan bersedih dan menangis. Tapi nyatanya tangisan saja tidak cukup untuk mewakili kesedihan akibat kehilangan orang tersayang.

Rasa sakit dari tradisi potong jari dinilai mampu membuat mereka puas, sehingga duka yang mereka rasakan menjadi utuh dan tidak ada penyesalan yang dirasakan dari kehilangan tersebut.

Tradisi Iki Paleg tak hanya sebagai tanda duka cita, tapi juga dianggap sebagai penolak bala atau malapetaka agar tidak terjadi hal yang sama seperti kerabat yang sudah meninggal.

Lantas bagimana proses potong jari tersebut? Apakah ada pembiusan terlebih dahulu?.

Tentu tidak, mereka melakukannya secara sadar tanpa pembiusan. Bahkan ada loh yang memotong jarinya seorang diri tanpa bantuan orang lain. Tak terbayangkan memang bagaimana sakit yang dirasakan.

Proses yang dilakukan dalam tradisi potong jari cukup beragam. Ada yang digigit hingga putus, ada yang menggunakan alat seperti kapak atau pisau, dan ada pula yang menggunakan cara melilitkan benang ke jari hingga aliran darah berhenti dan mati rasa kemudian barulah jari tersebut dipotong.

Terdengar cukup mengerikan tetapi inilah bentuk keberagaman budaya di Indonesia yang harus kita hargai. Saat ini tradisi potong jari atau Iki Paleg sudah jarang dilakukan akibat masuknya pengaruh keagamaan. Namun, jejak tradisi ini masih dapat kita lihat pada wanita-wanita paruh baya suku Dani.

Umumnya yang melakukan tradisi potong jari adalah para ibu atau seorang wanita yang dituakan. Ketika ada salah satu anggota keluarganya yang meninggal mereka akan memotong jarinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun